Askep Tuberkulosis Paru Tb Paru

TBC (TUBERKULOSIS PARU)

Pengertian
TBC adalah penyakit menular akibat kuman yang dapat menyerang semua bagian tubuh (IPD, 2001)


Penyebab TBC

TBC disebabkan oleh suatu kuman yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat oleh alat pembesar. Kuman ini disebut dengan Mycrobakterium Tuberculosis


Tanda dan gejala

  • Batuk berdahak selama 3 minggu atau lebih.
  • Pernah batuk dengan dahak bercampur darah.
  • Terasa sesak pada waktu bernafas dan disertai nyeri di dada.
  • Nafsu makan berkurang dan BB menurun.
  • Demam meriang lebih 1 bulan dan berkeringat malam hari tanpa sebab.
Penularan TBC
  • Secara langsung : dari percikan dahak atau ludah pada waktu batuk, bersin atau berbicara berhadap – hadapan dengan penderita.
  • Tidak langsung : penderita meludah di sembarang tempat.
Cara mencegah penularan penyakit TBC.
  • Menutup mulut pada waktu bersin atau batuk.
  • Jangan meludah sembarang tempat.
  • Usahakan anak dapat tidur dengan nyenyak atau cukup.
  • Jika anak batuk bedahak, agar dahak ditampung dalam kaleng berisi.
  • Berobat secara teratur dan rutin selama 6 bulan.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan memberinya makan – makanan yang bergizi.
  • Bila ada bayi harus segera mendapatkan imunisasi BCG.
  • Usahakan sinar matahari dan udara segar dapat masuk ke rumah dengan membuka jendela tiap hari serta bersihkan rumah setiap hari.
  • Usahakan menjemur kasur agar kasur tidak lembab.
Cara pengobatan dan cara minum obat.
  • Fase intensif : Obat diminum setiap hari selama 2 bulan (kategori 1) dilanjutkan dengan
  • Fase lanjutan : Obat diminum 3 kali dalam satu minggu selama 4 bulan (2HRZE).kategori:II :diberikan setiap hari selama 2 bulan dilanjutkan 3xseminngu (2HRZES)
  • Obat harus diminum secara teratur dan lengkap sesuai waktu yan ditentukan oleh petugas kesehatan.
  • Jangan stop obat sendiri tanpa anjuran petugas kesehatan
  • segera control keRS apabila terjadi alergi
Etiologi
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang berbentuk batang dan Tahan 
asam(Price , 1997 ).Penyebab Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 /mm
Dengan tebal 0,3 – 0,5 mm. selain itu juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. 
Kansasii, M. Intracellutare.

KLASIFIKAS
Klasifikasi Kesehatan Masyarakat (American Thoracic Society, 1974)
Kategori 0 = Tidak pernah terpapar / terinfeksi
Riwayat kontak negatif
Tes tuberkulin

Kategori I = Terpapar TB tapi tidak terbukti ada infeksi
Riwayat / kontak negatif
Tes tuberkulin negatif

Kategori II = Terinfeksi TB tapi tidak sakit
Tes tuberkulin positif
Radiologis dan sputum negatif

Kategori III = Terinfeksi dan sputum sakit
Di Indonesia Klasifikasi yang dipakai berdasarkan DEPKES 2000 adalah 
Kategori 1 : Paduan obat 2HRZE/4H3R3 atau 2HRZE/4HR atau  2HRZE/6HE
Obat tersebut diberikan pada penderita baru Y+TB Paru BTA Positif, penderita TB Paru BTA Negatif
Roentgen Positif yang “sakit berat” dan Penderita TB ekstra Paru Berat.

Kategori II : paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Obat ini diberikan untuk : penderita kambuh (relaps), pendrita gagal (failure) dan penderita dengan
pengobatan setelah lalai ( after default)

Kategori III : paduan obat 2HRZ/4H3R3
Obat ini diberikan untuk penderita BTA negatif fan roentgen positif    sakit ringan, penderita ekstra paru
ringan yaitu TB Kelenjar Limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa uiteral, TB Kulit, TB tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.Adapun tambahan dari pengobatan pasien TB obat sisipan yaitu
diberikan bila pada akhir tahab intensif dari suatu pengobatan dengan kategori 1 atua 2, hasil pemeriksaan
dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama satu bulan.

Gejala Klinis
Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum , malaise , gejala flu ,
demam ringan , nyeri dada , batuk darah . ( Mansjoer , 1999)
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan ( Luckman dkk, 93 )          
Demam  :   subfebril menyerupai influensa
Batuk     : - batuk kering (non produktif)  ® batuk produktif (sputum)
                - hemaptoe
Sesak Nafas   : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah ½  bagian paru-paru
-  Nyeri dada
-  Malaise  : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam

Pemeriksaan Penunjang
1.  Darah :  
-   Leokosit sedikit meninggi
-   LED meningkat

2.  Sputum : 
BTA
Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada satu sediaan dengna kata lain 5.000
kuman dalam 1 ml sputum.

3.  Test Tuberkulin :  Mantoux Tes (PPD)
4.  Roentgen          :  Foto PA

Medikamentosa
Jenis  obat yang dipakai
-  Obat Primer                               -  Obat Sekunder

1.  Isoniazid (H)                              1.  Ekonamid
2.  Rifampisin (R)                            2.  Protionamid
3.  Pirazinamid (Z)                           3.  Sikloserin
4.  Streptomisin                               4.  Kanamisin
5.  Etambutol (E)                             5.  PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6.  Tiasetazon
7.  Viomisin
8.  Kapreomisin

Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap
rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi  negatif (konversi)
pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat.

