A.Latar Belakang
Salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarakat, adil dan makmur, kualitas SDM diukur dari kecerdasan, kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi, serta keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa (Roesli utami, 2008).
Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun (Manuaba, 1998). Data terakhir dari BPS adalah sebesar 262 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2005. Sedangkan Laporan Pembangunan Manusia tahun 2000 menyebutkan angka kematian ibu di Malaysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Singapura 6 per 100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per 100 ribu kelahiran hidup, dan Filiphina 170 per 100 ribu kelahiran hidup. Padahal, tahun 2000 angka kematian ibu masih berkisar di angka 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Bahkan Indonesia kalah dibandingkan Vietnam, Negara yang belum lama merdeka, yang memiliki angka kematian ibu 160 per 100 ribu kelahiran hidup (Andra, 2007).
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2011. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90% (SDKI, 2007).
Sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun di Indonesia karena kehamilan atau persalinan. Hal itu berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal karena kehamilan atau persalinan. Akibatnya, setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim. Tingginya angka kematian ibu itu menempatkan Indonesia pada urutan teratas di Assocition South East Asia Nation (ASEAN) dalam hal tersebut. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2007 menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia 143 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan hasil survei 2006, yaitu 133 per 100.000 kelahiran hidup (Siswono, 2003).
Sedangkan menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2002-2003 sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup, Kemudian menjadi 248 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menerus menurun tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2015 yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup. Maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut dimasa mendatang sulit dicapai. (SDKI 2007).
Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seyogyanya dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti taraf pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil yang masih rendah, serta melewati pentingnya pemeriksaan kehamilan dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) yang masih kurang dari standar acuan nasional (Prawirohardjo, 2002).
Dari studi pendahuluan berdasarkan profil kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 didapatkan pencapaian cakupan K4 sebesar 83 %, sedangkan targetnya 87 %, untuk Kota Makassar pencapaian cakupan K4 sebesar 80 % dan targetnya sebesar 86 %, dan pencapaian cakupan untuk Puskesmas Layang Kota Makassar pada tahun 2011 pencapaian cakupan K4 sebesar 84 % dengan target K4 sebesar 90 %. Dengan demikian target untuk cakupan K4 di Puskesmas Layang masih belum tercapai (Dinkes Propinsi Sulsel, 2011).
Tetanus neonatorum merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius disebagian besar negara bekembang dimana cakupan pelayanan kesehatan antenatal dan imunisasi tetanus toxoid kepada ibu hamil masih rendah. Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu : meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi tetanus toxoid kepada wanita usia subur (WUS) termasuk kepada ibu hamil (Depkes RI, 2012: Online).
Keberhasilan upaya antenatal care selain tergantung pada petugas kesehatan juga perlu partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilannya, dengan demikian diharapkan dengan memperbaiki pengetahuan ibu khususnya ibu hamil terhadap perawatan kehamilan sehingga akan dapat merubah sikap serta kepatuhan melaksanakan antenatal care.
Bertolak dari uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kurangnya pengetahuan dan informasi serta pelayanan kesehatan yang memadai semakin memperburuk kondisi antenatal care. Berdasarkan kenyataan ini, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Distribusi Kunjungan K1 dan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil di Puskesmas Layang Kota Makassar tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
- Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan umur ibu di Puskesmas Layang tahun 2011 ?
- Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan paritas ibu di Puskesmas Layang tahun 2011 ?
- Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan Pendidikan ibu di Puskesmas Layang tahun 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil di Puskesmas Layang tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai, yaitu :
a. Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan umur ibu di Puskesmas Layang tahun 2011.
b. Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan paritas di Puskesmas Layang tahun 2011
c. Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan pendidikan di Puskesmas Layang tahun 2011
D. Manfaat Penelitian
- Bagi Masyarakat Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang pentingnnya antenatal care bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak.
- Bagi Profesi Kebidanan.
- Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM tenaga kesehatan khususnya bidan dalam pelayanan antenatal care.Bagi Institusi Kesehatan Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar dan Instansi terkait Lainnya dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kebidanan pada ibu hamil.
- Bagi Peneliti.Menambah wawasan ilmiah penulis dan memperoleh pengalaman berharga dalam penelitian serta sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan.
A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
a. Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan (Wikipedia, 2008)
b. Kehamilan adalah sebuah perjalanan selama 9 bulan menuju ke status menjadi ibu. Kehamilan menimbulkan perubahan emosi baik yang berlangung perlahan-lahan maupun seketika. (Cony Marshall, 2000)
c. Kehamilan merupakan proses alami yang normal. Masa ini merupakan salah satu fase dalam kehidupan wanita pada masa reproduksi (Mary Noland, 2003).
d. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2002).
e. Kehamilan membutuhkan waktu 9 bulan kalender atau 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode, yaitu trimester I dari minggu ke-1 sampai 13, trimester II dari minggu ke-14 sampai 26, trimester III dari minggu ke-27 sampai 39-40 (akhir kehamilan) (Salmah, 2006).
f. Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000) Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu di sebut kehamilan premature, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi:
a. Kehamilan trimester pertama: 0-14 minggu
b. Kehamilan trimester kedua: 14-28 minggu
c. Kehamilan trimester ketiga: 28-42 minggu
Selama kehamilan ada beberapa hal penting yang perlu di ketahui oleh ibu hamil maupun keluarganya, antara lain: tanda-tanda kehamilan, tanda bahaya kehamilan, dan cara memelihara kehamilan (Depkes, Unicef, 2000).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil dikenal sebagai tanda kehamilan. Ada tiga kategori yaitu: presumsi, yaitu perubahan yang dirasakan wanita (misalnya amenorea, keletihan, perubahan payudara, morning sicknes, queckening); kemungkinan, yaitu perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa (misalnya, tanda hegar, ballottoment, tes kehamilan; dan pasti (misalnya, ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin) (Bobak, 2004).
Gejala kehamilan tidak pasti (Arif Mansjoer, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Amenorea (tidak mendapat haid).
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut Naegele bila siklus haid ± 28 hari adalah: tanggal + 7, bulan – 3.
b. Nause (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah).
Sering terjadi pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan, disebut morning sicknes.
c. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).
d. Konstipasi/obstipasi.
Disebabkan penurunan peristaltik usus oleh hormone steroid.
e. Sering kencing.
Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan berkurang perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada akhir kehamilan.
f. Pingsan dan mudah lelah.
Pingsan sering dijumpai bila berada di tempat ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan, lalu hilang setelah kehamilan 18 minggu.
g. Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
Tanda mungkin hamil (Arif Mansjoer, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Pigmentasi kulit.
Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di pipi, hidung, dan dahi, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Terjadi karena pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanafor dan kulit.
b. Leukore.
Sekret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan hormon progesteron.
c. Epulis (hipertrofi papila ginggiva).
Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
d. Perubahan payudara.
Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum bila kehamilan lebih dari 12 minggu.
e. Pembesaran abdomen. Jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.
f. Suhu basal meningkat terus antara 37,2-37,8°C.
g. Perubahan organ-organ dalam pelvik:
1) Tanda Chadwick: vagina livid, terjadi kira-kira minggu ke-6.
2) Tanda Hegar: segmen bawah uterus lembek pada perabaan.
3) Tanda Piscaseck: uterus membesar ke salah satu jurusan.
4) Tanda Braxton-Hicks: uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda ini khas untuk uterus pada masa kehamilan.
Tanda pasti kehamilan (Arif Mansjoer, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
b. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin (DJJ). Dengan stetokop Laennec BJJ baru terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.
c. Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin.
d. Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.
Tanda-tanda kehamilan menurut Wheeler (2004) adalah sebagai berikut :
a. Tidak datang haid
b. Pusing dan muntah pada pagi hari
c. Buah dada membesar dan mulai memproduksi ASI
d. Daerah di sekitar puting susu menjadi agak gelap
e. Perut ibu mulai membesar
3. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya pada masa kehamilan perlu diketahui oleh ibu hamil terutama yang mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sesuai dengan program di puskesmas, minimal yang perlu diketahui klien di masyarakat untuk, mengenal tanda bahaya kehamilan yaitu perdarahan yang keluar dari jalan lahir, hiperemis, pre-eklampsia dan eklampsia, ketuban pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan (Salmah, 2006).
Tanda-tanda bahaya kehamilan (Depkes, Unicef, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Muntah terus menerus dan tidak bisa makan
b. Perdarahan dari jalan lahir
c. Keluar banyak cairan dari jalan lahir sebelum waktu melahirkan tiba
d. Tidak ada gerakan bayi di dalam perut pergeraka berkurang.
e. Tekanan darah meningkat
f. Rasa nyeri hebat di perut
g. Pembengkakan di bagian tubuh terutama di kaki, pandangan kabur, dan sering sakit kepala
h. Demam, suhu tubuh lebih dari 38 0C
4. Cara Memelihara Kehamilan
Cara Memelihara Kehamilan (Depkes, Unicef, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Memeriksakan diri ke petugas kesehatan minimal 4 kali selama kehamilannya.
b. Minum tablet tambah darah untuk mencegah kurang darah, paling sedikit 1 kali selama 90 hari selama kehamilan, dan melaksanakan secepatnya mungkin setelah kehamilan diketahui.
c. Mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT) 2 kali sebelum umur kehamilan 8 bulan.
d. Menggosok gigi 2 kali sehari sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam dengan menggunakan pasta gigi.
e. Merawat dan memijat payudara setelah usia kehamilan 7 bulan, agar ASI-nya banyak.
f. Cukup istirahat dan tidak boleh bekerja terlalu berat.
g. Untuk ibu hamil di daerah endemik gondok, ibu hamil perlu minum 1 kapsul minyak beryodium menurut petunjuk petugas kesehatan.
h. Makan 1-2 porsi tambahan setiap harinya, diusahakan makanan terdiri dari lauk-pauk, sayuran, buah-buahan, dan gunakan garam beryodium.
i. Ibu hamil yang sehat bertambah berat badannya minimal 8 kg selama kehamilan. Pada saat usia kehamilan di atas 7 bulan, pertambahan berat badan paling tidak 3 kg.
B. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care
1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Yasin Setiawan, 2006).
Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2010).
2. Tujuan Antenatal Care
Menurut Abdul Bari Saifudin (2002), bahwa tujuan antenatal care adalah sebagai berikut:
a. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, dan bayi.
c. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.
Tujuan dari antenatal care menurut Manuaba (2010), adalah sebagai berikut:
a. Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, dan nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta perinatal.
3. Kegiatan Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care
Menurut Depkes RI (1994) kegiatan dalam pemeriksaan dan pengawasan kehamilan meliputi:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Intervensi dasar
d. Intervensi khusus sesuai kondisi
e. Memberikan konseling atau pengetahuan
f. Motivasi ibu hamil agar dapat merawat diri selama hamil
g. Mempersiapkan persalinannya.
Menurut Sarwono (2002), bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standar minimal perawatan antenatal care yang disebut ”7T”, yaitu:
a. Timbang berat badan dan tinggi badan.
b. Ukur tekanan darah
c. Ukur tinggi fundus uteri
d. Pemberian imunisasi TT lengkap
e. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil
f. Tes terhadap penyakit seksual menular
g. Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.
4. Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu di pantau jika terjadi penyimpangan dari keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala selama kehamilannya. Menurut Manuaba (2002), berdasarkan Standar Pelayanan Kebidanan pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diduga terjadi kehamilan, dan dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Ibu harus melaksanakan pemeriksaan antenatal paling sedikit 4 kali.
b. Satu kali kunjungan pada trimester pertama.
c. Satu kali kunjungan pada trimester kedua.
d. Dua kali kunjungan pada trimester ketiga.
Penetapan standar 7T harus dipenuhi dengan minimal 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga untuk melihat kualitas. Berdasarkan keteraturan kunjungan ibu hamil ini, cakupan pelayanan antenatal dapat dievaluasi yang dikenal dengan K1 dan K4.
C. Tinjauan Variabel Penelitian
1. Kunjungan K1 dan K4
K1 adalah kunjungan baru ibu hamil dengan pelayanan 7T dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang dimulai dari triwulan pertama 1 kali, triwulan kedua 1 kali dan triwulan ketiga 2 kali, jadi pelajaran pelayanan yang tidak memenuhi standar 7T tersebut belum dapat dianggap suatu pelayanan antenatal (Depkes RI, 2002: 14)
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal, pelayanan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risiko tinggi atau kelainan, khususnya anemi, kurang gizi, hipertensi, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan, bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan melakukan rujukan.
Standar waktu perawatan kehamilan (ANC) tersebut ditentukan untuk menjamin waktu pelayanan khususnya dalam memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus resiko tinggi yang ditemukan
a. Tujuan pelayanan antenatal :
1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2) Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan.
3) Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi.
4) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Mufdlilah, 2009: 7).
b. Jadwal pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
2) Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan 7 (tujuh) bulan
3) Periksa ulang dua kali sebulan sampai kehamilan 9 (sembilan) bulan.
4) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 (sembilan) bulan.
5) Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.
c. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah :
1) Tujuan Umum
Adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2) Tujuan Khusus
a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang diderita sedini mungkin.
c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan KB, keamilan, pesalinan, nifas dan laktasi.
Pelayanan terkait dengan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi, oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yaitu :
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara14-28 minggu)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36)
Pada setiap kunjungan antenatal tersebut perlu didapatkan informasi yang sangat penting, yaitu :
a. Kunjungan pertama trimester I (sebelum minggu ke 14)
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat dll)
b. Kunjungan kedua trimester kedua (sebelum minggu ke 28)
2) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
3) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
4) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
5) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
6) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai,
latihan, personal hygiene, istirahat dll)
7) Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena hipertensi dengan :
a) Tanya ibu tentang gejala PIH.
b) Pantau tekanan darahnya.
c) Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d) Periksa protein urine.
c. Kunjungan ketiga trimester ketiga (antara minggu ke 28-36)
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat dll)
6) Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena hipertensi dengan :
a) Tanya ibu tentang gejala PIH.
b) Pantau tekanan darahnya.
c) Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d) Periksa protein urine.
7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
d. Kunjungan keempat trimester ketiga (setelah 36 minggu)
1) Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2) Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3) Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat dll)
6) Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena hipertensi dengan :
a) Tanya ibu tentang gejala PIH.
b) Pantau tekanan darahnya
c) Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d) Periksa protein urine.
7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
8) Deteksi dini bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit dan persiapan rujukan.
Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah dan ibu hamil hendaknya disarankan untuk menghubungi petugas kesehatan bilamana ibu hamil merasakan tanda-tanda bahaya atau merasa khawatir (Kusmiyati, 2009: 168).
2. Umur ibu
Menurut Bambang M dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Tahun 1999) umur adalah keadaan lamnya manusia. Dimana umur merupakan salah satu factor yang berkaitan dengan unsure-unsur manusia yang turut berperan terhadap kondisi ibu maupun masyaraka tertentu. Berkaitan dengan masalah kesejahteraan ibu dan anak terutama wanita dalam masa persalinan. Karena secara psikologis menurut Edi Sulaeman dalam buku bacaan kesehatan reproduksi (2002) usia seorang wanita yang masih terlalu muda untuk hamil mengakibatkan uterus tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sebaliknya seorang wanita dalam usianya yang semakin tua akan mengakibatkan suatu proses penurunan fungsi fisiologis tubuh termasuk organ-organ reproduksi antara lain akan memicu terjadinya penurunan elastisitas serta kontraksi otot rahim.
