Showing posts with label ilmu farmasi. Show all posts
Showing posts with label ilmu farmasi. Show all posts

Kumpulan Judul KTI dan Skripsi Farmasi Terbaru

Kumpulan Judul KTI Farmasi dan Skripsi Farmasi Terbaru

Berikut Daftar Kumpulam Judul PROPOSAL, TUGAS AKHIR dan SKRIPSI FARMASI Terbaik Mudah Dikerjakan. Ini adalah daftar judul proposal dan skripsi farmasi yang bisa kita gunakan sebagai bahan acuan sebelum menentukan judul Tugas akhir atau Skripsi.

Sulitnya Tugas Akhir atau Skripsi farmasi banyak membuat para mahasiswa jurusan farmasi merasa sangat berat dalam menyelesaikan Tugas Akhir atau Skripsi, Oleh karena itu kita tidak boleh sembarangan dalam menentukan judul TUgas atau Skripsi Farmasi.


Kita baru bisa menentukan judul skripsi farmasi setelah memiliki banyak rujukan judul-judul skripsi yang pernah dikerjakan oleh mahasiswa terdahulu. Dengan rujukan inilah kita nanti bisa menentukan kira-kira judul apakah yang akan kita pilih untuk dikerjakan. Berikut Admin akan memberikan beberapa rujukan judul yang bisa di jadikan bahan acuan buat teman-teman dan adik-adik yang masih bingung dengan judul yang akan diajukan untuk syarat kelulusan pada jenjang D3 maupun jenjang S1 pada jurusan Farmasi ^_^ 

Kumpulan Judul KTI Farmasi dan Skripsi Farmasi Terbaru

Daftar Judul PROPOSAL, KTI, TUGAS AKHIR dan SKRIPSI FARMASI :

  1. Penetapan Kadar Vitamin C Secara Spektrofoto Metrisinar Tampak Menggunakan Pereaksi 1-Kloro-2,4 Dinitrobenzena Dalam Sediaan Farmasi Tanpa Pemisahan Lebih Dahulu
  2. Pengaruh Infus Daun Berlena Prionitis L. Terhadap Kelarutan Kalsium Batu Ginjal Secara Invitro
  3. Pengaruh Infus Daun Clero Clendron Sebratun Spreny Terhadap Kelarutan Kelsium Batu Ginjal Secra Invitro
  4. Penetapan Aktivitas Enzim Yang Berkelarutan Sebagai Invertase Dari Hasil Fermentasi Oleh Ragi Roti (Saccha Romy Les Cerevisiae) Dengan Insidur Amilum Beras
  5. Pengaruh Flufenazin Hidro Klorida Terhadap Absorbsi Glukosa Pada Membran Usu Halus Tikus
  6. Isolasi Dan Iddentifikasi Pektin Dari Kulit Pisang Kepok
  7. Uji Pendahuluan Aktivitas Antimikroba Serbuk Cacing Patak Terhadap Salmonello Typhi
  8. Pengembagan Fomulasi Sediaan Tablet Deksametason Secara Kempa Langsung Dengan Teknik Dispersi Padat
  9. Mikroenkapsulasi Teofilin Dengan Protein Kedelai Hitam ( Glycinemax ) Sebagai Penyallit Menggunakan Metode Denaturasi
  10. Pengaruh Infusa Daun Kumis Kucing ( Orthosiphoaristatus, Bi. Mig) Terhadap Jumlah Urina Tekanan Darah Kucing Teranastesi
  11. Uji Aktivitas Antibaktei Esktrak Estanol Dari Dua Metode Maserasi Koteks Kayu Manis Jangan ( Cinnamomun Burmanni Ness Ex Bi.) Terhadap Escherichia Coli Serta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya
  12. Pengaruh Variasi Wakktu Fermentasi Terhadap Kadar Estanol Hasil Fermentasi Kulit Singkong ( Manihot Utillissma Pahl)
  13. Pengaruh Metode Penyarian Terhadap Perbedaan Hasil Analisis Kadar Tanin Dalam Daun Jambu Biji ( Psidium Guajava L. ) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak
  14. Uji Kepekaan Bakeri Patogen Pada Urin Dari Laboratorium Klinik Dan Rumah Sakit Umum Daerah Yogyakarta Terhadap Antibiotik
  15. Profil Sifat Fisik Dan Pelepasan Obat Tablet Asetosal Produk Paten Dan Generik Yang Berdar Di Masyarakat
  16. Tinjauan Pola Pengobatan Hipertensi Primer Pada Pasien Geriatri Di Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta Periode Tahun 2003
  17. Pengaruh Infusa Daun Ketepeng Cina ( Cassia Alata L) Terhadap Kadar Triliserida Tikus Putih Wistar Yang Diberi Diet Lemak Tinggi
  18. Rasionalitas Penggunaan Obat Untuk Penyakit Hiperlipidemi Pada Pasien Geriatri Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalm Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2000 S/D 2001
  19. Cara Pembuatan Simpleks Yang Baik Dan Pemeriksaan Kualitatif Dan Kuantitatif Dari Rimpang Temu Lawak ( Curcuma Xantliorrhiza Roxb)
  20. Uji Daya Antiinplamasi Natrium Pentagamavunonat – O Yang Diberikan Secra Peroral Terhadap Udem Kaki Tikus Terinduksi Fordial Dehid
  21. Pengaruh Kadar Bahan Pengikat Musilago Amilum Jagung (Zea Masy, L) Terhadap Migrasi Tablet Vitamin Bg Seta Sifat Fisik Tablet
  22. Isolasi Fraksi Aktif Antimikroba Herba Patah Tulang ( Euphorbia Tirucalli L) Terhadap Candida Albicans
  23. Pengaruh Pemberian Susu Kuda Fermentasi Terhadap Anti Bodi Imunoglobulin A ( Lga) Mencit Setelah Vaksinasi Hepatitis A
  24. Daya Anti Inflamasi Kombinasi Jus Aple Hijau ( Pyrus Malus. L) Dan Wortel ( Daucus Carota L.) Pada Mencit Betina
  25. Pengaruh Sisitem Penyarian Daun Salam ‘ Eugenin Plyanta Weigth” Trhadap Bacteri Aschericia Coli Dan Staphylococcus Aureus Secara In Vito
  26. Uji Aktivitas Anti Bacteri Rimpng Temulawak “ Curcuma Xanthorrhiza Dan Escherichhia Coli Secara In Vito
  27. Efek Fraksi Chloroform Serbuk Daun Mimba ( Azadiranta A Juss) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Tikus Jantan Wistar
  28. Tinjauan Pola Pengobatan Hipertensi Primer Pada Pasien Geietri Di Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta Periode Tahun 2003
  29. Kombinasi Aerosil Avicet Ph 101 Dalam Formulasi Tablet Ekstrak Biji Waluh ( Curcubita Moschata/ Duch0 Poir
  30. Profil Pelepasan Teofilin Dari Granil Sediaan Lepas Lambat Menggunakaan Metochel K 15 M Sebagai Matrik
  31. Pengobatan Sendiri Menggunakan Analgetika Antipiretik Oleh Masyarakat Kota Yogyakarta.
  32. Toksifitas Akut Ekstrak Choroform Dan Ekstrak Methanol Buah Leunea ( Solaneum Ningrum. L ) Terhadap Larva Atemina Salena Leach.
  33. Peningkatan Kadar Polisakarida Pada Tulang Jamur Sitake Dan Penambahan Vitamin B1 Dan Magnesium Sulfat Pada Media Tanam Serta Uji Imunomodulatornya Pada Sel Limfosit Mencit
  34. Uji Aktivitas Invus Daun Kepel Sebagai Penurun Kadar Asam Urat Dalam Darah
  35. Uji Aktivitas Infus Daun Sirih (Piper Betle L ) Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans
  36. Pola Pengobatan Penyakit Hepertensi Pada Pasien Rawat Inap Di Rsud Kota Yogyakarta Selama Tahun 2004 -2006
  37. Uji Efek Analgetika Infus Daun Sengggani (Melastoma Offine D-Don) Pada Mencit Putih Betina Galur Ddi
  38. Penata Laksanaan Terapi Pasien Keracunan Makanan Di Instalasi Rawat Inap Di Rsud Wates Diy Tahun 2000 – 2005
  39. Identifikasi Drug Related Problem (Dpr) Dalam Pengobatan Dungue Hemoragie Fever (Dhf) Pada Pasien Pediati Di Instalasi Rawat Inap Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakartaa Periode Februari - April 2006
  40. Uji Aktivitas Fraksi Aktif Ekstrak Diklormetan Daun Cakring (Erithrina Fusca Lour) Terhadap Sel Kanker Leher Rahim (Sel, Hela) Tinjauan Sitotosik, Antiprolikeratif Dan Pemacuan Amaptosis
  41. Peningkatan Kelarutan Piroksikarti Melalui Pembentukan Kompleks Dengan Poli Etilen Glikol – 4000
  42. Pola Pengobatan Depresi Di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2005
  43. Evaluasi Penggunaan Obat Asma Pada Pasien Asma Di Instlasi Rawat Inap Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta. Periode Januari – Desember 2005
  44. Efek Surpresif Curcuma Xanthorriza Roxg Terhadap Progresifitas Rheumatitoid Arthritis Pada Tikus Jantan Galur Wisata Setelah Terinduksi Complete Freund’s Adjusxant Ditinjau Dari Parameter C Darah.
  45. Pengaruh Pemberian Ekstrak Ethanol Herbapegagan 9 Contlla Asiatica (L) Urrb ) Terhadapaktivitas Fagositesis Makkrofag Pada Mencit Jantan Galur Swiss
  46. Pengaruh Praperlakuan Air Persan Rimpang Bengle (Zingiber Purpureum Roxb) Terhadap Efek Analgetik Paracetamol Pada Mencit Jantan Galur Swiss Dengan Metode Rangsang Kimia
  47. Pengaruh Perpelakuan Air Perasan Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.)Terhadap Efek Analgetik Paracetamol Pada Mencit Jantan Galur Swiss Dengan Methoda Rangsang Kimia
  48. Pengaruh Perpelakuan Air Perasan Rimpang Temu Hitam (Curcuma Aeruginnosa Roxb) Terhadap Efek Analgetik Paracetamol Pada Mencit Jantan Galur Swiss Dengan Methoda Rangsang Kimia
  49. Serbuk Hasil Optimasi Pengeringan Getah Salak Pondoh (Salacca Euducus Reinw L.) Sebagai Suspending Agent Susupensi Sulfadimidin Dibandingkan Dengan Cmc – Na
  50. Pelaksanaa Pelayanan Informasi Obat Di Sepuluh Apotek Besar Di Kab. Bantul
  51. Identifikasi Drug Related Problem (Drp)Dalam Pengobatan Sepsis Dan Syok Septik Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Inap Rs Dr. Sardjoito Yogyakarta Periode 2000-2004,
  52. Kajian Keamanan Penggunaan Obat Pada Penyakit Paru Abstruksi Kronis Di Rs Panti Rapih Yogyakarta Pada Tahun 2004
  53. Pengaruh Pemberian Campuran Ekstrak Kering Daun Dewa
  54. Perbandingan Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Secang Putih Dan Merah (Caesalpinia Sappan L.) Terhadap Dpph (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl). 
  55. Opini Apoteker Dan Pasien Terhadap Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Merauke.
  56. Pengaruh Edukasi Melalui Media Visual Buku Ilustrasi Terhadap Pengetahuan Dan Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
  57. Studi Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit X Surabaya.
  58. Harapan Dan Kepercayaan Konsumen Apotek Terhadap Peran Apoteker Yang Berada Di Wilayah Surabaya Timur.
  59. Daya Peredam Radikal Bebas Ekstrak Metanol Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Dengan Metode Dpph (1,1 Diphenyl 2-Picry Hydrayl).
  60. Pemeriksaan Kandungan Pemanis Dan Pewarna Sintetik Dalam Es Lilin Tidak Bermerek Dan Tidak Berlabel Yang Diproduksi Oleh Industri Rumah Tangga X Kecamatan Ambulu-Jember.
  61. Studi Hubungan Persepsi Sakit (Illness Perception) Dengan Kontrol Penyakit Pada Pasien Asma Di Apotek Bentar 2 Rewwin.
  62. Profil Penyimpanan Obat Di Puskesmas Pada Dua Kecamatan Yang Berbeda Di Kota Kediri.
  63. Analisis Boraks Pada Bakso Daging Sapi C Dan D Yang Dijual Di Daerah Lakarsantri Surabaya Menggunakan Spektrofotometri.
  64. Profil Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Terhadap Bahaya Rokok.
  65. Analisis Kadar Merkuri (Hg) Dalam Sediaan Hand Body Lotion Whitening Pagi Merek X, Malam Merek X, Dan Bleaching Merek X Yang Tidak Terdaftar Pada Bpom.
  66. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Dengan Bahan Aktif Triklosan 1,5.
  67. Analisis Pewarna Rhodamin B Dan Pengawet Natrium Benzoat Dalam Saus Tomat P Dari Pasar X Surabaya Timur.
  68. Analisis Boraks Dalam Sampel Bakso Sapi I, Ii, Iii, Iv, V, Vi, Vii, Dan Viii Yang Beredar Di Pasar Soponyono Dan Pasar Jagir.
  69. Harmonisasi Organel Dalam Sel, Pendekatan Aplikatif Biologi Sel Untuk Profesi Kesehatan. Revka Petra Media, Surabaya.
  70. Uji Daya Anti Bakteri Muehllen Beckia Platyycla -95 Dameisyn (Jakang) Dan Skrining Fito Kimianya
  71. Formula Suspensi Kkloram Fenikol Palmitat Menggunakan Derivat Selulosa Sebagai Zat Pensuspensi
  72. Studi Kadar Minyak Aksiridari Curcuma Aero Dinosa Roab Selama Masa Tumbuh
  73. Efek Analgetik Beberapa Fraksi Daun Justicia Genda Russa Burm F Pada Mencit
  74. Studi Pendahuluan Pengaruh Faktor-Faktor Non Farmasi Terhadap Motivasi Pemilihan Apotik
  75. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Akar Senggugu (Cleroden Dron Serratum Spreng) Trhadap Respon - 98 Histaminik Dan Kli Nergik Trakea Terisolasi Niarmut
  76. Pengaruh Penggunaan Cmc Na. Hidro Melose Metilse Lulose Dan Hidrok Sietil Selulose Sebgai Bahan - Pensusupenssi Terhadap Stabilitas Fisis Suspensi Trisulfa
  77. Uji Hmabatan Pelekatan Librio Cholerae 01 Pada Sel Enterosit Usus Halus Tikus Menggunakan Antibodi Poliklonal Anti Protein 36 Kda Dan Kda
  78. Efek 4 Metil Kurkumin Dan 4 (Para Metil Penil ) Kurkumin Terhadap Aktivitas Blutation S Trasee Rase Liver Tukus
  79. Perilaku Asper Gillus Oky 2ae, 1, Sojae Rhizopus Oligosporus Dan R. Oryzae Pada Kadar Gukosida Sianogen Biji Koo Benguk (Mucuna Pru Riens D.C)
  80. Farma Kokinetika Salisilat Pada Kelinci Setelah Pemberian Injeksi Intra Vena Dan Infus Intavena Selama 20 Dan 30 Menit
  81. Isolasi Dan Identifikasi Antigen Virus Dengue Serotipe 1,2,3 Dan 4 Serta Pemanfaatannya Sebagai Antigen
  82. Perbedaan Arklirasi Pada Turunan Ester Malonat Dengan Menggunakan N-Butil Iodida Dan Isoprofil Iodida
  83. Studi Inhibisi Senyawa Analog Kurkumin Terhadap Aktivitas Glutation S-Transferrase Liver Tikus Dengan Subltras I-Kloro 24 Dinitrobenzan
  84. Isolasi Antibiotik Penisilin Dari Biakan Penicilliun Notatum At Acc No. 9179
  85. Aktivitas Biologis Fraksi Risidu Ekstra Ketanol Daun Gynura Procumbens (Lour0 Merr Terhadap Kultur Sel Dan Kultur Sel Mieloma
  86. Studi Inhibsi Senyawa Analog Kurkulum Terhadap Aktivitas Glutation S-Tranferrase Liver Tikus Dengan Subsrat 1,2 Dikloro 4, Nitrobenzen
  87. Isolasi Dan Identifikasi Imuno Globulin 6 (Ig 6) Asam Anti Protein Sub Unit Piu Shigella Flexnen
  88. Pengaruh Infus Daun (Lerodendran Sepratan Speny) Terhadap Kelarutan Kalsilim Batu Ginjal Secra Invitro
  89. Isolasi Dan Penetapan Kadar Stigmasterol Dalam Kedelai Tahu Dan Ampas Tahu
  90. Isolasi Dan Identifikasi Flavovoid Dari Tumbuhan Imperata Clylindrica Beauv Vare Major Hubb
  91. Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid Dari Rimapang Zingiber Purpurfun Roxb
  92. Sintetis Nis Di Asil L-Siste In Dan Pengaruh Panjang Rantai Karbon Terhadap Salmonelltyphi
  93. Berbagai Media Tumbuh Escherichia Soli Untuk Mengubah Berzil Penisilin Menjadi Asam G Amino Pensilanat
  94. Deteksi Aktivitas Aspara Binase Dalam Daun Loranthus Globasusu Poxb
  95. Pengaruh Sari Scurrula Lapidata (Bi) G Doz Terhadap Aktivitas Fosfatase Alkali, Glutamat Oksalo Asetat Transaminase Dan Kadar Protein Total Serum Tikus Putih Jantan Yang Telah Diperlakukan Dengan Benzilin.
  96. Isolasi Dan Identifikasi Isolalonold Dari Kulit Kayu Glineidia Sepium (Jecd) Stebud
  97. Uji Toksisitas Akuit Antesterin Dalam Ekstrak Aseton Daun Kupatonium Inuli Folium H.B.K Pada Artemia Salino Loarh
  98. Sintesis P Eti Benzofenon Dari Asam P. Etil Benzoat Dan Ben Zen
  99. Isolasi Dan Identifikasi Miu Noglo Bulin G (Lg G) Ayam Anti Protein Sub Unit Piu Salmonella Tyihi
  100. Pengaruh Proklok Perazin Terhadap Transfor Aktif Glukosa Pada Membran Usus Halus Tikus In Satu
  101. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Co-Go Trhadap Asan Amino Bebas Dan Daya Simpan Udang (Penaeles Monodon Fabriciusi)
  102. Uji Sitotoksisitas Kukumin Dan 4 Para Fluo Rofensi Kurkumin Terhadap Sel Mieloma
  103. Pengaruh Infus Daun Barlonia Prirutis L Terhadap Kelarutan Kalsium Batu Gunjal Selama In-Vitro
  104. Penetpan Kadar Vitamin Bi Di Dalam Kacang Kedelai Seta Olahanya
  105. Penggunaan Diazepam Dan Faktor-Faktor Yang Terkait Dalam Penyalhguaaan Di Kalangan Mahaswa Universitas Gajdah Mada
  106. Efek Ekstrak Metanol Dan Fraksi Esktrak Metanol Sponce Kode B 88 Terhadap Staphny Lococcus Aureus Atcc 25933, Eschesichia Coli Atcc 25922 Dan Dandida Albbicans Serta Aktivitas Terhadap Artemia Salina Learh
  107. Daya Larut Infus Rumpang Kunyit (Tanaman Curcuma Romostica Val) Terhadap Batu Ginjal Kalsium Secara Invitro
  108. Uji Hambatan Peletakan Vibrio Cholerae O1 Pada Sel Enterosit Usu Halus Tikus Menggunkan Anti Bodi Poliklonal Anti Protein 36 Kda Dan 48 Kda
Semoga Dengan adanya artikel ini yang membahas tentang kumpulan judul Skripsi pada jurusan farmasi bisa membantu teman-teman dan adik-adik dalam mencari bahan acuan untuk menentukan judul. Simak juga Judul farmasi lainnya di sini Kumpulan Judul Skripsi dan Tugas Akhir Farmasi Terbaru

Kumpulan Judul Skripsi dan Tugas Akhir Farmasi Terbaru

Kumpulan Judul Skripsi Farmasi

Kumpulan Judul KTI Farmasi d3

Kumpulan Judul Skripsi dan Tugas Akhir Farmasi

Berikut Daftar Kumpulam Judul PROPOSAL, TUGAS AKHIR dan SKRIPSI FARMASI Terbaik Mudah Dikerjakan. Ini adalah daftar judul proposal dan skripsi farmasi yang bisa kita gunakan sebagai bahan acuan sebelum menentukan judul Tugas akhir atau Skripsi.


Sulitnya Tugas Akhir atau Skripsi farmasi banyak membuat para mahasiswa jurusan farmasi merasa sangat berat dalam menyelesaikan Tugas Akhir atau Skripsi, Oleh karena itu kita tidak boleh sembarangan dalam menentukan judul TUgas atau Skripsi Farmasi.



Kita baru bisa menentukan judul skripsi farmasi setelah memiliki banyak rujukan judul-judul skripsi yang pernah dikerjakan oleh mahasiswa terdahulu. Dengan rujukan inilah kita nanti bisa menentukan kira-kira judul apakah yang akan kita pilih untuk dikerjakan. Berikut Admin akan memberikan beberapa rujukan judul yang bisa di jadikan bahan acuan buat teman-teman dan adik-adik yang masih bingung dengan judul yang akan diajukan untuk syarat kelulusan pada jenjang D3 maupun S1 pada jurusan Farmasi ^_^ 

Kumpulan Judul Skripsi Farmasi  Kumpulan Judul KTI Farmasi d3  Kumpulan Judul Skripsi dan Tugas Akhir Farmasi

Daftar Judul PROPOSAL, TUGAS AKHIR dan SKRIPSI FARMASI :

  1. SkriningAktivitas Anti Inflamasi Dari Beberapa Ekstrak Etanol Rimpang SukuZingiberaceae Pada Tukus Putih.
  2. Uji Efek Antidiabetik Lidah Buaya Dan Lidah Mertua Pada Kelinci.
  3. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya (carica Papaya L.) Terhadap Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus.
  4. Efek Jus Buah Jambu Biji (psidium Guajava Linn.) Terhadap Tikus Putih Jantan Hiperglikemik Akibat Efek Samping Hidroklorotiazid.
  5. Stabilitas Fisika Sediaan Body Scrub Dengan Dan Tanpa Bahan Pengemulsi Decyl Glucoside Dan Kombinasi Cetearyl Alcohol Dan Cetearyl Glucoside Serta Penambahan Xantan Gum.
  6. Uji Teratogenik Ekstrak Etanol Daun Alpukat (persea Americana Mill) Pada Mencit Betina (mus Musculus).
  7. Pola Penggunaan Antidiabetes Dan Kesesuaian Terapi Pada Pasien Geriatri Diabetes Melitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Swasta X Di Surabaya.
  8. Efektifitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Caesarean Section Elektif Di Rumah Sakit X Sidoarjo.
  9. Uji Efek Daun Katuk (sauropus Androgynus (l.) Merr) Terhadap Kualitas Sperma Tikus Jantan (rattus Norwegiens) Dalam Dengan Metode Histologi.
  10. Efektifitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Seksio Sesarea Non Elektif Di Rumah Sakit x Sidoarjo.
  11. Pengetahuan Dan Perilaku Mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Dalam Upaya Pencegahan Kanker Serviks.
  12. Daya Peredam Radikal Bebas Ekstrak Etanol Buah Pepino Putih Dan Ungu (solanum Muricatum Aiton Var Putih Dan Ungu) Terhadap Dpph (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).
  13. Efektivitas Edukasi Terapi Insulin terhadap Pengetahuan dan Perbaikan Glikemik Pasien Diabetes Melitus. 
  14. Penatalaksanaan Jangka Panjang Sindroma Koroner Akut dengan Elevasi Segmen ST. Rasional 
  15. Perbandingan Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Daging Buah Merah (hylocereus Polyrhizus) Dan Putih (hylocereus Undatus) Terhadap Dpph (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).
  16. Analisis Drug Related Problem (DRP) Pada Penderita Rawat Inap Dengan Diagnosa Dm Tipe 2 Dengan Stroke Iskemik Di Rumah Sakit x Sidoarjo.
  17. Efek Jus Buah Jambu Biji (psidium Guajava Linn.) Terhadap Gangguan Toleransi Glukosa Pada Tikus Putih Jantan (rattus Norvegicus) Akibat Efek Samping Deksametason.
  18. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (garcinia Mangostana L.) Pengeringan Matahari Langsung Dan Freeze Drying.
  19. Persepsi Dokter Terhadap Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.
  20. Analisis Boraks Dalam Bakso Daging Sapi A Dan B Di Daerah Tenggilis Mejoyo Surabaya Dengan Menggunakan Spektrofotometri.
  21. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer Dengan Bahan Aktif Triklosan 0,5% Dan 1%.
  22. Analisis Rata-rata Total Harga Obat Antihipertensi Dan Antidiabetes Pada Penderita Hipertensi Dan Dm Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Selama Periode Tahun 2Xxx-2Xxx.
  23. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (garcinia Mangostana L) Hasil Pengadukan Dan Reflux.
  24. Studi Penyimpanan Obat Pada Dua Kecamatan Di Kota Surabaya.
  25. Aktivitas Larvasida Ekstrak Etanol Bunga Jantan Kluwih (artocarpus Camansi Blanco) Terhadap Larva Aedes Aegypti L.
  26. Validasi Metode Analisis Logam Berat Pb, Cu, Dan Zn Dalam Saus Tomat X Dari Pasar Tradisional L Di Kota Blitar Dengan ICPS.
  27. Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Merah ( Allium Cepa L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus Dan E.coli.
  28. Pengaruh Penggaraman Terhadap Protein Ikan.
  29. Penetapan Kelayakan Edar es Lilin Dari Industri Rumah Tangga A Di Kecamatan Klojen Kota Malang Ditinjau Dari Kandungan Pemanis Dan Pewarna Sintetik.
  30. Stabilitas Fisika dan pH Sediaan Krim Anti Jerawat dengan Menggunakan Stearyl Alcohol dan Cetyl Alcohol Sebagai Basis Krim.
  31. Pemetaan Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Terkait Frekuensi Kehadiran Apoteker Di Apotek Di Surabaya Barat. 
  32. Profil Penyimpanan Sediaan Semisolida dan Likuida di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya. 
  33. Pengetahuan Dan Perilaku Karyawan Edukatif Universitas Surabaya Terkait Upaya Pencegahan Hiv/aids. 
  34. Pemetaan Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Terkait Frekuensi Kehadiran Apoteker Di Apotek Di Surabaya Timur. 
  35. Stabilitas Fisika dan pH Sediaan Gel Anti Jerawat Menggunakan Kombinasi Xantham Gum dan Polyacrilamide-C13-14 Isoparaffin-Laureth-7 Sebagai Basis Gel. 
  36. Pengetahuan Dan Perilaku Karyawan Non Edukatif Universitas Surabaya Terkait Upaya Pencegahan HiV/AIDS. 
  37. Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa S-1 Farmasi Universitas Surabaya Terhadap Upaya Pencegahan Tuberkulosis. 
  38. Hubungan Penggunaan Minuman Berkafein Terhadap Pola Tidur Dan Pengaruhnya Pada Tingkah Laku Mahasiswa/i Universitas Surabaya. 
  39. Penatalaksanaan Farmakologi Stroke Iskemik Akut.
  40. Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Medokan Ayu Surabaya. 
  41. Analisis Hidrokuinon dalam sediaan Krim Malam CW1 dan CW2 dari Klinik Kecantikan N dan E di Kabupaten Sidoarjo. 
  42. Pengetahuan Dan Perilaku Mahasiswa Universitas Surabaya Terkait Upaya Pencegahan HIV/AIDS. 
  43. Analisis Health Literacy Dan Pengetahuan Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kabupaten Malang. 
  44. Profil Pelayanan Kefarmasian Dan Kepuasan Konsumen Apotek Di Kecamatan Adiwerna Kota Tegal.
  45. Profil Penerapan Self-care Dan Status Depresi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kalirungkut Surabaya.
  46. Pengaruh Ph Fase Gerak Dan Pelarut Terhadap Profil Kromatogram Risperidone Menggunakan High Perforamance Liquid Chromatography(Hplc). 
  47. Analisis Pengawet Natrium Benzoat Dan Pewarna Rhodamin B Pada Saus Tomat J Dari Pasar Tradisional L Kota Blitar.
  48. Stabilitas Fisika Sediaan Body Scrub Mengandung Bekatul, Rice Brain Oil, VCO, Kopi dan Ekstrak Aloe Vera dengan Bahan Pengawet DMDN Hydantoin dan Natrium Benzoat.
  49. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dan Kulit Batang Kayu Manis (cinnamomum Burmannii (nees Tn. Nees)) Terhadap Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus.
  50. Kajian Kesesuaian Penyimpanan Sediaan Obat Pada Dua Puskesmas Yang Berada Di Kota Palangka Raya.
  51. Persepsi Orang Tua Tentang Pemberian Vitamin Pada Anak Di Taman Kanak-kanak Agripina Surabaya.
  52. Analisis Pelayanan Kefarmasian Pengobatan Swamedikasi Diukur Dari Penerapan Pendekatan Diagnosis Diferensial Dan 8 Kriteria Kie Ideal.
  53. Uji Efek Seduhan Daun Katuk (sauropus Androgynus (l.) Merr) Terhadap Peningkatan Libido Pada Tikus Jantan (rattus Norwegiens) Dalam Penggunaannya Sebagai Afrodisiak Dengan Alat Libidometer.
  54. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 80 Dan 96 Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr).
  55. Efek Jus Buah Jambu Biji (psidium Guajava L.) Pada Penderita Dislipidemia.
  56. Harapan Dan Kepercayaan Konsumen Apotek Terhadap Peran Apoteker Yang Berada Di Wilayah Surabaya Barat.
  57. Penyebab Kesenjangan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Terkait Diabetes Modifiable Risk Factors Pada Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Xxxxx.
  58. Analisis Boraks Dalam Sepuluh Lontong Yang Beredar Di Daerah Wonokromo Surabaya.
  59. Studi Mengenai Pelaksanaan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kimia Farma Di Wilayah Kota Surabaya Dan Malang.
  60. Pengaruh Sterilisasi Infus Dektrosa 5 Ph 3,9 Dengan Otoklaf Pada Suhu 115oc Terhadap Kadar Dekstrosa.
  61. Aktivitas Larvasida Ekstrak Etanol Daun Kemuning (murraya Paniculata (l.) Jack) Terhadap Larva Aedes Aegypti L.
  62. Efek Daun Katuk (sauropus Androgynus (l.) Merr Terhadap Kualitas Spermatozoa Kelinci Jantan (oryctolagus Cunicullis) Secara Histologi.
  63. Validasi Metode Analisis Unsur Logam Pb, Cu, Dan Zn Produk Saus Tomat Y Dari Pasar Tradisional X Daerah Surabaya Timur Dengan ICPS.
  64. Efek Daun Katuk (sauropus Androgynus (l.) Merr Terhadap Libido Kelinci Jantan (oryctolagus Cuniculus) Sebagai Afrodisiak.
  65. Analisis Merkuri Sediaan Krim Pemutih (tidak Terdaftar) Yang Dibeli Melalui Media Internet.
  66. Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Kamar Obat Di Puskesmas Surabaya Utara.
  67. Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas Pelayanan Kamar Obat Di Puskesmas Xxxxx.
  68. Perbandingan Kadar Protein Dan Lemak Dalam Asi A, Susu Sapi Formula B, Dan Susu Kedelai Formula C.
  69. Efek Kombinasi Jus Buah Jambu Biji (psidium Guajava Linn.) Dan Perasan Daun Murbei (morus Indica Auct.non.l) Terhadap Gangguantoleransi Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Akibat Efek Samping Deksametason.
  70. Analisis Pewarna Rhodamin B Dan Pengawet Natrium Benzoat Pada Saus Tomat X Dari Pasar Tradisional R Di Kota Balikpapan.
  71. Analisis Boraks Pada Bakso Daging Sapi A Dan B Yang Dijual Di Daerah Kenjeran Surabaya Menggunakan Spektrofotometri.
  72. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Manggis (garcinia Mangostana Linn.) Terhadap Bacillus Subtilis Dan Escherichia Coli ATCC 25922.
  73. Stabilitas Resep Racikan yang Berpotensi Mengalami Inkompatibilitas Farmasetika yang Disimpan pada Wadah Tertutup Baik.
  74. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa X Ekstrak Etanol Biji Kenari (canarium Indicum L.) Yang Diperoleh Dari Pasar Di Manado.
  75. Penentuan Kelayakan Edar Es Lilin Tidak Bermerk Dan Tidak Berlabel Di Kecamatan x Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Pemanis Dan Pewarna Yang Digunakan.
  76. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Biji Kenari ( Canarium indicum L.) dengan Dengan Metode DPPH ( 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrzyl ).
  77. Stabilitas Fisika Sediaan Body Scrub Dengan Dan Tanpa Bahan Pengemulsi Decyl Glucoside Dan Kombinasi Cetearyl Alcohol Dan Cetearyl Glucoside Serta Penambahan Sodium Metabisulfit.
  78. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (pluchea Indica L.) Terhadap Staphylococcus Aureus, Bacillus Subtilis, Dan Pseudomonas Aeruginosa.
  79. Tingkat Self Care Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kalirungkut Surabaya.
  80. Perbandingan Kadar Protein Dan Lemak Dalam Asi x, Susu Sapi Formula y, Dan Susu Kedelai Formula z.
  81. Uji Daya Anti Bakteri Muehllen Beckia Platyycla -95 Dameisyn (Jakang) Dan Skrining Fito Kimianya
  82. Formula Suspensi Kkloram Fenikol Palmitat Menggunakan Derivat Selulosa Sebagai Zat Pensuspensi
  83. Studi Kadar Minyak Aksiridari Curcuma Aero Dinosa Roab Selama Masa Tumbuh
  84. Efek Analgetik Beberapa Fraksi Daun Justicia Genda Russa Burm F Pada Mencit
  85. Studi Pendahuluan Pengaruh Faktor-Faktor Non Farmasi Terhadap Motivasi Pemilihan Apotik
  86. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Akar Senggugu (Cleroden Dron Serratum Spreng) Trhadap Respon - 98 Histaminik Dan Kli Nergik Trakea Terisolasi Niarmut
  87. Pengaruh Penggunaan Cmc Na. Hidro Melose Metilse Lulose Dan Hidrok Sietil Selulose Sebgai Bahan - Pensusupenssi Terhadap Stabilitas Fisis Suspensi Trisulfa
  88. Uji Hmabatan Pelekatan Librio Cholerae 01 Pada Sel Enterosit Usus Halus Tikus Menggunakan Antibodi Poliklonal Anti Protein 36 Kda Dan Kda
  89. Efek 4 Metil Kurkumin Dan 4 (Para Metil Penil ) Kurkumin Terhadap Aktivitas Blutation S Trasee Rase Liver Tukus
  90. Perilaku Asper Gillus Oky 2ae, 1, Sojae Rhizopus Oligosporus Dan R. Oryzae Pada Kadar Gukosida Sianogen Biji Koo Benguk (Mucuna Pru Riens D.C)
  91. Farma Kokinetika Salisilat Pada Kelinci Setelah Pemberian Injeksi Intra Vena Dan Infus Intavena Selama 20 Dan 30 Menit
  92. Isolasi Dan Identifikasi Antigen Virus Dengue Serotipe 1,2,3 Dan 4 Serta Pemanfaatannya Sebagai Antigen
  93. Perbedaan Arklirasi Pada Turunan Ester Malonat Dengan Menggunakan N-Butil Iodida Dan Isoprofil Iodida
  94. Studi Inhibisi Senyawa Analog Kurkumin Terhadap Aktivitas Glutation S-Transferrase Liver Tikus Dengan Subltras I-Kloro 24 Dinitrobenzan
  95. Isolasi Antibiotik Penisilin Dari Biakan Penicilliun Notatum At Acc No. 9179
  96. Aktivitas Biologis Fraksi Risidu Ekstra Ketanol Daun Gynura Procumbens (Lour0 Merr Terhadap Kultur Sel Dan Kultur Sel Mieloma
  97. Studi Inhibsi Senyawa Analog Kurkulum Terhadap Aktivitas Glutation S-Tranferrase Liver Tikus Dengan Subsrat 1,2 Dikloro 4, Nitrobenzen
  98. Isolasi Dan Identifikasi Imuno Globulin 6 (Ig 6) Asam Anti Protein Sub Unit Piu Shigella Flexnen
  99. Pengaruh Infus Daun (Lerodendran Sepratan Speny) Terhadap Kelarutan Kalsilim Batu Ginjal Secra Invitro
  100. Isolasi Dan Penetapan Kadar Stigmasterol Dalam Kedelai Tahu Dan Ampas Tahu
Semoga Dengan adanya artikel ini, yang membahas tentang kumpulan judul Skripsi pada jurusan farmasi bisa membantu teman-teman dan adik-adik sebagai bahan acuan dalam menentukan judul. Simak juga Judul farmasi lainnya di sini Kumpulan Judul KTI dan Skripsi Farmasi Terbaru

Makalah Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan Karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dan tak lupaucapan terima kasih sebesar-besarnya.

kepada teman-teman kami telebih terhadap Dosen pembimbing kami Risma D Manurung,S.kep,Ns,M.Biomed yang dengan penuh sabar membimbing kami dalam mengerjakan makalah dengan tema kata Pengantar Anatomi Fisiologi pada Tubuh Manusia.Atas kepeduliannya serta bimbingannya kami mengucapkan banyak kata terima kasih kiranya makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan.

PENGANTAR ANATOMI FISIOLOGI
A. Defenisi
Anatomi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari ana yang artinya memisah-misahkan atau mengurai dan tomos yang artinya memotong-motong.Anatomi berarti mengurai dan memotong. Ilmu bentuk dan susunan tubuh dapat diperoleh dengan cara mengurai badan melalui potongan bagian-bagian dari badan dan hubungan alat tubuh satu dengan yang lainnya.

Anatomi Ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan/ potongan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.
        
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai struktur tubuh. kata anatomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ana dan tome yang berarti memotong atau memisahkan.

B. Fisiologi
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal,fungsi atau pekerjaan dari tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat tubuh tersebut. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam keadaan normal. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai fungsi dari tubuh manusia yang hidup.

Tujuan pembelajaran ilmu anatomi dan fisiologi yaitu untuk menjelaskan faktor-faktor fisika dan kimia yang bertanggung jawab terhadap asal-usul perkembangan dan kemajuan kehidupan virus/bakteri yang paling sederhana sampai manusia yang paling rumit dan mempunyai karakteristik fungsionl sendiri, Fisiologi manusia berhubungan dengan sifat spesifik dan mekanisme  tubuh manusia yang membuat manusia sebagai makhluk hidup mencari makanan sewaktu lapar,mencari perlindungan,mencari hubungan dengan orang lain dan berkembang biak,terjadi secara otomatis.
 
Defenisi Sel Dari Berbagai Sumber
Sel adalah unit atau unsur  terkecil dari tubuh dan yang dimiliki oleh semua bagian.Pada umumnya semakin khusus tugas suatu sel semakin kecil daya tahannya menghadapi kerusakan dan juga paling sukar diperbaiki atau diganti. Istilah yang digunakan dalam anatomi.Banyak bagian tubuh yang terletak simetris .Misalnya anggota gerak mata dan telinga paru-paru dan ginjal.Limpa terletak di sebelah kanan ,pankreas terletak sebagian di kiri dan sebagian di kanan ini disebut dengan posisi anatomi.Maka letak berbagai bagian tubuh dilukiskan dengan memperbandingkannya dengan pada garis-garis dan bidang-bidang khayal(imajiner).Misalnya bidang medial melalui sumbu tengah tubuh .Sesuatu struktur yang letaknya lebih dekat dengan pada bidang  median tubuh daripada struktur lain.Misalnya otot pangkal paha adalah media terhadap kelompok lainnya yang berada di sebelah luar yang disebut aspek lateral maka sisi dalam paha disebut aspek medial. Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil pada makhluk hidup. Sel sebagai unit terkecil bermakna bahwa sel merupakan penyusun yang mendasar bagi tubuh makhluk hidup. Sedangkan sel sebagai unit fungsional bermakna bahwa sel atau sel-sel penyusun tubuh mahkluk hidup melakukan suatu fungsi atau kegiatan proses hidup.

Istilah interna dan externa  digunakan untuk melukiskan jarak relative sebuah organ atau struktur terhadap pusat sebuah rongga .Iga-iga misalnya mempunyai permukaaan interna yaitu yang menghadap ke dalam rongga dada dan permukaan externa yang ke sebelah luar. Istilah superficial(di permukaan) dan profunda (dalam) digunakan untuk menunjukkan jarak relative dari permukaan tubuh . Dan istilah  superior dan inferior menunjukkan letak relative tinggi atau rendah kususnya dari klavikula(tulang selangka).Istilah anterior dan posterior merupakan persamaan dari ventral dan dorsal .Dalam melukiskan permukaan telapak kaki dipakai istilah plantar dan dorsal. Istilah proksimal dan distal untuk menunjukkan letak dekat jauhnya atau  jarak dari sebuah titik tertentu .Bila tiga struktur terletak dalam suatu garis yang berjalan mulai dari bidang median tubuh ke samping luar ,mka ini dilukiskan sebagai letak medialis,intermedialis dan lateralis.

BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

1.  Subdivisi Anatomi
a. Anatomi  Makroskopik adalah ilmu mengenai struktur tubuh yang dapat dipelajari melalui observasi atau pembedahan tanpa menggunakan mikroskop.
  • Anatomi regional adalah ilmu mengenal ciri-ciri anatomis bagian tubuh tertentu.
  • Anatomi sistemik  adalah ilmu yang mempelajari sistem organ tubuh. Satu per satu
b. Anatomi Histologi (Mikroskopik) adalah ilmu mengenai sel. Jaringan dan organ tubuh yang hanya dapat dilihat melalui Mikroskop cahaya.  Disebut juga mikroskop bidang terang atau Mikroskop gabungan pembesaran terbaik yang dapat dicapai dengan mikroskop cahaya adalah 1.000 sampai 2.000 kali.
  • Disebut mikroskop cahaya karena mikroskop ini memakai energi cahaya sebagai sumber penerangan. Mikroskop ini terdiri dari kondensor untuk memfokuskan sinar cahaya pada specimen. Sebuah stage  untuk meletakkan specimen.satu lensa okular dan satu  lensa objektif.
  • Mikroskop lain yang digunakan dalam laboratorium anatomi adalah mikroskop fase kontras,bidang gelap,interferens,polarisasi,ultraviolet dan mikroskop fluoresensi.
c. Anatomi ultraskopik mempelajari ultrastruktur sel dengan menggabungkan mikroskop electron (electron microscope)[EMI].
  • Pada mikroskop electron transmisi (transmission electron microscope)[TEM]. Berkas cahaya dari mikroskop cahaya diganti dengan berkas electron yang melewati specimen untuk membentuk bayangan pada layar. Beberapa mikroskop electron dapat melakukan pembesaran lebih dari 1.000.000 kali.
  • Pada mikroskop electron pemindaian (scanning electron) microscope [SEM],berkas electron memindai permukaan specimen dan menghasilkan bayangan tiga dimensi.
d. Sitologi adalah ilmu mikroskopik mengenai struktur sel individu.
e. Embriologi dan Fetologi  adalah ilmu mengenai pertumbuhan dan perkembangan dari saat konsepsi sampai kelahiran.
f. Anatomi Perkembangan adalah ilmu mengenai perkembangan dan diferensiasi struktur di sepanjang kehidupan suatu organism.
g. Patologi (anatomi patologis) adalah ilmu mengenai struktur tubuh dan perubahan yang berkaitan dengan penyakit atau cedera.
h. Anatomi radiologi (radiologi)  adalah ilmu mengenai struktur tubuh dengan menggunakan sinar X atau teknik penyinaran lain.

C. Nomenklatur Anatomi (Istilah-istilah Anatomi )
Beberapa kata latin yang penting diketahui dalam anatomi seperti :
1. Kata sifat yang menyatakan bidang :
  •  Medianus : Bidang yang membagi tubuh dalam dua bagian yang sama (kiri dan kanan).
  •  Paramedianus : Bidang yang berada disamping dan sejajar dengan bidang medianus,tetapi tidak dekat.Sagitalis : Selalu dekat dengan bidang medianus
  •  Frontalis : Bidang yang tegak lurus terhadap bidang sagitalis dan sejajar dengan permukaan perut.
  •  Transversalis : Bidang yang melintang tegak lurus pada arah panjang badan.
2. Kata sifat yang menyatakan arah :
  • Medialis : Lebih dekat pada garis tengah.
  • Lateralis : Lebih jauh dari garis tengah
  • Ventralis anterior : Lebih kedepan (venter=perut, anticus=depan)
  • Dorsalis posterior : Lebih kebelakang (dorsum=punggung, posticus belakang)
  • Cranialis : Lebih dekat ke kepala (cranium=tengkorak)
  • Caudalis : Lebih dekat pada ekor (cauda= ekor)
  • Longitudinalis : Kearah ukuran panjang
  • Transversal : Melintang
  • Sagittalis : Tegak lurus pada bidang frontalis
  • Proximalis : Lebih dekat pada pangkal anggota
  • Distalis : Lebih dekat pada ujung anggota
  • Volaris : Kearah telapak tangan
  • Plantaris : Kearah telapak kaki.
  • Ulnaris : Kearah ulna
  • Radialis : Kearah Radius
3.   Kata benda yang menyatakan bangunan yang menonjol :
  • Processus : Nama umum untuk taju (tonjolan)
  • Spina : Taju yang tajam (seperti duri)
  • Tuber : Benjolan bulat
  • Tuberculum : Benjolan bulat yang kecil
  • Crista : Gerigi, tepi
  • Pecten : Bagian pinggir yang menonjol
  • Condylus : Tonjolan bulat diujung tulang
  • Epicondylus : Benjolan pada condylus
  • Cornu : Tanduk
  • Linea : Garis
4.  Kata benda yang menyatakan bangunan lengkung :
  • Fossa : Nama umum
  • Fossula : Fossa yang kecil
  • Fovea : Fossa yang kecil
  • Foveola : Fovea yang kecil
  • Sulcus : Alur
  • Incisura : Takik
5.  Kata benda yang menyatakan lobang,saluran dan ruangan :
  • Foramen : Lubang
  • Fissura : Celah
  • Apertura : Pintu
  • Canalis : Saluran
  • Ductus : Pembuluh
  • Meatus : Liang
  • Cavum : Rongga
  • Cellula : Ruang kecil
6.  Arah gerakan :
  • Fleksi : Membengkokkan/ melipat sendi
  • Ekstensi : Meluruskan kembali sendi(dari posisi fleksi)
  • Abduksi : Gerakan menjauhi badan/tubuh
  • Adduksi : Gerakan mendekati tubuh
  • Rotasi : Gerakan memutar sendi
  • Sirkumduksi : Gerakan gabungan dari fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi
D.   Sumbu/ Aksis Gerakan
  1. Aksis Sagital, adalah garis yang memotong bidang gerak sagital dengan bidang geraktransversal.
  2. Aksis Trasnversal, adalah garis yang memotong bidang gerak frontal dengan bidang gerak transversal.
  3. Aksis Longitidinal, yaitu garis yang memotong bidang gerak median dan frontal dan berjalan dari atas ke bawah.
E.  Bidang
  1. Bidang median, yaitu bidang yang melalui aksis longitudinal dan aksis sagital, dengan demikian dinamakan mediosagital.
  2. Bidang Sagital (bidang paramedian), yaitu setiap bidang yang sejajar dengan bidang mediosagital.
  3. Bidang Coronal atau frontal, yaitu setiap bidang yang mengandung aksis-aksis transversal dan sejajar dengan dahi dan tegak lurus dengan bidang sagital
  4. Bidang transversal, letaknya tegak lurus dengan bidang-bidang sagital dan bidang coronal. Pada posisi berdiri posisi bidang horisontal.
F.  Sikap Anatomi
Sikap anatomi adalah suatu sikap dimana badan berdiri tegak, kepala tegak, Mata memandang lurus kedepan, kedua anggota gerak lurus kebawah berada disamping badan dengan telapak tangan menghadap kedepan, kedua anggota gerak bawah lurus dan sejajar, kedua kaki sejajar dan rapat.

Defenisi
Fisiologi  adalah ilmu mengenai mengenai fungsi dari tubuh yang hidup.
  1. Seperti ilmu anatomi,ilmu fisiologi juga mencakup bidang-bidang khusus mengenai fungsi system organ tertentu. Misalnya, neurofisiologi,kardiofisiologi,atau fisiologi reproduksi.
  2. Ilmu mengenai fisiologi
Beberapa tokoh historis di bidang anatomi dan fisiologi antara lain:
  1. Hippocrates (460-375 SM), pendiri sekolah pengobatan tertua di Yunani. Juga dikenal sebagai “Bapak Pengobatan”. Ia memberikan suatu dasar ilmiah di bidang praktik medis dan namanya dihubungkan dengan sumpah Hippocratic, yang menjadi pedomanetik profesi kedokteran.
  2. Aristoteles (384-322 SM), adalah ahli anatomi komparatif pertama yang memahami hubungan antara struktur dan fungsi. Ia membuat klasi-klasi sistematika tentang binatang.
  3. Galen (131-201), dianggap sebagai tokoh terpenting dalam sejarah pengobatan setelah Hippocrates: ia adalah ahli fisiologi eksperimental pertama Bukunya, Uses of the Parts of the Body of Man. Memperlihatkan bagaimana organ-organ tubuh terkonstruksi dengan sempurna dan beradaptasi sesuai dengan funsinya.
  4. Leonardo Da Vinci (1451-1519) adalah seorang seniman,Insinyur,Penemu,dan ilmuan yang telah mewariskan gambar-gambar mengenai kerja otot dan aktivitas kardiovaskular .
  5. Andreas Vesalius (1514-1564) adalah seorang guru dan ahli bedah yang menulis Humani Corporis Fabrica Libri Septem (Tujuh buku mengenai Struktur Tubuh Manusia) yang menjadi dasar anatomi dan fisiologi modern.
  6. William Hervey (1578-1657) salah satu ahli anatomi yang paling terkenal di sepanjang sejarah. Menemukan proses sirkulasi darah suatu kejadian penting dalam sejarah pengobatan.
2. TINGKAT STRUKTURAL ORGANISASI TUBUH.
Organisasi structural tubuh manusia berkemabang dari organisasi tingkat terendah (atom dan molekul) sampai tingkat yang lebih tinggi dan lebih kompleks untuk membentuk keseluruhan tubuh.
  • Tingkat Kimia. Atom, seperti hydrogen.oksigen,karbon,nitrogen ,dan natrium, bargabung untuk membentuk molekul seperti air dan garam, dan makromolekul seperti karbohidrat,protein,dan lemak.
  • Sel  merupakan unit dasar dari makhluk hidup.Struktur selular,seperti nukleus, ribosom, mitokondria, dan lisosom, menjalankan fungsi-fungsi pertahan hidup sel.
  • Jaringan. Sekelompok sel dengan struktur yang sama dan melakukan fungsi yang sama disebut  Jaringan ada empat jenis jaringan dasar: jaringan epitel,jaringan ikat,jaringan otot,dan jaringan saraf.
  • Organ. Dua jaringan atau lebih bergabung untuk membentuk satu organ seperti perut,ginjal,atau mata. Sebuah organ berfungsi sebagai pusat fisiologi khusus untuk aktivitas tubuh.
  • Sistem Organ. jika beberapa organ bekerja sama untuk melakukan fungsi yang saling berkaitan, maka organ-organ tersebut membentuk suatu sistem organ. Sistem organ pada tubuh meliputi:intergumen,rangka,muscular,saraf,endokrin,kardiovaskuler (sirkulasi),limfatik,pernapasan,pencernaan,perkemihan,dan sistem reproduksi.
3.  KARAKTERISTIK MAKHLUK HIDUP 
adalah sifat-sifat yang membedakan benda hidup dari beda mati dan yang memungkinkan sel-sel hidup untuk untuk melaksanakan aktivitas yang diperlukan untuk mempertahankan hidup. Sifat-sifat tersebut meliputi:
  1. Iritabilitas atau keresponsifan adalah kemampuan untuk merespons rangsang yang berasal dari dalam atau dari luar lingkungan.
  2. Konduktivitas  adalah kemampuan untuk melakukan atau mentransmisikan iritabilitas (rangsang) dari satu sisi ke sisi lain. Sifat ini sangat berkembang dalam sel saraf dan sel otot.
  3. Pergerakan adalah hasil dari penyusutan atau pengerutan sel dan sifat ini berkembang dengan baik terutama dalam sel otot.
  4. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran sel individu atau pertambahan jumlah sel.
  5. Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk melipat gandakan jumlah mereka.
  6. Metabolisme adalah jumlah total dari seluruh reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup. Proses kimia yang dimaksud adalah katabolisme, atau pemecahan molekul kompleks menjadi zat yang lebih sederhana, dan anabolisme, pembentukan makromolekul kompleks dari zat yang lebih sederhana.
Metabolisme dalam tubuh bergantung pada proses berikut ini.
  • Pencernaan adalah proses pemecahan makanan kompleks (karbohidrat,protein,dan lemak) menjadi molekul-molekul sederhana (gula/glukosa,asam amino,asam lemak,dan gliserol) untuk diabsorbsi.
  • Pernapasan mengacu pada proses pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel tubuh dengan lingkungan luar.
  • Pernapasan Selular adalah proses pemakaian nutrisi oksigen oleh sel tubuh untuk memperoduksi energi dan karbondioksida.
  • Sirkulasi cairan tubuh membawa oksigen dan nutrisi menuju sel dan mengeluarkan hasil metabolisme dari sel.
  • Ekskresi adalah pengeluaran sisa hasil metabolisme dari tubuh.
4.  HOMEOSTASIS
  • Konsep Homeostatis (Keadaan Tetap) mengacu pada mempertahankan kondisi fisik dan kimia yang relative konstan dalam lingkungan sel organisme,menurut batas-batas fisiologis. Persyaratan kimia untuk mempertahankan kondisi yang konstan meliputi,volume air yang mencukupi,nutrisi,dan oksigen yang mancukupi; persyaratan fisik meliputi suhu dan tekanan atmosfir.
  • Mekanisme Homeostatis melibatkan hampir seluruh sistem organ tubuh walaupun kondisi internal berubah secara konstan, tubuh melindungi terhadap perubahan yang besar dengan mekanisme control pengaturan sendiri seperti sistem umpan balik. Sistem ini mengacu pada pemberian informasi dari suatu sistem (output) kembali ke sistem (input ) untuk menimbulkan respons.
1.  Komponen sistem umpan balik
  • Setpoint adalah nilai fisiologi normal dari masing-masing variabel tubuh,seperti suhu normal,konsentrasi zat dalam cairan ekstraselular, atau kadar keasaman dan kadar kebasaan darah.
  • Sensor (Penerima) mendeteksi suatu penyimpangan dari setiap variabel normal.
  • Pusat Pengendalian meneriama informasi dari berbagai sensor,mengitegrasi dan memproses informasi tersebut,kemudian menentukan respons balasan untuk kembali ke setpoint.
  • Efektor menjelaskan respons, yang terus berlangsung sampai setpoint tercapai kembali.
2.   Contoh Sitem Umpan Balik
  • Mekanisme Umpan Balik Negatif adalah mekanisme dimana informasi balasan untuk sistem (input) mengurangi perubahan (output) sehingga dapat kembali ke setpoint yang sesuai. Salah satu contoh adalah kemampuan untuk mempertahankan glukosa darah pada kadar yang relative konstan yaitu 90 sampai 110/100ml darah.
  • Setelah makan, peningkatan kadar glukosa darah merangsang keluarnya insulin dari sel-sel khusus dalam pankreas.
  • Insulin memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel-sel tubuh sehingga mengurangi kadar glukosa darah.
  • Penurunan kadar glukosa darah kemudian mempengaruhi sel-sel pelepas insulin (umpan balik negative) untuk mengurangi pelepasan insulin dan glukosa darah dipertahankan pada kadar yang sesuai.
  • Mekanisme umpan balik positif adalah mekanisme dimana informasi balasan ke system meningkatkan atau memperlama, bukannya mengurangi,penyimpangan dari kondisi fisiologi asal.
3.   Salah satu umpan balik positif terjadi saat membran saraf dirangsang.
  • Rangsang mengubah permeabilitas membrane terhadap ion-ion natrium, yang kemudian mengalir melewati membrane.
  • Arus ion natrium ini kemudian menambah permeabilitas membrane tehadap ion natrium sehingga ion natrium yang melewatinya semakin banyak. Hasil dari kejadian tersebut adalah cetusan impuls saraf.
  • Umpan balik positif juga bisa terjadi dalam mekanisme pembekuan darah. Cetusan pada proses pembekuan darah menyebabkan keluarnya zat-zat kimia yang mempercepat proses pembekuan darah.
5.  BIDANG STRUKTURAL TUBUH. 
Ilmu mengenai anatomi memerlukan terminology mengenai posisi dan arah serta poin-poin rujukan.
A.   Bidang (seksio) tubuh adalah bidang datar imajiner yang menembus tubuh untuk menunjukkan poin-poin rujukan.
1.  Bidang Sagital membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.
  • Bidang Midsagital membagi tubuh menjadi dua bagian, bagian kiri sama besar dengan bagian kanan.
  • Bidang Parasagital membagi tubuh menjadi dua bagian, bagian kiri dan kanan yang tidak sama besar.
2. Bidang Frontal atau Koronal adalah salah satu bidang di bagian kanan bidang sagital. Bidang ini membagi tubuh atau organ menjadi bagian depan dan belakang.
3. Bidang Transversal (Horizontal, Potong Silang) membagi tubuh atau organ menjadi bagian atas dan bawah.