Tahap  lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk
mencegah terjadinya kelembutan. Tahab lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant)
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Kegagalan Pengobatan
Sebab-sebab kegagalan pengobataan :

a. Obat : 
- Paduan obat tidak adekuat
- Dosis obat tidak cukup
- Minum obat tidak teratur / tdk. Sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
- Jangka waktupengobatan kurang dari semestinya
- Terjadi resistensi obat.

b. Drop out :
- Kekurangan biaya pengobatan
- Merasa  sudah sembuh
- Malas berobat

c. Penyakit :
-  Lesi Paru yang sakit terlalu luas / sakit berat
-  Ada penyakit lainyang menyertai contoh : Demam, Alkoholisme dll
-  Ada gangguan imunologis

Penanggulangan Khusus Pasien
a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
-  menilai kembali apakah paduan obat sudah adekuat mengenai dosis dan cara pemberian.
-  Pemeriksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat

b. Terhadap penderita yang riwayat pengobatan tidak teratur
-  Teruskan pengobatan lama ± 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan.
-  Nilai ulang test resistensi kuman terhadap  obat
-  Jangka resistensi terhadap obat, ganti dengan paduan obat yang masih sensitif.

c. Pada penderita kambuh (sudah menjalani pengobatan teratur dan adekuat sesuai rencana tetapi dalam
kontrol ulang BTA ( +) secara mikroskopik atau secara biakan )
1.      Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
2.      Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali, biakan dan resistensi
3.      Roentgen paru sebagai evaluasi.
4.      Identifikasi adanya penyakit yang menyertai (demam, alkoholisme / steroid jangka lama)
5.      Sesuatu obat dengan tes kepekaan / resistensi
6.      Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis, bakteriologis.

Asuhan Keperawatan TB Paru

Pengkajian : Data Yang dikaji

A. Aktifitas/istirahat
Kelelahan
Nafas pendek karena kerja
Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
Mimpi buruk
Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri , dan sesak

B. Integritas Ego
Adanya / factor stress yang lama
Masalah keuangan, rumah
Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan
Menyangkal
Ansetas, ketakutan, mudah  terangsang

C. Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik
Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan
Kenyamanan
Nyeri dada
Berhati-hati pada daerah yang sakit
Gelisah
Pernafasan
Nafas Pendek
Batuk
Peningkatan frekuensi pernafasan
Pengembangn pernafasan tak simetris
Perkusi pekak dan penuruna fremitus
Defiasi trakeal
Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral

Karakteristik : 
Hijau /kurulen, Kuning atua bercak darah
Keamanan
Adanya kondisi penekanan imun
Test HIV Positif
Demam atau sakit panas akut
Interaksi Sosial
Perasaan Isolasi atau penolakan
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab

Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur Sputum
2. Zeihl-Neelsen
3. Tes Kulit
4. Foto Thorak
5. Histologi
6. Biopsi jarum pada jaringan paru
7. Elektrosit
8. GDA
9. Pemeriksaan fungsi Paru

Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d
-  Pertahanan primer tak adekuat , penurunan kerja silia
-  Kerusakan jaringan
-  Penurunan ketahanan
-  Malnutrisi
-  Terpapar lngkungan
-  Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen

Kriteria hasil :
- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko    individu
- Mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
- Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan lingkungan yang aman

Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
2. Identifikasi orang lain yang beresiko
3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari meludah
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara
5. Awasi suhu sesuai indikasi
6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum
9. Dorong memilih makanan seimbang
10.Kolaborasi pemberian antibiotik
11.Laporkan ke departemen kesehatan lokal

Bersihan jalan nafas tak efektif  B.d
-  adanya secret
-  Kelemahan , upaya batuk buruk
-  Edema tracheal              

Kriteria Evaluasi  : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi   jaringan adekuat

Intervensi :
1.  Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot asesoris
2.  Catat kemampuan unttuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif
3.  Beri posisi semi/fowler
4.  Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea
5.  Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari
6.  Kolaboras pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai dengan indikasi

Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d
-  Penurunan permukaan efektif paru , atelektasis
-  Kerusakan membran alveolar – kapiler
-  Sekret kental , tebal
-  Edema bronchial

Kriteria Evaluasi  : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan

Intervensi :
1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan   upaya pernafasan , terbatasnya
ekspansi dinding dada , dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada warna kulit
3. Anjurkan bernafas bibr selama ekshalasi
4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi oksigen

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d
-  Kelemahan
-  Sering batuk / produksi sputum
-  Anorexia
-  Ketidakcukupan sumber keuangan

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola hidup untuk
meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat 

Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas     mukosa oral ,
kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare
2. Pastikan pola diet biasa pasien
3. Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik
4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat
5. Dorong dan berikan periode stirahat sering.
6. Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohodrat.
8. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah.
9. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
10. Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam sebelum dan sesudah makan.
11. Awasi pemeriksaan laboratorium
12. Kolaborasi antipiretik

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan
Berhubungan dengan :
-  Keterbatasan kognitif
-  Tak akurat/lengkap informasi yang ada salah interpretasi informasi

Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan serta melakukan
perubahan pola hidupdan berpartispasi dalam program pengobatan

Intervensi :
Kaji kemampuan psen untuk belajar
Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat.
Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk rujukan.
Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama.
Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum INH
Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah  memula dan kemudian tiap bulan selama minum etambutol
Dorongan pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut / masalah. Jawab pertanyaan dengan benar.
Dorong untuk tidak merokok
Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi

Askep Tuberkulosis Paru Tb Paru

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilynn E ,Rencana Asuhan Keperawatan ,EGC, Jakarta , 2000.
Lynda Juall Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan , edisi 2 , EGC, Jakarta
,1999.
Mansjoer dkk , Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI , Jakarta 1999.
Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses penyakit , alih bahasa Peter
Anugrah,
edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.
Tucker dkk, Standart Perawatan Pasien , EGC, Jakarta , 1998.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »