Showing posts with label kumpulan skripsi kebidanan. Show all posts
Showing posts with label kumpulan skripsi kebidanan. Show all posts

Kumpulan Judul KTI Kebidanan Terbaru 2017

Kumpulan Judul KTI Kebidanan Terbaru 2017


Di bawah ini adalah Beberapa Contoh Judul KTI terbaru kebidanan, yang bisa di jadikan acuan buat mahasiswi kebidanan yang masih bingung dengan judul-judul KTI, berikut Admin akan paparkan kepada kalian, silahkan di simak dan Semoga bermanfaat,............


Kumpulan Judul KTI Kebidanan Terbaru 2017



  • HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN RUPTURE PERINEUM PERSALINAN NORMAL PADA PRIMIGRAVIDA DI RS
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEENGANAN AKSEPTOR KB UNTUK MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS
  • ANALISA SENAM HAMIL PADA IBU HAMIL DI KELAS IBU DI PUSKESMAS
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS
  • KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DI PUSKESMAS
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI OLEH KADER DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK PELAKSANAAN SENAM LANSIA DI POSYANDU DESA PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA DI PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN REMAJA AWAL (11-13 TAHUN) TENTANG PENGERTIAN DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP
  • PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN DI PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENSTRUASI DI SMP
  • PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DI RSUD
  • GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA (1-5 TAHUN) DI POSYANDU
  • KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAKSANAKAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA MENYUSUI DI DESA
  • KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  •  GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI RS
  • TINJAUAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG EMESIS GRAVIDARUM DI RS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB PIL TENTANG EFEK SAMPING PIL ORAL KOMBINASI (POK) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP RESIKO PERKAWINAN DINI PADA KEHAMILAN DAN PROSES PERSALINAN DI DESA
  • GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG SENAM HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN PELAKSANAAN 7T PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN
  • KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI DI RUMAH SAKIT UMUM
  • TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMU
  • GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT KELAMIN PADA SAAT MENSTRUASI DI DESA
  • TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA (6-24 BULAN) DI PUSKESMAS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DI POSYANDU  WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK TENTANG EFEK SAMPING DEPO MEDROXYPROGESTERONE ASETAT (DMPA) DI RS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS II TENTANG DIET SEIMBANG DI SMA NEGERI
  • FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN AKSEPTOR KB PIL TENTANG EFEK SAMPING POK (PIL ORAL KOMBINASI) DI PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK BALITA YANG MENDERITA ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN, DI PUSKESMAS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT DI PUSKESMAS
  • KARAKTERISITK AKSEPTOR KB POK (PIL ORAL KOMBINASI) DIPUSKESMAS
  • GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU DI DESA
  • PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TABLET FE DI PUSKESMA
  • PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 0-6 BULAN TENTANG MANFAAT ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS
  • HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS
  • GAMBARAN PENATALAKSANAAN MANAJEMEN LAKTASI MASA NIFAS DINI OLEH PETUGAS KESEHATAN TERHADAP IBU-IBU POST PARTUM DI 3 BPS
  • GAMBARAN PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR NORMAL 0-6 JAM DI BPS WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI
  • KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS
  • PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA MASA NIFAS DI PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA TENTANG BIANG KERINGAT PADA BAYI 0-1 TAHUN DI PUSKESMAS
  • GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT
  • GAMBARAN AKSEPTOR KB AKDR DI PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ALAT KONTRASEPSI KB SUNTIK DI PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS III TENTANG SEKS SEKUNDER DI SMP
  • PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MASA PUBERTAS TENTANG DYSMENORE DI SMP
  • GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP NEGERI
  • KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBUR YANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI 6 – 24 BULAN DI PUSKESMAS
  • GAMBARAN AKSEPTOR KB METODE OPERATIF PRIA (MOP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DIPUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS
  • PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG KEHAMILAN DIPUSKESMAS
  • PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA SISWA KELAS II SMA NEGERI
  • GAMBARAN PENATALAKSANAAN CARA MEMANDIKAN NEONATUS 0-7 HARI TERHADAP IBU NIFAS DI PUSKESMAS
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS
  • PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN DI RS
  • CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS DIPUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET FE DI PUSKESMAS
  • GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DIPUSKESMAS
  • PENGETAHUAN DAN APLIKASI MAHASISWI TINGKAT II KEBIDANAN TENTANG PARTOGRAF
  • GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI 0-1 TAHUN DI PUSKESMAS
  • PENGETAHUAN WANITA PRA-MENOPAUSE TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP KEPUTIHAN DI SMU
  • HUBUNGAN MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESARIA (SC) DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA OPERASI DI RUANG KEBIDANAN
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR GANTI CARA DARI SUNTIK KE PIL DI BPS
  • FAKTOR PENYEBAB PERDARAHAN POST PARTUM DI RUANG
  • FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA AKSEPTOR KB SUNTIK DI BPS
  • GAMBARAN PENANGANAN TERHADAP REMAJA PUTRI KORBAN PERKOSAAN DI UNIT PELAYANAN TERPADU-PEREMPUAN KORBAN TINDAK KEKERASAN (UPT-PKTK)
  • PENATALAKSANAAN KALA III DAN KALA IV OLEH BIDAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • PENATALAKSANAAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG
  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS
  • HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR IUD DENGAN KECEMASAN AKSEPTOR IUD DI BPS WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DIARE PADA BALITA DI RUMAH SAKIT
  • GAMBARAN PENGETAHUAN CALON AKSEPTOR KB MENGENAI KBA METODE OVULASI BILLING DI RUMAH SAKIT PANTI
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM 6 HARI DI DESA … WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BELUM TERCAPAINYA CAKUPAN K4 DI DESA … WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA … KECAMATAN
  • GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG IMUNISASI DPT DI PUSKESMAS
  • HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU TERHADAP PROSES PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA KELUHAN PREMENOPAUSE PADA IBU YANG BERKUNJUNG KE RB
  • FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK IBU DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT
  • KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR (WUS) YANG MENGALAMI KEPUTIHAN DI RB
  • HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI RUMAH SAKIT
  • GAMBARAN FAKTOR KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD
  • GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG MATERI BUKU KIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK YANG MENGALAMI KENAIKAN BERAT BADAN DI BPS
  • PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA
  • GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP STANDAR PELAYANAN ANTENATAL OLEH BIDAN DI PUSKESMAS
  • GAMBARAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE DI BPS WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MP-ASI TERLALU DINI DI DESA
  • GAMBARAN PENERAPAN KONSELING KB TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK IBU DENGAN ABORTUS DI RSUD
  • KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB IUD TERHADAP PENGGUNAAN AKDR/IUD DI PUSKESMAS
  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS HARI PERTAMA DI BPS
  • GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI LINGKUNGAN
  • GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (KALA I ) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
  • KARAKTERISTIK BALITA GIZI KURANG DI KAMPUNG
  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIDAN MELAKUKAN SUNAT PEREMPUAN DI TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN
  • GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA MASA NIFAS DALAM PEMANFAATAN BUKU KIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • GAMBARAN LAMA PENGGUNAAN KB SUNTIK TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA
  • ANALISIS PELUANG TERJADINYA PRE EKLAMPSIA BERAT (PEB) PADA PASIEN HYPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
  • HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT
  • HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT
  • KARAKTERISTIK IBU POST PARTUM YANG MENGALAMI INFEKSI NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STANDAR ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN PELAKSANAANNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG STANDAR ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN PRAKTEK PELAKSANAANNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  • HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN BUDAYA PATRIARKI DENGAN KEJADIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) DI DESA PURWAJAYA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Kumpulan judul skripsi kebidanan terbaru


Karya tulis Ilmiah adalah suatu karya untuk menghasilkan ilmu pengetahuan atau sesuatu yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan dikerjakan menurut aturan atau tata cara tertentu yang telah diakui secara luas oleh para ahli sebagai metode ilmiah (Soedjono, 1992).

Skripsi adalah suatu karya tulis ilmiah, berupa paparan tulisan hasil penelitian yang membahas suatu masalah dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu tersebut.

Tugas Akhir (TA) adalah hasil tertulis dari pelaksanaan suatu penelitian, yang dibuat untuk pemecahan masalah tertentu dengan menggunkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang ilmu tersebut.

Kumpulan Judul Skripsi Kebidanan Terbaru

Berikut ini Adalah Beberapa Kumpulan Judul Skripsi Terbaru Kebidanan 2016:

  1. EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MISOPROSTOL DAN OKSITOSIN PADA PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM
  2. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSIA-EKLAMSIA PADA IBU HAMIL DIRS
  3. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI SMP
  4. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PRETERM DI RSU
  5. FAKTOR-FAKTORYANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN
  6. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI 0-6 BULAN DI BPS
  7. FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN
  8. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYEBAB TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM DI RS
  9. HUBUNGAN ANEMIA DAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS
  10. HUBUNGAN ANEMIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN
  11. HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RS
  12. HUBUNGAN ANTARA USIA IBU, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS INCOMPLETUS
  13. HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PRETERM PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM
  14. HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN RIWAYAT KURETASE DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM
  15. HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL
  16. HUBUNGAN ANTARA PRE EKLAMPSIA-EKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN INTRA UTERIN FETAL DEATH
  17. HUBUNGAN ANTARA SISA PLASENTA DAN RIWAYAT PERDARAHAN POST PARTUM DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM  PADA IBU NIFAS DI RS
  18. HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS
  19. HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
  20. HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSI-EKLAMSI PADA IBU HAMIL DI RS
  21. HUBUNGAN INDUKSI OKSITOSIN DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN YANG MENGALAMI PERDARAHAN POST PARTUM
  22. HUBUNGAN INDUKSI OKSITOSIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN YANG MENGALAMI PERDARAHAN POST PARTUM DI RS
  23. HUBUNGAN INDUKSI OKSITOSIN DAN UMUR IBU DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN
  24. HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET Fe DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
  25. HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM
  26. HUBUNGAN KEBERADAAN ANGGOTA KELUARGA YANG MEROKOK DAN STATUS GIZI BALITA DENGAN KEJADIAN ISPA
  27. HUBUNGAN RIWAYAT KEHAMILAN EKTOPIK TERHADAP KEJADIAN KEHAMILAN EKTOPIK PADA IBU BERSALIN
  28. HUBUNGAN RIWAYAT SEKSIO SESAREA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA
  29. HUBUNGAN PARITAS DAN ANEMIA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  30. HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RS
  31. HUBUNGAN PARTUS PRESIPITATUS DAN PARITAS DENGAN ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN
  32. HUBUNGAN PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN YANG MENGALAMI PRE EKLAMSIA-EKLAMPSIA
  33. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP  REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
  34. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA TENTANG KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA
  35. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)
  36. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  37. HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD
  38. HUBUNGAN PENGETAHUAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN KONSUMSI VITAMIN A PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  39. HUBUNGAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
  40. HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SMK
  41. HUBUNGAN PERSALINAN SUNGSANG DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM
  42. HUBUNGAN POLA ASUH DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
  43. HUBUNGAN PRE EKLAMPSIA BERAT DENGAN KEJADIAN SECSIO CESAREA PADA IBU BERSALIN
  44. HUBUNGAN PRE EKLAMPSIA DAN SISA PLASENTA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM
  45. HUBUNGAN SEKSIO SESAREA DAN KELAHIRAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RS
  46. HUBUNGAN STATUS GIZI DAN RIWAYAT DISMENORE PADA KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE
  47. HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI BALITA
  48. HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN
  49. HUBUNGAN USIA DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS
  50. HUBUNGAN USIADAN PARITAS DENGAN KANKER SERVIKS PADA WANITA DI RSU
  51. HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN INTRA UTERINE FETAL DEATH DI RS
  52. HUBUNGAN USIA DAN PARITAS PADA IBU BERSALIN DENGAN KEHAMILAN SEROTINUS DI RS
  53. HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN PLASENTA PREVIA
  54. HUBUNGAN USIA DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RS
  55. HUBUNGAN USIA DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN PARTUS PREMATUR  DI RUMAH SAKIT
  56. HUBUNGAN USIA IBU BERSALIN DAN PREEKLAMPSI DALAM KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KLINIK
  57. HUBUNGAN USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INCOMPLETUS DI RSB
  58. HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS
  59. HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI KLINIK
  60. PERBEDAAN POSISI MIRING DAN SETENGAH DUDUK PADA IBU BERSALIN TERHADAP PERCEPATAN PERSALINAN KALA II DI BPS
  61. PERBEDAAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK MASASE UNTUK MENGURANGI NYERI PERSALINAN KALA I DI BPS

Distribusi kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang      

Salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarakat, adil dan makmur, kualitas SDM diukur dari kecerdasan, kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi, serta keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa (Roesli utami, 2008).

Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun (Manuaba, 1998). Data terakhir dari BPS adalah sebesar 262 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2005. Sedangkan Laporan Pembangunan Manusia tahun 2000 menyebutkan angka kematian ibu di Malaysia jauh di bawah Indonesia yaitu 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Singapura 6 per 100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per 100 ribu kelahiran hidup, dan Filiphina 170 per 100 ribu kelahiran hidup. Padahal, tahun 2000 angka kematian ibu masih berkisar di angka 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Bahkan Indonesia kalah dibandingkan Vietnam, Negara yang belum lama merdeka, yang memiliki angka kematian ibu 160 per 100 ribu kelahiran hidup (Andra, 2007).

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2011. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan  yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%  (SDKI, 2007).

Sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun di Indonesia karena kehamilan atau persalinan. Hal itu berarti setiap setengah jam seorang perempuan meninggal karena kehamilan atau persalinan. Akibatnya, setiap tahun 36.000 balita menjadi anak yatim. Tingginya angka kematian ibu itu menempatkan Indonesia pada urutan teratas di Assocition South East Asia Nation (ASEAN) dalam hal tersebut. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2007 menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia 143 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan hasil survei 2006, yaitu 133 per 100.000 kelahiran hidup (Siswono, 2003).
Sedangkan menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2002-2003 sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup, Kemudian menjadi 248 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan AKI cenderung terus menerus menurun tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2015 yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup. Maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan target tersebut dimasa mendatang sulit dicapai. (SDKI 2007).

Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seyogyanya dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti taraf pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil yang masih rendah, serta melewati pentingnya pemeriksaan kehamilan dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) yang masih kurang dari standar acuan nasional (Prawirohardjo, 2002).

Dari studi pendahuluan berdasarkan profil kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2011 didapatkan pencapaian cakupan K4 sebesar 83 %, sedangkan targetnya 87 %, untuk Kota Makassar pencapaian cakupan K4 sebesar 80 % dan targetnya sebesar 86 %, dan pencapaian cakupan untuk Puskesmas Layang Kota Makassar pada tahun 2011 pencapaian cakupan K4 sebesar 84 % dengan target  K4 sebesar 90 %. Dengan demikian target untuk cakupan K4 di Puskesmas Layang masih belum tercapai (Dinkes Propinsi Sulsel, 2011).

Tetanus neonatorum merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius disebagian besar negara bekembang dimana cakupan pelayanan kesehatan antenatal dan imunisasi tetanus toxoid kepada ibu hamil masih rendah. Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu : meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan antenatal dengan pemberian imunisasi tetanus toxoid kepada wanita usia subur (WUS) termasuk kepada ibu hamil (Depkes RI, 2012: Online).

Keberhasilan upaya antenatal care selain tergantung pada petugas kesehatan juga perlu partisipasi ibu hamil itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilannya, dengan demikian diharapkan dengan memperbaiki pengetahuan ibu khususnya ibu  hamil terhadap perawatan kehamilan sehingga akan dapat merubah sikap serta kepatuhan melaksanakan antenatal care.

Bertolak dari uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kurangnya pengetahuan dan informasi serta pelayanan kesehatan yang memadai semakin memperburuk kondisi antenatal care. Berdasarkan kenyataan ini, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Distribusi Kunjungan K1 dan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil di Puskesmas Layang Kota Makassar tahun 2011.

B. Rumusan   Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan  masalah  penelitian sebagai berikut:


  1. Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan umur ibu di Puskesmas Layang tahun 2011 ?
  2. Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan paritas ibu di Puskesmas Layang tahun 2011 ?
  3. Bagaimana distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan Pendidikan ibu  di Puskesmas Layang tahun 2011 ?

C. Tujuan  Penelitian

1.  Tujuan Umum
Adapun  tujuan  yang  ingin  dicapai yaitu untuk mengetahui  distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil di Puskesmas Layang tahun 2011.
2.  Tujuan Khusus
Adapun  tujuan  khusus  yang  ingin dicapai, yaitu :
a.  Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan umur ibu di Puskesmas Layang tahun 2011.
b.  Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan paritas  di Puskesmas Layang tahun 2011
c.   Diketahuinya distribusi kunjungan K1 dan kunjungan K4 pada ibu Hamil berdasarkan pendidikan  di Puskesmas Layang tahun 2011