B. Posisi Anatomis tubuh digunakan sebagai rujukan agar hubungan dengan seluruh bagian tubuh dapat dijelaskan. Dalam posisi anatomis, tubuh berdiri tegak dengan mata melihat ke depan, kaki dirapatkan, lengan disisi tubuh, telapak tangan membuka ke depan dengan ibu jari mengarah ke luar tubuh, dan jari kelingking mengarah ke tubuh.
  1. Bagian Anterior dari tubuh (Ventral pada binatang) merupakan bagian depan tubuh atau perut. Contoh: hidung merupakan bagian anterior dari keseluruhan bagian wajah.
  2. Posterior adalah bagian belakang (pada binatang disebut Dorsal). Contoh: bokong merupakan bagian posterior dari abdomen.
  3. Superior adalah mengarah ke kepala atau bagian tertinggi; superior juga disebut sebagai sefalik, cranial, atau rostal. Contoh: kepala merupakan bagian superior dari leher.
  4. Inferior adalah arah menjauhi kepala dan mengarah ke bagian bawah tubuh; inferior juga disebut kauda. Contoh: dada merupakan bagian inferior dari leher.
  5. Medial adalah setiap setiap struktur yang terdekat dengan garis an tengah imajiner tubuh. Contoh: hidung merupakan bagian medial dari mata.
  6. Lateral mengarah ke samping, menjauhi garis tengah imajiner tubuh. Contoh: telinga merupakan bagian lateral dari mata. Ipsilateral berarti terletak di sisi yang sama. Kontralateral berarti terletak di sisi yang berlawanan.
  7. Proksimal mengacu pada bagian suatu struktur yang mendekati garis tengah tubuh, atau jika mengacu pada satu tungkai, maka mendekati titik asal atau titik perlekatan terdekat dengan trunkus. Contoh siku adalah bagian proksimal dari pergelangan tangan.
  8. Distal berarti paling jauh dari garis tengah imajiner atau menjauhi titik asal atau titik perlekatan dengan trunkus. Contoh: kaki merupakan bagian distal dari pergelangan kaki.
  9. Superfisial berarti setiap bagian manapun yang dekat ke permukaan tubuh. Contoh: kulit merupakan bagian superficial dari otot.
  10. Dalam berarti terletak di bagian internal, di dalam tubuh. Contoh: usus halus terletak jauh lebih kedalam tubuh dari otot-otot dan kulit abdominal.
Rongga Tubuh 
Rongga Tubuh adalah ruang dalam bagian aksial tubuh yang berisi organ-organ atau visera internal. Dua rongga utama yang terletak dalam bagian aksial tubuh: rongga dorsal dan rongga ventral. Bagian apendikular atau bagian anggota gerak tubuh tidak memiliki rongga.
  1. Rongga Tubuh Dorsal terletak di bagian posterior (dorsal) dan terbagi menjadi rongga cranial dan rongga spinal.Rongga Kranial dikelilingi oleh tulang dan berisi otak. Rongga Spinal (Vertebral) terbentuk dari susunan tulang belakang serta berisi medulla spinalis.
  2. Rongga Tubuh Ventral terletak di bagian anterior (secara ventral) dan terbagi menjadi rongga toraks dan rongga abdomen yang dipisahkan diafragma. Rongga Toraks adalah rongga dada. Rongga ini terdiri dari dari rongga (kantong) pleural kanan dan kiri, serta mediastinum.
  3. Masing-masing Rongga pleural berisi satu paru.
  4. Mediastinum berisi jantung yang terletak di Rongga Perikardial, kelenjar timus yang merupakan bagian dari esofagus, dan mengandung pembuluh darah besar yang banyak.
  5. Rongga Abdominopelvis (Peritoneal) berisi visera abdomen dan bidang pelvis.
  6. Rongga kecil tambahan di bagian kepala meliputi: Rongga oral,rongga nasal,rongga telinga tengah, dan rongga orbital untuk mata.
  7. Membran Serosa melapisi rongga toraks dan rongga abdominopelvis, serta menyelimuti organ-organ dalam rongga-rongga tersebut. Membran Periental melapisi rongga; sedangkan Membran Viseral menyelimuti organ.
  8. Pleura Periental melapisi rongga pleural dan Pleura Visera membungkus paru-paru.
  9. Perikardium Perietal melapisi rongga perikardial dan Visera Perikardium membungkus jantung.
  10. Peritonium Perietal melapisi rongga abdominopelvis; Visera Pertonium membungkus organ abdominal daan organ pelvis lainnya.
D. Regia Abdomen-Pelvis. 
Sembilan petunjuk digunakan dalam ilmu anatomis untuk memfasilitasi rujukan struktur tubuh dan organ-organ internal.1.    Regia Umbilikal terletak pada pusat abdomen.
2.    Regia Epigastrium berada di bagian superior dari rega umbilicus.
3.    Regia Hipogastrium berada di bagian inferior regia umbilikus.
4.    Regia Hipokondrium kanan dan kiri beroprasi lateral terhadapregia epigastrium.
5.    Regia Lumbar Kanan Dan Kiri terletak lateral tehadap regia umbilikus.
6.    Regia Inguinalis (Iliaka) Kanan dan Kiri terletak lateral dari regia hypogastrium.

E. Empat Petunjuk Abdominopelvis, umumnya dipakai secara klinis, didapat dari garis imajiner horizontal dan vertikal yang menyilang pada umbilikus. Garis ini membagi abdomen menjadi Kuadran Kanan dan Kiri Atas serta Kuadran Kanan dan Kiri Bawah (KKAB dan KKIB).


BAB II
KIMIA DASAR KEHIDUPAN
Pendahuluan
A. Kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur dan komposisi zat serta perubahan, atau reaksi kimia zat-zat tersebut.
B. Benda adalah segala sesuatu yang mengisi ruang dan memiliki massa.
C.  Energi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Energy “menggerakkan” benda dan hanya dapat dijelaskan melalui efeknya terhadap sesuatu benda.
D. Unsur yaitu zat dasar yang tidak bisa diurai menjadi zat yang lebih sederhana dengan cara kimia.
E. Atom adalah bagian terkecil dari unsur yang mempertahankan sifat-sifat kimianya yang khas.
F. Molekul adalah dua atom atau lebih yang bergabung akibat gaya tarik yang disebut “Ikatan Kimia”.

SENYAWA ORGANIK
        Karbohidrat (gula dan zat tepung) adalah senyawa yang mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen. Ciri khasnya adalah molekul mengandung atom hydrogen yang dua kali lebih banyak daripada atom oksigen, sama dengan proporsinya dalam molekul air. Karbohidrat diklasifikasikan sebagai monosakarida, disakarida, dan polisakarida.

a. Monosakarida (gula sederhana) merupakan molekul karbohidrat dasar. Sebagian monosakarida mengandung sedikitnya tiga atom karbon (triosa); lainnya mengandung lima (pentosa) atau enam (Hektosa) atom karbon.
  • Semua gula sederhana mengandung satu gugus karbonil. Jika O ikatan ganda telah berikatan dengan atom karbon utama dari rantai karbon (atom karbon bagian ujung), gula terebut adalah gula alhedid; jika O ikatan ganda berikatan dengan atom karbon di bagian selain ujungnya, maka gula tersebut dinamakan gula keton.
  • Glukosa, fruktosa dan galaktosa (semuanya hektosa) adalah gula sederhana yang memiliki jumlah dan jenis atom yang sama (C6H12O6), tetapi berbeda dalam pengaturan struktur tiga dimensi dan sifatnya. Senyawa yang demikian disebut isomer.
b.    Disakarida (gula ganda)
  • Disakarida dibentuk dengan penggabungan dua monosakarida melalui sintesis dehidrasi (juga dikenal sebagai reaksi kondensasi), yang melibatkan pemindahan satu molekul air .
  • Disakarida dapat diurai menjadi sub-unit monosakarida dengan menambahkan satu molekul air, reaksi yang terjadi disebut hidrolisis.
Contoh-contoh disakarida, meliputi:
  • Sukrosa, atau gula meja, mengandung unit glukosa dan fruktosa.
  • Laktosa, atau gula susu, mengandung unit glukosa dan galaktosa.
  • Maltosa, ditemukan dalam gandum, disusun dari dua molekul glukosa.
  • Polisakarida adalah polimer, molekul berantai panjang yang tersusun dari unit yang sama. Polisakarida terbentuk dari monosakarida yang saling berikatan melalui proses dehidrasi untuk membentuk zat tepung (pada tumbuhan) atau glikogen (pada binatang), yang merupakan senyawa struktural dan simpanan energi yang penting. 
Contoh-contoh polisakarida meliputi:
  1. Amilase dan amilopektin adalah zat tepung tumbuhan yang dapat dicerna yang menjadi sebagian makanan manusia.
  2. Selulosa, yang merupakan polisakarida paling banyak dia alam, adalah suatu komponen struktural pada dinding sel. Selulosa adalah salah satu komponen “kasar” atau serat yang tidak dapat dicerna dalam makanan manusia.
  3. Glikogen adalah simpanan glukosa-polisakarida yang ditemukan di hepar dan otot rangka.
  4. Lipid adalah sekelompok molekul yang beragam: semuanya tidak dapat larut dalam air, namun dapat larut dalam zat pelarut nonpolar seperti eter dan kloroform. Lipid biologis yang penting meliputi lemak netral, zat lilin, fosfolipid dan steroid.
Minyak sayur dan lemak binatang termasuk lemak netral, atau disebut juga trigliserida. Lemak netral dan zat lilin hanya menagndung karbon, hydrogen dan oksigen. Lemak netral adalah persenyawaan asam lemak dengan gliserol. Tiga molekul asam lemak (rantai panjang atom karbon dan hydrogen dengan satu gugus karboksil di salah satu ujungnya) berikatan kovalen dengan satu molekul gliserol (satu molekul terdiri tiga karbon dengan tiga sisi gugus hidroksil) melalui proses sintesis dehidrasi.
  • Lemak cenderung memadat pada suhu kamar. Molekul asam lemak memiliki rantai panjang dengan atom-atom karbon berikatan kovalen tunggal dan dengan atom hydrogen yang menempati seluruh posisi ikatan yang ada pada atom karbon. Lemak tersebut disebut lemak saturasi (jenuh) karena memiliki atom hydrogen sebanyak yang dapat diikatnya.
  • Minyak cenderung tetap berbentuk cair pada suhu kamar. Pada minyak yang mengalami beragam derajat unsaturasi (ketajenuhan) dan poliunsaturasi (ketidakjenuhan ganda), sebagian ikatan antar karbon merupakan ikatan kovalen ganda,dan akibatnya jumlah atom hydrogen lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah hydrogen pada lemak jenuh.
  • Minyak dapat diubah ke bentuk lemak melalui proses hidrogenasi; yaitu, dengan memecah ikatan ganda antar atom karbon dan menggantinya dengan ikatan kovalen tunggal serta dengan menambah atom karbon ke dalam posisi ikatan yang tersisa. Contoh lemak yang dihidrogenisasi (lemak padat) adalah lemak sayur padat, selai kacang padat, dan margarine.
  • Sebagian besar asam lemak yang termasuk lemak dan minyak yang dapat dimakan memiliki rantai karbon utama yang panjang. Asam lemak yang paling umum adalah asam strearat dan oleat, yang masing-masing mengandung 18 atom karbon, dan asam palmiat yang mengandung 16 atom karbon.
Zat lilin sama dengan lemak dan minyak, terkecuali bahwa asam lemak yang ada dalam zat lilin mengikat rantai karbon alkohol,bukanya gliserol. Fosfolipid adalah struktur pokok dari membran sel. Dari segi struktur, fosfolipid serupa dengan trigliserida, terkecuali bahwa satu dari tiga molekul asam lemaknya diganti dengan gugus fosfat yang memiliki gugus nitrogen yang pendek dan polar di salah satu ujungnya.Nitrogen yang berisi bagian kepala molekul, bersifat polar, hidrofolik (menarik air), dan larut dalam air. Ujung lain molekul berisi dua bagian ekor asam lemak, jenuh dan tak jenuh, yang hidrofobik (anti-air) dan tidak larut dalam air. Secara Funsional, sifat ganda fosfolipid tersebut merupakan factor penting dalam struktur membrane sel. Bagian kepala molekul fosfolipid bersentuhan dengan larutan yang mengandung air pada permukaan membrane sel. Ekor mengarah ke pusat membrane, dan interaksi hidrofobik antar hidrokarbon membantu dalam mempertahankan kebersamaan molekul membrane tersebut, yang kemudian membentuk ikatan antara sel dan lingkungan eksternal.

Steroid adalah molekul lipid yang besar, susunanya bukan terdiri dari rantai hidrokarbon melainkan dari empat cincin yang bergabung (inti steroid) yang mengikat beragam gugus funsional. Kolesterol, komponen umum dalam membrane sel hewan, adalah suatu steroid yang penting; sebagian besar steroid lainnya merupakan hasil sintesis kolesterol. Contoh steroid dalam tubuh meliputi hormon pria dan wanita (misalnya, testosterone, estrogen, dan progesteron), hormone adrenal kortikoid dan garam empedu.