Usia ibu hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (> 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah 20 tahun, dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan emosional, sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau degenerasi dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan lebih besar. Perdarahan post partum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro H, 2008 : 233).
3. Paritas
Menurut Helen Varney dalam buku saku bidan ( 2001) paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan berat badan janin mencapai lebih dari 1000 gram. Frekuensi melahirkan yang sering dialami oleh ibu merupaka suatu keadaan yang dapat mengakibatkan endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya dapat terjadi komplikasi dalam persalinan.
Paritas 2 sampai 3 kali merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 sampai 3 dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang lebih baik, sedangkan resiko tinggi (lebih dari 4 kali) dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro H, 2008 hal 233).
4. Pendidikan
a. Pengertian
Dalam kamus bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik) yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran, sedangkan pendidikan mempuyai pengertian proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani, agar dapat memajukan kesempatan hidup (Poerwardarminta, 2001).
b. Jalur pendidikan
Jalur pendidikan merupakan wahana yang dapat dilalui untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi 3 jalur yaitu :
1) Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah-sekolah pada umumnya, jalur pendidikan mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi.
2) Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar seperti TPA, berbagai kursus seperti musik, bimbingan belajar, dan sebagainya.
3) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
c. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan, pendidikan di Indonesia mengenal 3 jenjang pendidikan yaitu :
1) Pendidikan dasar (SD/MI/paket C dan SLTP/MTS/ paket B)
2) Pendidikan menengah (SMU/SMK)
3) Pendidikan tinggi (S1, S2, S3).
d. Sistem Pendidikan
Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya diarahkan dari tercapainya tujuan tersebut. Karena itu proses pendidikan merupakan sebuah sistem yang disebut sebagai sistem pendidikan.
Secara teoritis, suatu sistem pendidikan terdiri dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan, adapun komponen atau faktor-faktor tersebut terdiri dari :
1) Tujuan
Tujuan disebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberi arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan.
2) Peserta Didik
Fungsinya adalah sebagai obyek yang sekaligus sebagai subyek pendidikan. Sebagai obyek peserta didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan moderm peserta didik lebih dekat dikatakan sebagai subyek atau pelaksanaan pendidikan.
3) Pendidik
Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pememgang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
4) Alat Pendidikan
Maksudnya adalah sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
5) Lingkungan
Maksudnya lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksanaya proses pendidikan (Hasbullah, 2008).
Andra, 2007. Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi. (http://www,Hidayatullah.com/indeks, tanggal 26 September 2011
Bagian Rekan Medik, 2010. Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Layang Kota Makassar. Makassar
Bambang M. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta
Bobak, Lowdermilk. (2004). Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Cony Marshall, 2000. Kehamilan. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ Online, diakses tanggal 10 September 2011.
Depkes RI, 2000, Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Depkes RI, 2010. Cakupan Pelayanan Kesehatan Antenatal dan Imunisasi Tetanus Toxoid Kepada Ibu. http: //www.depkes.go.id/downloads Online, diakses tanggal 8 September 2011.
Eko Budiarto.2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta
Mandriwati G.A, 2008. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC, Jakarta
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta
Manuaba, I, Gde, Bagus, 2002. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi dan KB. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Mary Noland, 2003. Proses Terjadinya Kehamilan. http://www.docstoc.com Online, diakses
Wikipedia, 2008. Proses Kehamilan. http://ronaldoedi.wordpress.com Online, diakses tanggal 8 September 2011
Wiknjosastro Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta
Berikut ini contoh skripsi kebidanan tentang :
Untuk lebih mudah silahkan Download file PDF nya disini :