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Masyarakat Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang pentingnnya antenatal care bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak.
  2. Bagi Profesi Kebidanan.
  3. Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM tenaga kesehatan khususnya bidan dalam pelayanan antenatal care.Bagi Institusi Kesehatan Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar dan Instansi terkait Lainnya dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kebidanan pada ibu hamil.
  4. Bagi Peneliti.Menambah wawasan ilmiah penulis dan memperoleh pengalaman berharga dalam penelitian serta sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Kebidanan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Tinjauan Umum Tentang Kehamilan
1.  Pengertian Kehamilan
a.  Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan (Wikipedia, 2008)
b.  Kehamilan adalah sebuah perjalanan selama 9 bulan menuju ke status menjadi ibu. Kehamilan menimbulkan perubahan emosi baik yang berlangung perlahan-lahan maupun seketika. (Cony Marshall, 2000)
c.   Kehamilan merupakan proses alami yang normal. Masa ini merupakan salah satu fase dalam kehidupan wanita pada masa reproduksi (Mary Noland, 2003).
d.  Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2002).
e. Kehamilan membutuhkan waktu 9 bulan kalender atau 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode, yaitu trimester I dari minggu ke-1 sampai 13, trimester II dari minggu ke-14 sampai 26, trimester III dari minggu ke-27 sampai 39-40 (akhir kehamilan) (Salmah, 2006).
f.    Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000) Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu di sebut kehamilan premature, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Menurut usia  kehamilan, kehamilan dibagi menjadi:
a.  Kehamilan trimester pertama: 0-14 minggu
b.  Kehamilan trimester kedua: 14-28 minggu
c.   Kehamilan trimester ketiga: 28-42 minggu
Selama kehamilan ada beberapa hal penting yang perlu di ketahui oleh ibu hamil maupun keluarganya, antara lain: tanda-tanda kehamilan, tanda bahaya kehamilan, dan cara memelihara kehamilan (Depkes, Unicef, 2000).
2.  Tanda dan Gejala  Kehamilan
Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil dikenal sebagai tanda kehamilan. Ada tiga kategori yaitu: presumsi, yaitu perubahan yang dirasakan wanita (misalnya amenorea, keletihan, perubahan payudara, morning sicknes, queckening); kemungkinan,  yaitu perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa (misalnya, tanda hegar, ballottoment, tes kehamilan; dan pasti (misalnya, ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin) (Bobak, 2004).
Gejala kehamilan tidak pasti  (Arif Mansjoer, 2000) adalah sebagai berikut:
a.  Amenorea (tidak mendapat haid).
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir untuk menentukan usia kehamilan dan taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut Naegele bila siklus haid ± 28 hari adalah: tanggal + 7, bulan – 3.
b.  Nause (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah).
Sering terjadi pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan, disebut morning sicknes.
c.   Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu).
d.  Konstipasi/obstipasi.
Disebabkan penurunan peristaltik usus oleh hormone steroid.
e.  Sering kencing.
Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan berkurang perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada akhir kehamilan.
f.    Pingsan  dan mudah lelah.
Pingsan sering dijumpai bila berada di tempat ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan, lalu hilang setelah kehamilan 18 minggu.
g.  Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
Tanda mungkin hamil (Arif Mansjoer, 2000) adalah sebagai berikut:
a.  Pigmentasi kulit.
Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di pipi, hidung, dan dahi, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Terjadi karena pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanafor dan kulit.
b.  Leukore.
Sekret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan hormon progesteron.
c.   Epulis (hipertrofi papila ginggiva).
Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
d.  Perubahan payudara.
Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit pigmen berlebihan. Terdapat kolostrum bila kehamilan lebih dari 12 minggu.
e.  Pembesaran abdomen. Jelas terlihat setelah kehamilan 14  minggu.
f.    Suhu basal meningkat terus antara 37,2-37,8°C.
g.  Perubahan organ-organ dalam pelvik:
1)  Tanda Chadwick: vagina livid, terjadi kira-kira minggu ke-6.
2)  Tanda Hegar: segmen bawah uterus lembek pada perabaan.
3)  Tanda Piscaseck: uterus membesar ke salah satu jurusan.
4)  Tanda Braxton-Hicks: uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda ini khas untuk uterus pada masa kehamilan.
Tanda pasti kehamilan (Arif Mansjoer, 2000) adalah sebagai berikut:
a.  Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
b.  Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin (DJJ). Dengan stetokop Laennec BJJ baru terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.
c.   Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin.
d.  Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.
Tanda-tanda  kehamilan menurut Wheeler (2004) adalah sebagai berikut :
a.  Tidak datang haid
b.  Pusing dan muntah pada pagi hari
c.   Buah dada membesar dan mulai memproduksi ASI
d.  Daerah di sekitar puting susu menjadi agak gelap
e.  Perut ibu mulai membesar