Protein secara kimia lebih kopleks lagi, tetapi seperti karbohidrat dan lipid, protein juga tersusun dari senyawa gabungan yang sederhana. Semua protein mengandung atom karbon, oksigen, hydrogen, dan nitrogen serta protein-protein yang mengandung sulfur dan fosfor. Asam amino adalah unit molecular dasar yang membentuk polimer protein panjang. Ada 20 jenis asam amino dalam protein yang menjadi dasar struktur dan fungsi tubuh manusia. Setiap asam amino mengandung sedikitnya satu gugus asam karboksil (-COOH) dan sedikitnya satu gugus amino (-NH2). Kedua gugus tersebut terikat pada atom karbon yang sama. Setiap asam amino mempunyai anak rantai yang disebut sebagai satu gugus R. Asam-asam amino memiliki perbedaan dalam gugus R-nya, yang memberi ciri khas dan mempengaruhi sifat protein tempat asam amino tersebut bergabung. Gugus R nonpolar menyebabkan asam amino relative tidak larut dalam air. Gugus R yang polar atau bermuatan listrik menyebabkan asam amino larut dalam air.

Asam-asam amino bergabung untuk membentuk protein melalui reaksi kondensasi (dehidrasi) antara gugus karboksil dari salah satu asam amino dan gugus amino dari asam amino lain. Air yang terbentuk ikatan kovalen dihasilkan dia antara dua jenis asam amino. Ikatan itu disebut  ikatan peptida dan senyawa yang terbentuk disebut peptida. Dua asam amino yang bergabung dalam ikatan peptida disebut dipeptida, tiga asam amino membentuk tripeptida, dan sepuluh asam amino atau lebih membentuk polipeptida.

Struktur Protein
Rantai Polipeptida memilin, melipat, dan membungkus diri kedalam model yang khas untuk membentuk protein dengan kesesuaian bentuk (conformation) yang berbeda-beda. Protein Struktural atau fibrosa Disusun dari mikromolekullinear yang panjang .contohnya kolage,myosin(protein otot),fibrin dan keratin pada rambut,kuku dan kulit. Protein globular adlah protein yang sangat terpilin dan terlipat dlam bentuk yang hampirsferikal atau mirip gulungan benang kusut.contoh nya enzim,hormone dan protein darah. Ada empat tingkat organisasi struktur protein.
  1. Struktur primer adalah rantai polipeptida dan jumlah serta urutan as amino dalam setiap rantai.
  2. Protein sekunder adalah lilitan rantai peptida yang menyerupai spiral helix atau jenis kesesuaian bentuk lainnya.Alpha helix adalah lilitan geometris yang seragam dengan 3,6 asam amino menempati setiap lekuk helix, bentuk tersebut merupakan bentuk dasar struktur protein pada rambut, kulit, dan kuku.Struktur lembaran terlipat terbentuk dari ikatan hydrogen untuk mempertahankan kedekatan rantai- rantai dalam konfigurasi yang berbentuk zig-zag.
  3. Struktur Tersier berada di atas struktur skunder biasa dengan sedikit mengubah dan mengusutkan rantai peptida dan biasa membuat 3D yang kompleks
  4. Struktur Kuarter adalah susunan kompleks yang terdiri dari 2 rangkaian polipeptida atau lebih. Hemoglobin adalah salah satu contoh protein globular yang mengandung 574 As.Amino dalam 4 rantai polipeptida Kolagen adalah contoh protein fibrosa yang memiliki 3 rangkai polipeptida yang terusun dalam triple helix.
Asam Nukleat adalah struktur molecular kompleks yang terdiri dari karbon, hydrogen, nitrogen dan fosfor. Asam Nukleat adalah molekul turunan dan pengatur fungsi protein dalam sel. Asam Deoksiribonukleat (DNA) dapat ditemukan dalam setiap kromosom makhluk hidup dan memiliki kemampuan menggandakan dirinya. Asam Ribonukleat (RNA) berfungsi dalam sentesis protein di bawah perintah DNA. Struktur Asam Nukleat DNA dan RNA terdiri dari rantai-rantai yang disebut nukleotida. Nukleotida teridiri dari 3 bagian dan menagndung basa nitrogen yang bergabung menjadi satu pentosa (gula 5 karbon), yang terikat pada satu gugus fosfat. Basa Nitrogen.Pirimidin pada asam nukleat adalah sitosin © dan timin (t) dan urasil (u), Timin hanya ada dalam DNA dan urasil hanya ditemukan dalam RNA. Purin dalam asama nukleat adalah adenine (a) dan guanine (g) dan keduanya dapat ditemukan dalam DNA dan RNA. Pentosa dalam DNA adalah dioksiribosa dan ribosa dalam RNA.DNA membentuk double helix. RNA membentuk rantai tunggal.

Fungsi Asam Nukleat
  • Nukleotida siklik sebagai pembawa pesan intra seluler.
  • Adenosin Trifosfat molekul berenergi tinggi yang dapat menyimpan energy untuk dilepaskan kemudian.
  • Koenzim membantu enzim menjalankan fungsinya sebagai katalis biologis.
Enzim merupakan katalis organik dan termasuk protein globular enzim dapat menurunkan energy aktivasi sehingga reaski dapat berlangsung dalam kondisi normal dalam sel hidup. Mekanisme Kerja Enzim
  • Satu enzim bekerja untuk satu substrat tertentu.
  • Kekhususan enzim yaitu setiap enzim dapat membedakan substratnya sendiri dari substrat lain. Enzim berikatan dengan substrat dan mengubahnya menjadi produk reaksi.
  • Model lock and key enzim merupakan pengunci molecular yang hanya cocok untuk kunci molecular substrat. Model Induced fits (susunan terinduksi) sub substrat berikatan dengan enzim di sisi aktif substrat akan melakukan perubahan struktur pada enzim.
2.    Factor yang mempengaruhi aktivitas enzim.
a)    Suhu dan PH
b)    Kofaktor dan Kohenzim
c)    Inhibitor enzim

Inhibisi selektif pada enzim merupakan proses control metabolic yang normal dan penting dalam sel.
Inhibitor kompetitif meyerupai molekul substrat sehingga menutup sisi aktif dan mengurangi aktivitas enzim. Inhibitor non kompetitif menghambat kerja enzim tanpa memasuki sisi aktifnya.

BAB III
SEL

Pergerakan Materi Menenbus Membran Sel
Pergerakan menembus membrane plasma terjadi melalui mekanisme transfor pasif dan transfor aktif.

Transfor Pasif
Mekanmisme Transfor Pasif merupakan proses fisik yang tidak perlu mengeluarkan energy selular atau metabolic meliputi difusi, dialisis, osmosis, difusi terfasilitasi dan filtrasi.
  • Difusi merupakan gerakan acak partikel yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi lebih rendah (downhill)
  • Dialisis adalah pemisahan partikel zat terlarut kristaloit yang berdiameter <1nm tetapi tidak permeable untuk partikel zat terlarut koloid.
  • Osmosis adalah difusi saring molekul air melalui membran permeable selektif; yaitu membrane yang tidak dapat dilalui secara bebas oleh semua zat terlarut yang ada.
  • Difusi terfasilitasi disebut juga difusi diperantarai carrier yaitu suatu mekanisme dimana molekul-molekul yang tidak larut dalam lemak dapat melewati saluran protein dibantu dengan carrier. Glukosa dan beberapa asam amino dibawa menembus membran melalui mekanisme difusi terfasilitasi ini.
  • Filtrasi adalah kekuatan gerakan air dan molekul yang dapat berdifusi melewati membrane plasma akibat tekanan mekanik atau tekanan cairan yang tinggi misalnya tekanan hidro static atau tekanan darah.
Mekanisme Transfor Aktif
Membutuhkan penggunaan energy metabolic yang diproleh dari reaksi kimia selular dan menggerakkan molekul atau ion melawan gradian konsentrasinya. Transfor aktif melibatkan mekanisme diperantarai carrier dan transfor massa berukuran besar.Transpor aktif dipengaruhi carrier. Carrier adalah protein integral yang disebut “pompa” misalnya pompa ion natrium/kalium yang aktif pada semua sel hidup dan pompa kalsium yang penting dalam kontraksi otot. Transpor aktif dipengaruhi massa berukuran besar adalah suatu proses aktif yang mentranspor partikel besar dan makro molekul menembus membrane plasma untuk membentuk kantong vesikel (vakuola).
  • Endositosis (endo = bagian dalam) berarti masuk ke dalam sel.
  • Fagositosis (fago = memakan) berarti menelan suatu zat padat yang besar dengan cara melipat membrane plasma untuk membentuk vesikel vagositik
  • Pinositosis (pino = minum) berarti menelan tetesan kecil cairan ekstra selular yang mungkin mengandung nutrient yang sudah terurai dan memasukanya ke dalam sel.
  • Endositosis di perantarai Reseptor mengacu pada proses pengikatan molekul reseptor dipermukaan sel denagn zat tertentu yang disebut ligan.
  • Eksositosis (Ekso = bagian luar) berarti suatu metode untuk mengendalikan sel suatu substansi yang tidak diinginkan dan sebagai cara melepas produk sel yang berguna ke dalam cairan ekstraseluler.
  • Substansi yang akan dilepas dibungkus dalam vesikel yang berfusi dengan membrane sel agar dapat keluar. Contoh: pelepasan produk dari sel-sel sekretori pankreas dan pelepasan transmitter kimia dari sel-sel saraf di ujung saraf.
Sintesis Protein
A.  Prinsip dasar
  1. Sintesis dikendalikan dari Nukleus oleh DNA.
  2. Sintesis Protein disebut juga DOGMA Sentral Biologi Molekkular DNA,                          RNA,ROTEIN,Transkripsi,Translasi
  3. Bagian-bagian dari rangkaian nukleotida DNA disalin dalam RNA.
  4. Perbedaan DNA dan RNA
  • DNA
  • RNA
  • Gula
  • Deoksiribosa
  • Ribosa
  • Jumlah Rantai
  • Double Helix
  • Berantai Tunggal
  • Ukuran Molekul
  • Panjang
  • Pendek
Basa Timin dalam DNA diganti dengan Urasil dalam RNA. Ada 3 jenis RNA: RNA pemberita (Messenger [mRNA]),RNA pemindah(transfer[tRNA]),dan RNA ribosom(rRNA).

B.   Langkah-langkah dalam sintesis protein
Transkripsi
  • Untuk melakukan transkripsi diperlukan RNA polymerase yang bertugas memasang basa-basa baru dan protein pengatur gen yang terikat pada rangkaian basa khusus dandan menentukan segmen DNA yang harus disalin.
  • Setelah salinan mRNA lengkap,rantai double helix DNA asli terbentuk kembali dan melepas mRNA.
  • mRNA keluar dari nukleusmelalui pori-pori membrane nucleus dan bergerak ke sitoplasma.
  1. Pesan yang tertulis pada mRNA berbentuk kode genetic .setiap kata pada kode terdiri dari tiga nuklleotida yang berdekatan,atau triple basa,yang membentuk kodon.
  2. Triplet menentukan satu dari 20 jenis as.amino yang lazim ditemukan dalam protein.misalnya,jika kodon berupa GAG,maka kode tersebut mewakili asam amino dan asam glutamate (nukleotida pasangan yang terdapat dalam DNA adalah CTC.)
  3. Karena ada empat jenis nukleotida maka kemungkinan ada 64,triplet kodon dan jenis asam amino yang dikodekan hanya ada 20.
Kode terssebut dikatakan berdegenerasi karena karena banyak asam amino yang tersusun lebih dari satu kodon. Kode juga bersifat universal karena kodon yang sama pada seluruh mahluk hidup. Translasi adalah sintesis protein berdasarkan translasi informasi rangkaian basa yang ada dalam kodon mRNA. Molekul tRNA berukuran kecil, panjangnya hanya sekitar 70-90 nukleotida, dan berada dalam sitoplasma. Setiap molekul tRNA berbentuk seperti daun semanggi 3 dimensi. Salah satu ujung daun semanggi berisi antikodon. Triplet basa nukleotida yang merupakan pelengkap dari kodon mRNA. Ujung lainnya berisi salah satu dari 20 jenis asam amino (ditemukan bebas dalam sitoplasma), yang secara enzimatis telah terikat pada ikatan berenergi tinggi (ATP).

Molekul rRNA membentuk inti structural Ribosom, kompleks yang terdiri dari rRNA dan hamper 100 jenis protein. Ribosom berfungsi sebagai sisi biokimia tempat molekul tRNA berada untuk membaca pesan berbentuk kode pada mRNA.Inisiasi pemasangan protein. Satu ribosom memiliki satu sub-unit kecil dan satu sub-unit besar. Transkrip rantai RNA yang baru, melekat pada sub-unit yang lebih kecil dan berada pada suatu celah dia antara sub-unit kecil dan sub-unit ribosom besar. Antikodon dari molekul tRNA inisiator, membawa satu asam amino, mengenali dan berikatan dengan kodon pembuka pada mRNA untuk membentuk kompleks inisiasi. Kodon pembuka selalu AUG, yang merupakan kode asam amino metionin. Molekul tRNA inisiator memiliki antikodon UAC dan membawa metoinin.

Kompleks antikodon/kodon melekat pada titik yang tepat untuk memulai rantai polipeptida. Ikatan tersebut mengelompokkan basa-basa nukleotida ke dalam kerangka pembaca yang menentukan tempat dimulainya pembacaan triplet nukleotida. Pemanjangan rantai polipeptida. Selain sisi pengikat mRNA, setiap subunit ribosom yang lebih besar memiliki dua sisi pengikat tRNA.Sisi P (untuk polipeptida) mengikat tRNA dengan rantai polipeptida yang terus memanjang. Sisi A (untuk asam amino) mengikat tRNA dengan asam amino berikutnya yang akan ditambahkan ke dalam rantai. Molekul tRNA inisiator masuk dengan pas pada sisi P di subunit ribosom. Asam amino pada molekul tersebut membentuk ujung depan rantai polipeptida. Jika inisiasi telah selesai, maka tRNA kedua (tRNA yang memiliki antikodon yang sesuai untuk kodon pada mRNA) bergerak masuk ke sisi A. Asam amino tRNA kedua dihubungkan pada asam amino pembuka oleh ikatan peptide. tRNA pada sisi P keluar dari ribosom dan menjauhi mRNA. Kemudian tRNA melepas asam aminonya dan kembali bebas untuk mengikat asam amino lain. Saat ribosom menggerakkan tiga nukleotida ke sisi kanan molekul mRNA, proses yang disebut translokasi, tRNA pada sisi A pembawa polipeptida yang sedang memanjang, bergerak ke sisi P dan membiarkan sisi A terbuka untuk tRNA ketiga yang akan dating. tRNA dengan asam amino yang melekat padanya bergerak ke sisi A. dengan demikian satu kodon pada saat itu telah ditranslasikan, asam amino pada rantai polipeptida. Setelah masing-masing asam amino berikatan dengan dengan asam amino tetangga, tRNA dibebaskan sehingga keluar ke sitoplasma dan menjadi siklus ulang; yaitu, menarik asam amino lain.