3.  Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda  bahaya pada masa kehamilan perlu diketahui oleh ibu hamil terutama yang mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sesuai dengan program di puskesmas, minimal yang perlu diketahui klien di masyarakat untuk, mengenal tanda bahaya kehamilan yaitu perdarahan yang keluar dari jalan lahir, hiperemis, pre-eklampsia dan eklampsia, ketuban pecah dini, dan gerakan janin yang tidak dirasakan (Salmah, 2006).
Tanda-tanda bahaya kehamilan (Depkes, Unicef, 2000) adalah sebagai berikut:
a.  Muntah terus menerus dan tidak bisa makan
b.  Perdarahan dari jalan lahir
c.   Keluar banyak cairan dari jalan lahir sebelum waktu melahirkan tiba
d.  Tidak ada gerakan bayi di dalam perut pergeraka berkurang.
e.  Tekanan darah meningkat
f.    Rasa nyeri hebat di perut
g.  Pembengkakan di bagian tubuh terutama di kaki, pandangan kabur, dan sering sakit kepala
h.  Demam, suhu tubuh lebih dari 38 0C
4.  Cara Memelihara Kehamilan
Cara Memelihara Kehamilan (Depkes, Unicef, 2000) adalah sebagai berikut:
a.  Memeriksakan diri ke petugas kesehatan minimal 4 kali selama kehamilannya.
b.  Minum tablet tambah darah untuk mencegah kurang darah, paling sedikit 1 kali selama 90 hari selama kehamilan, dan melaksanakan secepatnya mungkin setelah kehamilan diketahui.
c.   Mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT) 2 kali sebelum umur kehamilan 8 bulan.
d.  Menggosok gigi 2 kali sehari sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam dengan menggunakan pasta gigi.
e.  Merawat dan memijat payudara setelah usia kehamilan 7 bulan, agar ASI-nya banyak.
f.    Cukup istirahat dan tidak boleh bekerja terlalu berat.
g.  Untuk ibu hamil di daerah endemik gondok, ibu hamil perlu minum 1 kapsul minyak beryodium menurut petunjuk petugas kesehatan.
h.  Makan 1-2 porsi tambahan setiap harinya, diusahakan makanan terdiri dari lauk-pauk, sayuran, buah-buahan, dan gunakan garam beryodium.
i.    Ibu hamil yang sehat bertambah berat badannya minimal 8 kg selama kehamilan. Pada saat usia kehamilan di atas 7 bulan, pertambahan berat badan paling tidak 3 kg.
B. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care
1.  Pengertian Antenatal Care
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Yasin Setiawan, 2006).
Pemeriksaan antenatal care adalah pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2010).
2.  Tujuan Antenatal Care
Menurut Abdul Bari Saifudin (2002), bahwa tujuan antenatal care adalah sebagai berikut:
a.  Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh   kembang bayi.
b.  Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, dan bayi.
c.   Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan kebidanan.
d.  Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e.  Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal  dan pemberian ASI eksklusif.
f.    Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal.
Tujuan dari antenatal care menurut Manuaba (2010), adalah sebagai berikut:
a.  Mengenal sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
b.  Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan, dan nifas.
c.   Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
d.  Menurunkan angka kesakitan dan kematian serta perinatal.
3.  Kegiatan Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care
Menurut Depkes RI (1994) kegiatan dalam pemeriksaan dan pengawasan kehamilan meliputi:
a.  Anamnesa
b.  Pemeriksaan laboratorium
c.   Intervensi dasar
d.  Intervensi khusus sesuai kondisi
e.  Memberikan konseling atau pengetahuan
f.    Motivasi ibu hamil agar dapat merawat diri selama hamil
g.  Mempersiapkan persalinannya.
Menurut Sarwono (2002), bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standar minimal perawatan antenatal care yang disebut ”7T”, yaitu:
a.  Timbang berat badan dan tinggi badan.
b.  Ukur tekanan darah
c.   Ukur tinggi fundus uteri
d.  Pemberian imunisasi TT lengkap
e.  Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil
f.    Tes terhadap penyakit seksual menular
g.  Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.
4.  Frekuensi Kunjungan Antenatal Care
Selama kehamilan keadaan ibu dan janin harus selalu di pantau jika terjadi penyimpangan dari  keadaan normal dapat dideteksi secara dini dan diberikan penanganan yang tepat. Oleh karena itu ibu hamil diharuskan memeriksakan diri secara berkala selama kehamilannya. Menurut Manuaba (2002), berdasarkan Standar Pelayanan Kebidanan pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diduga terjadi kehamilan, dan dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :
a.  Ibu harus melaksanakan pemeriksaan antenatal paling sedikit 4 kali.
b.  Satu kali kunjungan pada trimester pertama.
c.   Satu kali kunjungan pada trimester kedua.
d.  Dua kali kunjungan pada trimester ketiga.
Penetapan standar 7T harus dipenuhi dengan minimal 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga untuk melihat kualitas. Berdasarkan keteraturan kunjungan ibu hamil ini, cakupan pelayanan antenatal dapat dievaluasi yang dikenal dengan K1 dan K4.

C.   Tinjauan Variabel Penelitian
1.  Kunjungan K1 dan K4
K1 adalah kunjungan baru ibu hamil dengan pelayanan 7T dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang dimulai dari triwulan pertama 1 kali, triwulan kedua 1 kali dan triwulan ketiga 2 kali, jadi pelajaran pelayanan yang tidak memenuhi standar 7T tersebut belum dapat dianggap suatu pelayanan antenatal (Depkes RI, 2002: 14)
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal, pelayanan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risiko tinggi atau kelainan, khususnya anemi, kurang gizi, hipertensi, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan, bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan melakukan rujukan.
Standar waktu perawatan kehamilan (ANC) tersebut ditentukan untuk menjamin waktu pelayanan khususnya dalam memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus resiko tinggi yang ditemukan
a. Tujuan pelayanan antenatal :
1)  Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2)  Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama kehamilan.
3)  Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi.
4)  Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Mufdlilah, 2009: 7).
b. Jadwal pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan sebagai berikut :
1)  Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
2)  Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan 7 (tujuh) bulan
3)  Periksa ulang dua kali sebulan sampai kehamilan 9 (sembilan) bulan.
4)  Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 (sembilan) bulan.
5)  Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.
c. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah :
1) Tujuan Umum
Adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2)  Tujuan Khusus
a)  Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
b)  Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang diderita sedini mungkin.
c)  Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d)  Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan KB, keamilan, pesalinan, nifas dan laktasi.
Pelayanan terkait dengan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi, oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yaitu :
a.  Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
b.  Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara14-28 minggu)
c.   Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36)
Pada setiap kunjungan antenatal tersebut perlu didapatkan informasi yang sangat penting, yaitu :
a.  Kunjungan pertama trimester I (sebelum minggu ke 14)
1)  Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2)  Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3)  Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4)  Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5)  Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat dll)
b.  Kunjungan kedua trimester kedua (sebelum minggu ke 28)
2)  Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
3)  Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
4)  Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
5)     Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
6)     Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai,
    latihan, personal hygiene, istirahat dll)
7)     Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena hipertensi dengan :
a)  Tanya ibu tentang gejala PIH.
b)  Pantau tekanan darahnya.
c)  Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d)  Periksa protein urine.
c. Kunjungan ketiga trimester ketiga (antara minggu ke 28-36)
1)  Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2)  Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3)  Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4)  Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5)  Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat dll)
6)  Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena hipertensi dengan :
a)  Tanya ibu tentang gejala PIH.
b)  Pantau tekanan darahnya.
c)  Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d)  Periksa protein urine.
7)  Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
d.  Kunjungan keempat trimester ketiga (setelah 36 minggu)
1)  Membangun hubungan saling percaya antara bidan dan ibu agar supaya hubungan penyelamat jiwa bisa dibina bilamana perlu.
2)  Mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi atau bersifat mengancam jiwa ibu.
3)  Mencegah masalah seperti neonatal tetanus (imunisasi TT), anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4)  Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5)  Mendorong perilaku yang sehat (gizi yang cukup dan sesuai, latihan, personal hygiene, istirahat dll)
6)  Kewaspadaan khusus mengenai Preeklampsia induced Hypertension (PIH) atau preeklampsia karena hipertensi dengan :
a)  Tanya ibu tentang gejala PIH.
b)  Pantau tekanan darahnya
c)  Evaluasi edemanya pada wajah dan tangan.
d)  Periksa protein urine.
7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
8) Deteksi dini bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit dan persiapan rujukan.
Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah dan ibu hamil hendaknya disarankan untuk menghubungi petugas kesehatan bilamana ibu hamil merasakan tanda-tanda bahaya atau merasa khawatir (Kusmiyati, 2009: 168).
2.    Umur ibu
Menurut Bambang M dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Tahun 1999) umur adalah keadaan lamnya manusia. Dimana umur merupakan salah satu factor yang berkaitan dengan unsure-unsur manusia yang  turut berperan terhadap kondisi ibu maupun masyaraka tertentu. Berkaitan dengan masalah kesejahteraan ibu dan anak terutama wanita dalam masa persalinan. Karena secara psikologis menurut Edi Sulaeman dalam buku bacaan kesehatan reproduksi (2002) usia seorang wanita yang masih terlalu muda untuk hamil mengakibatkan uterus tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sebaliknya seorang wanita dalam usianya yang semakin tua akan mengakibatkan suatu proses penurunan fungsi fisiologis tubuh termasuk organ-organ reproduksi antara lain akan memicu terjadinya penurunan elastisitas serta kontraksi otot rahim.
Usia ibu hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan  terlalu  tua (> 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah  20 tahun, dari segi biologis  fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan emosional, sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau  degenerasi  dibandingkan  fungsi  reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan  terutama  perdarahan  lebih besar. Perdarahan post partum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro H, 2008 : 233).
3.    Paritas
Menurut Helen Varney dalam buku saku bidan ( 2001) paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan berat badan janin mencapai lebih dari 1000 gram. Frekuensi melahirkan yang sering dialami oleh ibu merupaka suatu keadaan yang dapat mengakibatkan endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya dapat terjadi komplikasi dalam persalinan.
Paritas 2 sampai 3 kali merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 sampai 3 dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang lebih baik, sedangkan resiko tinggi (lebih dari 4 kali) dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro H, 2008 hal 233).
4.    Pendidikan
a.     Pengertian
Dalam kamus bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik) yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran, sedangkan pendidikan mempuyai pengertian proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani, agar dapat memajukan kesempatan hidup  (Poerwardarminta, 2001).
b.    Jalur pendidikan
Jalur pendidikan merupakan wahana yang dapat dilalui untuk mengembangkan  potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dikelompokkan menjadi 3 jalur yaitu :