Terminasi 
Jika ribosom bergerak ke salah satu dari beberapa terminasi mRNA atau kodon penghentian di sisi A, maka protein yang dilepas akan berikatan dengan kodon penghentian untuk mengakhiri proses translasi. Rantai polipeptida kemudian dilepas dari ribosom.protein yang dilepas bergerak menauhi sisi A dan subunit ribosom memisah dan bergerak ke dalam sitoplasma untuk melakukan siklus sintesis protein yang berikutnya.

Makalah Anatomi  Fisiologi Tubuh  Manusia

Farmasetika Dasar

Farmasetika Dasar

Definisi Farmasi
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Farmasi dalam bahasa Yunani ( Greek) disebut farmakon yang berarti medika atau obat.
Definisi Apoteker
Apoteker adalah seorang yang ahli dalam bidang farmasi.
Karir Farmasi  meliputi  :
  • Farmasi komunitas
  • Farmasi rumah sakit
  • Pedagang besar farmasi (PBF)
  •  Farmasi Industri
  • Pelayanan Farmasi di Pemerintahan
  • Pendidikan Farmasi
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari sejarah, khasiat obat di segala segi termasuk sumber/asal-ususlnya, sifat kimia, sifat fisika, kegiatan fisiologis/ efeknya terhadap fungsi biokimia dan faal, cara kerja, absorpsi, nasib ( distribusi, biotransformasi), eksresinya dalam tubuh, sejak efek toksiknya; dan penggunaannya dalam pengobatan.

Cabang-cabang farmakolgi, yaitu :
  • Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang sumber bahan obat dari alam, terutama dari tumbuh-tumbuhan ( bentuk makroskopis dan mikroskopis berbagai tumbuhan serta organisme lainnya yang dapat digunakan dalam pengobatan).
  • Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari kegiatan obat/cara kerja obat, efek obat terhadap fungsi berbagai organ serta pengaruh obat terhadap reaksi biokimia dan struktur organ. Singkatnya, pengaruh obat terhadap sel hidup atau organisme hidup, terutama reaksi fisiologis yang ditimbulkannya.
  • Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari tentang absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eksresi obat (ADME). Singkatnya, pengaruh tubuh terhadap obat.
  • Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari zat-zat racun dengan khasiatnya serta cara-cara untuk mengenal/mengidentifikasi dan melawan efeknya.
  1. Kimia farmasi (organik dan anorganik) adalah llmu yang mempelajari tentang analisis kuantitatif dan kualitatif senyawa-senyawa kimia, baik dari golongan organik ( alifatik, aromatik, alisiklik, heterosiklik) maupun anorganik yang berhubungan dengan khasiat dan penggunaannya sebagai obat.
  2. Farmasi/farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan ob at meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan,   bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat; serta  perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembutan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien.
  3. Teknologi farmasi merupakan ilmu yang membahas tentang teknik dan prosedur pembuatan sediaan farmasi dalam skala industri farmasi termasuk prinsip kerja serta perawatan /pemeliharaan alat-alat produksi dan penunjangnya sesuai ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik ( CPOB).
  4. Dispensa farmasi adalah ilmu dan seni meracik obat menjadi bentuk sediaan tertentu hingga siap digunakan sebagai obat .
  5. Fisika farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta kuantitatif senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat fisikanya, misalnya spektrometri massa, spektrofotometri, dan kromatografi.Jenis-jenis spektrometri yang tercantum dalam Farmakope Indonesia, yaitu spektrofotometri inframerah, spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak, speltrofotometri atom, spektrofotometri fluoresensi, spektrofotometri cahaya bias, spektrofotometri turbidimetri, serta spektrofotometri nefelometri; sedangkan jenis-jenis kromatografi kolom, kromatografi  gas, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi cair kinerja tinggi (High performance liquid chromatography , HPLC).
  6. Biofarmasi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh formulasi terhadap aktivitas terapi dan produk obat.
  7. Farmasi klinik meliputi kegiatan memonitor penggunaan obat, memonitor efek samping obat (MESO), dan kegiatan konseling/informasi obat bagi yang membutuhkannya.
  8. Biologi farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar kehidupan organisme; peranan biologi dalam bidang kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh kehidupan manusia; serta morfologi, anatomi, dan taksonomi tumbuhan dan hewan yang berhubungan dengan dunia kefarmasian.
  9. Administrasi farmasi, manajemen farmasi, dan pemasaran adalah ilmu yang mempelajari tentang administrasi, manajemen, dan pemasaran yang berhubungan dengan kewirausahaan farmasi beserta aspek-aspek kewirausahaannya.
Peranan Apoteker
Pada Farmasi Komunitas Orang yang dipandang banyak mengetahui tentang obat adalah apoteker. Hal ini disebabkan :
1.Apoteker memiliki tanggung jawab terhadap obat yang tertulis di dalam resep. Apoteker merupakan konsultan obat bagi dokter maupun pasien yang memerlukannya. Apoteker harus mampu menjelaskan tentang obat yang berguna bagi pasien karena dia mengetahui tentang :
  • Cara menggunakan dan meminu obat;
  • Efek samping yang timbul jika obat dipakai;
  • Stabilitas obat dalam berbagai kondisi;
  • Toksisitas dan dosis obat yang digunakan;
  • Rute penggunaan obat;
  • Eksitensinya sebagai seseorang ahli dalam obat.
2. Apoteker memiliki tanggung jawab yang penting terhadap penjualan obat bebas pada pasien.
 Pada Industri Farmasi.Peran apoteker di Industri Farmasi antara lain :
  • Menjadi anggota penelitian dan pengembangan ( Litbang atau R & D ( Reseach and Development);
  • Bertugas di bagian produksi farmasi;
  • Bertugas di bidang informasi ilmiah dan masalah perundangundangan farmasi
  • Bertugas di bidang promosi, informasi, dan pelayanan obat;
  • Bertugas di bidang penjualan (sales) dan pemasaran ( marketing) obat.
Pada Pemerintahan dan TNI/POLRI
Peran apoteker di Pemerintahan dan TNI/POLRI
  • Bertugas di bidang administrasi pelayanan obat pada instansi pemerintah/Angkatan Bersenjata/TNI/POLRI;
  • Bertugas di bidang korps ilmu Biomedis Angkatan Udara;
  • Bertugas di Departemen Kesehatan (Depkes), Direktorat Jenderal Pelayanan Farmasi ( Ditjen Yanfar), Badan/Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau rumah sakit;
  • Bertugas di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebagai dosen bidang farmasi.
PENGELOLAAN APOTEK DAN RESEP DI APOTEK
Pengelolaan Apotek
Definisi
Apotek adalah suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat (PP.25/1980).

Tugas dan Fungsi Apotek
Apotek memilki tugas dan fungsi sebagai  :
Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan;
Sarana farmasi untuk emlaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat

Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam menyebarkan obat-obatan yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
Pengelolaan Apotek
Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam rangka tugas dan fungsi apotek meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian.
Sesuai dengan PERMENKES RI No. 26/Per.Menkes/Per/I/1981, Pengeloaan apotek meliputi :
  • Bidang pelayanan kefarmasian
  • Bidang material
  • Bidang administrasi dan keuangan
  • Bidang ketenagakerjaan
  • Bidang lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi apotek.
Pengelolan apotek di bidang pelayanan meliputi :
  • Pembuatan,pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.
  • Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan kesehatan di bidang farmasi lainnya.
  • Perbekalan farmasi yang disalurkan oleh apotek meliputi obat, bahan obat, obat asli Indonesia, bahan obat asli Indonesia, alat kesehatan, kosmetik, dan sebagainya.
Informasi mengenai perbekalan kesehatan di bidang farmasi meliputi :
  • Pengelolaan informasi  tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan kepada dokter  dan tenaga kesehatan lain maupun kepada masyarakat.
  • Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
Pengelolaan apotek di bidang material meliputi :
1. Penyediaan, penyimpanan, dan penyerahan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
2. Penyediaan, penyimpanan, pemakaian barang nonperbekalan farmasi misalnya rak-rak obat, lemari, meja, kursi pengunjung apotek, mesin register , dan sebagainya.
  • Pengelolaan di bidang administrasi dan  keuangan meliputi pengelolaan serta pencatatan uang dan barang secara tertib, teratur, dan berorientasi bisnis.
  • Tertib dalam arti disiplin, menaati peraturan
  • Pemerintahtermasuk undang-undang farmasi.
  • Teratur dalam arti arus masuk dan keluarnya uang maupun barang dicatat dalam pembukuan sesuai manajemen akuntansi maupun manajemen keuangan.
  • Berorientasi bisnis artinya tidak lepas dari usaha dagang yang mau tak mau kita harus mendapatkan untung dalam batas-batas aturan yang berlaku  dan supaya apotek bisa berkembang.
3. Pelayanan Apotek
  • Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
  • Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab APA (Apoteker Pengelola Apotek) serta sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi kepentingan masyarakat.
  • Apoteker tidak boleh mengganti obat generik yang tertulis dalam resep dengan obat paten.
  • Pengeloaan apotek di bidang ketenagakerjaan meliputi pembinaan, pengawasan, pemberian insentif maupun pemberian sanksi terhadap karyawan apotek agar timbul kegairahan, ketenangan kerja, dan kepastian masa depannya.
  • Pengelolaan apotek di bidang lainnya berkaitan dengan tugas dan fungsi apotek meliputi pengelolaan dan penataan bangunan ruang tunggu, ruang peracikan, ruang penyimpanan, ruang penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat, toilet dan sebagainya
4. Pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep , apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk memilihkan obat yang lebih tepat dan terjangkau. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara aman, tepat, rasional, atau atas permintaan  masyarakat. Jika dalam resep itu tertulis
   Resep p.p = pro paupere maksudnya adalah resep untuk orang miskin.

5. Apotek dilarang menyalurkan barang dan atau menjual jasa yang tidak ada hubungannya dengan fungsi pelayanan kesehatan.

6. Yang berhak melayani resep adalah apoteker dan asisten apoteker di bawah pengawasan apotekernya.
7. Apotek dibuka setiap hari dari pukul 8.00 – 22.00

8. Apotek dapat tutup pada hari-hari libur resmi atau libur keagamaan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah ( Kakanwil) Depkes setempat, atau Kepala Dinas Kesehatan ( Kadinkes) setempat, atau pejabat lain yang berwenang.

Pengadaan dan Penyimpanan Obat
Pengadaan dan penyimpanan obat di apotek harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut :
1. Obat-obat dan perbekalan farmasi yang diperoleh apotekharus bersumber dari pabrik farmasi, pedagang besar farmasi ( PBF), apotek lain, atau alat distribusi lain yang sah.
Obat tersebut harus memenuhi daftar obat wajib apotek (DOWA). Surat pesanan obat dan perbekalan farmasi lainnya harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor SIK ( Surat Izin Kerja) . Bila berhalangan , APA dapat diwakili oleh apoteker pendamping atau apoteker pengganti.

2. Obat dan bahan obat harus disimpan dalam wadah yang cocok  serta memenuhi ketentuan pembungkusan dan penandaan yang sesuai dengan Farmakope edisi terbaru atau yang telah ditetapkan oleh Badan POM.

3. Penerimaan, penyimpanan, serta penyaluran obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi harus diatur dengan administrasi.

Pemusnahan Obat
Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi karena rusak,
Dilarang, atau kadaluarsa dilakukan dengan cara dibakar, ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM.
Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA secara tertulis kepada Sub Dinkes /Dinkes setempat dengan mencantumkan  ;
Nama dan alamat apotek,
Nama APA,
Perincian obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi yang akan dimusnahkan,

Cara pemusnahan.
Penulisan dan Pelayanan Resep di Apotek
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada APA untuk menyiapkan dan atau membuat , meracik serta menyerahkan obat kepada pasien.
Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap seperti terlihat pada gambar 2.1.
Jika resep tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis resep tersebut.

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :
  1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan;
  2. Tanggal penulisan resep (inscriptio);
  3. 3. Tanda R/ pada bagian kiiri setiap penulisan resep (invocatio);
  4. 4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio/ordonatio);
  5. 5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura);
  6. 6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan   yang berlaku (subscriptio);
  7. 7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan;
  8. 8. Tanda seru dan atau paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya.
Pada resep yang mengandung narkotika tidak boleh tercantum
Tulisan atau tanda iter ( iterasi = dapat diulang ), m.i ( mihi ipsi = untuk dipakai sendiri ) atau u.c. (usus cognitus = pemakaian diketahui). Untuk resep yang memerlukan penanganan segera, dokter dapat memberi tanda di bagian kanan atas resepnya dengan kata-kata :
n  Cito  ( segera), statim ( penting ), urgent ( sangat penting), atau P.I.M ( periculum in mora) = berbahaya bila ditunda ).
n  Bila dokter menghendaki, resep tersebut tidak boleh diulang tanpa sepengetahuannya. Oleh karena itu, pada resep tersebut dapat ditulis singkatan n.i (ne iteratur = tidak dapat diulang).
n  Resep yang tidak dapat diulang adalah resep yang mengandung narkotika, psikotropika dan obat keras yang ditetapkan oleh pemerintah/Menteri Kesehatan RI.