1)     Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah-sekolah pada umumnya, jalur pendidikan mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi.
2)    Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal paling banyak terdapat pada usia dini, serta pendidikan dasar seperti TPA, berbagai kursus seperti musik, bimbingan belajar, dan sebagainya.
3)    Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
c.    Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan, pendidikan di Indonesia mengenal 3 jenjang pendidikan yaitu :
1)    Pendidikan dasar (SD/MI/paket  C dan SLTP/MTS/ paket B)
2)    Pendidikan menengah (SMU/SMK)
3)    Pendidikan tinggi (S1, S2, S3).
d.    Sistem Pendidikan
Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya diarahkan dari tercapainya tujuan tersebut. Karena itu proses pendidikan merupakan sebuah sistem yang disebut sebagai sistem pendidikan.
Secara teoritis, suatu sistem pendidikan terdiri dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan, adapun komponen atau faktor-faktor tersebut terdiri dari :

1)    Tujuan
Tujuan disebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberi arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan.
2)    Peserta Didik
Fungsinya adalah sebagai obyek yang sekaligus sebagai subyek pendidikan. Sebagai obyek peserta didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan moderm peserta didik lebih dekat dikatakan sebagai subyek atau pelaksanaan pendidikan.
3)    Pendidik
Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pememgang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
4)    Alat Pendidikan
Maksudnya adalah sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
5)    Lingkungan
Maksudnya lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksanaya proses pendidikan (Hasbullah, 2008).

 DAFTAR  PUSTAKA

Andra, 2007. Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi. (http://www,Hidayatullah.com/indeks, tanggal 26 September 2011
Bagian Rekan Medik, 2010. Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Layang Kota Makassar. Makassar
Bambang M. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta
Bobak, Lowdermilk. (2004). Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Cony Marshall, 2000. Kehamilan. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/ Online, diakses tanggal 10 September 2011.
Depkes RI, 2000, Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Depkes RI, 2010. Cakupan Pelayanan Kesehatan Antenatal dan Imunisasi Tetanus Toxoid Kepada Ibu. http: //www.depkes.go.id/downloads   Online, diakses tanggal 8 September 2011.
Eko Budiarto.2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta
Mandriwati G.A, 2008. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC, Jakarta
Mansjoer  Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta
Manuaba, I, Gde, Bagus, 2002. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi dan KB. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Mary Noland, 2003. Proses Terjadinya Kehamilan. http://www.docstoc.com Online, diakses
Wikipedia, 2008. Proses Kehamilan. http://ronaldoedi.wordpress.com Online, diakses tanggal 8 September 2011
Wiknjosastro Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta


Berikut ini contoh skripsi kebidanan tentang :

DISTRIBUSI KUNJUNGAN K1 DAN K4 PADA IBU HAMIL

Untuk lebih mudah silahkan Download file PDF nya disini :