Cara Menyusun Penulisan Obat dalam Resep
n  Penulisan obat di dalam resep disusun berdasarkan urutan berikut :
Obat pokoknya ditulis dulu , yang disebut remedium cardinale ( basis).
Remedium adjuvantia/ajuvans, yaitu bahan atau obat yang menunjang kerja bahan obat utama.
Corrigens, yaitu bahan atau obat tambahan untuk memperbaiki  warna, rasa dan bau obat utama.
Corrigens dapat berupa :
  • Corrigens actionis , yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek obat utama. Misalnya pulvis doveri yang terdiri atas kalium sulfat, ipecacuanhae radix, pulvis opii. Pulvis opii sebagai zat khasiat utama menyebabkan orang sukar buang air besar, sedangkan kalium sulfat bekerja sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja pulvis opii tersebut.
  • Corrigens saporis( memperbaiki rasa).Contohnya, sirop Aurantiorum, tingtus cinamomi, aqua menthae piperitae.
  • Corrigens odoris (memperbaiki bau). Contohnya, oleum rosarum, oleum bergamottae, dan oleum cinamomi.
  • Corrigens coloris, ( memperbaiki warna). Contohnya, tingtur croci ( kuning), karamel (coklat), dan karminum (merah).
  • Corrigens solubilis, untuk memperbaiki kelarutan obat utma. Misalnya I2  tidak larut dalam air , tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah larut.
4. Constituens /vehiculum /exipiens, yaitu bahan tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat. Misalnya , laktosa pada serbuk serta amilum dan talk pada bedak tabur.
R/  Aspirin tab No. I
     CTM     tab. No. ½
     lactosum      q.s
     m.f. Pulv dtd. No. XII
Aspirin digunakan sebagai analgetika (pereda sakit) dan antipiretik ( penurun panas). CTM (chlor tri meton) sebagai anti alergi. Laktosum sebagai pengisi untk menambah volume.
n  Aturan pakai dalam resep sering ditulis berupa singkatan bahasa Latin seperti berikut :
(a)   Tentang waktu :
     * Omni hora cochlear (o.h.c ) = tiap jam satu sendok makan.
     * omni bihora cochlear (o.b.h.c) = tiap 2 jam satu sendok makan.
n  Post coenam = (p.c) = sesudah makan
n  Ante coenam (a.c) = sebelum makan
n  Mane ( m) = pagi-pagi
n  Ante meridiem ( a.merid) = sebelum tengah hari.
n  Mane et vespere ( m.e.v ) = pagi dan sore
n  Nocte (noct.) = malam
(b) Tentang tempat yang sakit :
     * pone aurem (pon.aur) = di belakang
       telinga
     * ad nucham (ad nuch.) = di tengkuk.
(c) Tentang pemberian obat :
     * in manum medici (i.m.m.) = diserahkan
       dokter
     * detur sub sgillo ( det.sub.sig) = berikan dalam
       segel
n  Da in duplo (d.i.dupl) = berikan dua kalinya.
n  Reperatur  (iteratur, reptur ) = diulang tiga kali.
Kopi Resep( Apograph, Exemplum, atau Afschrift)
Selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli, kopi resep harus memuat pula :
Nama dan alamat apotek
Nama dan nomor SIK APA
Tanda tangan atau paraf APA
Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, artau tanda nedet ( ne detur) untuk obat yang belum diserahkan;
Nomor resep dan tanggal pembuatan
Kopi resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep , penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, ataupetugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. Contoh kopi resep dapat dilihat pada gambar 2.2.
Pengelolaan Resep yang Telah Dikerjakan
Ada empat hal yang harus dilakukan setelah resep selesai dikerjakan, yaitu :
Resep yang telah dibuat serta disimpan menurut urutan tanggal dan nomor penerimaan/pembuatan resep.
Resep yang mengandung narkotikaharus dipisahkan dari resep lainnya dan diberi tanda garis merah di bawah nama obatnya.
Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai.

1. Pemusnahan resep dilakukan oleh APA bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.
Penyerahan Obat
Penyerahan obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi meliputi :
Penyerahan obat bebas dan obat bebas terbatas yang dibuat oleh apotek itu sendiri tanpa resep harus disertai nota penjualan yang dilengkapi dengan etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket biru untuk obat luar yang memuat :
  • Nama dan alamat apotek
  • Nama dan nomor SIK APA
  • Nama dan jumlah obat
  • Aturan pemakaian
  • Tanda lain yang diperlkan, misalnya obat gosok , obatkumur, obat batuk, dan kocok dahulu.
2. Obat yang berdasarkan resep juga harus dilengkapi etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket warna biru untuk obat luar yang mencantumkan :
  • Nama dan alamat apotek;
  • Nama dan nomor SIK APA;
  • Nomor dan tanggal pembuatan obat;
  • Nama pasien;
  • Tanda lain yang diperlukan, misalnya kocok dahulu dan tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter.
  • Obat dalam ialah obat yang digunakan melalui mulut ( oral)  , masuk ke kerongkongan, kemudian ke perut, sedangkan obat luar adalah obat yang digunakan dengan cara lain, yaitu melalui mata, hidung, telinga, vagina, rektum, termasuk pula obat parenteral dan obat kumur. Etiket putih seperti pada Gambar
  • 2.3, sedangkan etiket biru seperti pada gambar 2.4.
PRINSIP-PRINSIP DALAM  FARMAKOLOGI
n  Ilmu farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dalam segala seginya termasuk sumber, sifat kimia/fisika, kegiatan fisiologis, ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan Eliminasi), serta penggunaannya dalam pengobatan.
n  Prinsip farmakologi secara kimia satu atau lebih isi sel agar menghasilkan respon farmakologis.
Aksi Obat
n  Obat menimbulkan beberapa efek dengan beberapa cara, yaitu :
(a)    Mengadakan stimulasi atau depresi fungsi spesifik sel;
(b)   Mempengaruhi atau menghambat aktivitas seluler sel-sel asing (bukan sel dari organ tubuh) terhadap sel-sel tuan rumah (host), seperti sel bakteri dan mikroba lain termasuk sel kanker;
(c) Sebagai terapi pengganti , contohnya pemberian hormon untuk mencapai dosis fisiologis agar diperoleh suatu efek atau pemberian KCl sebagai pengganti ion K+
   yang hilang akibat diuresis; dan
(d) Menimbulkan aksi nonspesifik, seperti reaksi kulit terhadap obat yang menimbulkan iritasi.
Aksi obat dapat digambarkan dengan mekanisme
-          Proksimat ( terdekat) pada tingkat fisiologis
   atau
- Ultimat (terakhir pada tingkat kimia hayati.
n  Penggambaran aksi proksimat suatu obat sesungguhnya jua menggambarkan efek obat tersebut. Mekanisme proksimat dapat menjawab apakah obat itu mengadakan stimulasi atau depresi.
n  Mekanisme ultimat suatu obat dapat digambarkan dengan adanya aksi antara molekul obat dan molekul sel, serta dibedakan apakah obat itu bereaksi spesifik atau nonspesifik.
n  Obat yang memilki aksi spesifik tergantungpada reaksi yang terjadi antara obat yang merupakan suatu reaktan dengan komponen molekul sel  yang merupakan reaktan lain. Komponen molekul sel yang terlibat langsung di dalam aksi obat disebut reseptor.
n  Obat yang memilki aksi nonspesifik akan mengubah lingkungan fisika dan kimia struktur tubuh. Contohnya, obat anestesi dapat mengubah struktur air di dalam otak yang selanjutnya menaikkan resistensi terhadap listrik. Contoh lain, aksi obat diuretik osmotik.
Aksi spesifik obat dapat dibedakan menjadi  :
n  Agonis dan
n  Antagonis.
            Obat yang dapat bergabung dengan reseptor dan dapat mulai memunculkan aksi obatnya disebut agonis.  Hal ini karena agonis merupakan obat yan g memiliki afinitaskimia terhadap suatu reseptor dan membentuk kompleks, kompleks tersebut akan mengubah fungsi sel atau menimbulkan efek.
Agonis  + Reseptorà  kompleks yang
                                  meghasilan perubahan fungsi
n  Ada juga obat yang bergabung dengan reseptor tetapi gagal untuk memulai aksi obat. Obat yang memblokir letak reseptorterhadap agonis endogendari alam dapat bekerja sebagai antagonis ( yang berlawanan). Antagonis obat dapat disebabkan oleh bermacam-macam mekanisme , tetapi secara umum dapat digolongkan berdasarkan bergabungnya antagonis dengan reseptor yang sama seperti pada agonis atau dengan reseptor yang lain.
n  Peristiwa bergabungnya agonis atau antagonis dengan reseptor disebut antagonis farmakologis, dan bila reseptornya berlainan disebut antagonis fisiologis atau antagonis fungsional.

PROSES YANG DIALAMI OBAT SEBELUM TIBA DI TEMPAT AKSI

n  Sebelum tiba di tempat akasi atau jaringan, obat mengalami proses dalam 3 fase, yaitu :
-          Fase biofarmasetik/farmasetik
-          Fase farmakokinetik, dan
-          Fase farmakodinamik.
            Perjalanan obat dalam tubuh dapat digambarka dengan skema gambar 4.1.
n  Efek obat akan hilang jika obat telah bergerak ke luar dari tubuh atau tempat aksinya, baik dalam bentuk ybng tidak berubah maupun sebagai metabolit yang di keluarkan melalui proses ekskresi.
n  Perlu diketahui cara tubuh menangani obat melalui proses : absorpsi, distribusi, metablisme dan ekskresi (ADME), untuk menentukan dosis, rute, dan bentuk sediaan obat agar diperoleh efek terafi yang diinginkan dengan efek toksik yang minimal.

Fase Biofarmasetik
n  Fase ini meliputi waktu awal penggunaan obat melalui mulut hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh, yaitu kesiapan obat untuk diabsorpsi.
n  Fase biofarmasetik atau farmasetik meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien,
n  Sedangkan biofarmasetik adalah ilmu yang menggambarkan formulasi obat agar menghasilkan respons biologis yang optimal.
n  Tujuan formulasi bentuk sediaan adalah agar obat dapat dibuat , disimpan, dan diedarkan tanpa terjadi perubahan sifat biologis sehingga menghasilkan respon biologis yang optimal.
n  untuk itu, perlu diperhatikan sifat kimia dan fisika obat; sifat fisika kimia bentuk sediaan; parameter farmakokinetik (ADME); sert efek biologis, farmakologis dan klinis obat.

Fase Farmakokinetik
n  Fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah obat dilepaskan dari bentuk sediaan, kemudian diabsorpsi ke dalam darah dan segera didistribusikan ke masing-masing jaringan di dalam tubuh.
n  Di dalam darah , obat akan diikat oleh protein plasma darah dan reaksi ini bersifat reversibel.
Hanya molekul bebas yang mampu menembus membran sel untuk masuk ke dalam sel-sel hati tempat terjadinya biotransformasi atau metabolisme, sedangkan molekul bebas lainnya memasuki jaringan berbagai organ dan mempengaruhi fungsi faal atau fungsi biokimia sehingga terjadi efek obat.
n  Sebagian lagi memasuki ginjal dan kadang-kdang langsung diekskresi. Obat umumnya baru diekskresi setelah mengalami biotransformasi.
n  Jutaan molekul obat yang telah diabsorpsi mengalami berbagai macam proses secara simultan. Proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi (ADME) biasanya terjadi pada waktu yang bersamaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
n  Proses ini biasanya meliputi perjalanan obat melintasi membran sel. Sebelum mencapai konsentrasi efektif  pada tempat aksi, obat harus melakukan penetrasi terhadap beberapa sawar (barrier) yang terdiri atas membran unit atau membran plasma yang terbentuk dari lapisan fosfolipid bimolekuler. Umumnya molekul obat yang bersifat nonpolar lebih mudah melintasi membran daripada molekul obat polar karena membran ini terdiri dari lemak.

Fase Farmakodinamik
n  Merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara obat dan tempat aksinyadalam sistem biologis. Potensi struktur khusus obat berhubungan dengan interaksi yang terjadi terhadap struktur khusus tempat aksi aksi obat itu.
   Apabila struktur tempat aksinya telah diketahui, interaksi obat dengan tempat aksinya dapat terjadi.
n  Ada dua jenis persaingan (kompetisi), yaitu kompetisi  untuk reseptor spesifik dan untuk enzim. Selain itu, ada tiga makromolekul biologis yang merupakan reseptor yaitu protein enzim, protein struktural, dan asam nuleat.

FARMAKOPE DAN NAMA OBAT
n  Umum
            Farmakope adalah buku resmi yang ditetapkan secara hukum yang memuat standardisasi obat-obat dan persyaratan identitas, kadar kemurnian, serta metode analisis dan resep sediaan farmasi.
            Farmakope Indonesia pertama kali dikeluarkan pada tahun 1962 ( jilid 1) dan disusul dengan jilid II pada tahun 1965 yang memuat bahan-bahan galenik dan resep.
n  Farmakope Indonesia jilid I dan II direvisi menjadi Farmakope Indonesia edisi II yang berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979, Farmakope Indonesia Edisi III baru dapat diterbitkan yang kemudian diberlakukan mulai 12 November 1979. Terakhir, diluncurkan Farmakope Indonesia edisi IV pada tahun 1995.
n  Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu resmi yang mencakup zat, b ahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat di Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.

n  Farmakope Indonesia jilid I dan II direvisi menjadi Farmakope Indonesia edisi II yang berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979, Farmakope Indonesia Edisi III baru dapat diterbitkan yang kemudian diberlakukan mulai 12 November 1979. Terakhir, diluncurkan Farmakope Indonesia edisi IV pada tahun 1995.
n  Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu resmi yang mencakup zat, b ahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat di Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
n  i samping kedua jenis buku tersebut, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula buku Formularium Indonesia yang memuat komposisi ratusan sediaan farmasi yang lazim diminta di apotek. Buku ini juga mengalami revisi dan pada tahun 1978 diberi nama Formularium Nasional (Fornas).
n  Setiap negara pada umumnya memiliki Farmakope yang sesuai dengan alam atau iklim dan IPTEK masing-masing negara tersebut. World Health Organization (WHO) juga telah menerbitkan dua jilid buku Farmakope Internasional (1965). Begitu juga masyarakat Eropa dan Ekonomi Eropa (EEC) telah mengeluarkan tiga jilid Farmakope Eropa yang berlaku untuk negara-negara Eropa Barat di samping Farmakope Nasional masing-masing negara.

n  Tata Nama
Judul monografi memuat nama Latin dan nama Indonesia sFarmakope Indonesia jilid I dan II direvisi menjadi Farmakope Indonesia edisi II yang berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979, Farmakope Indonesia Edisi III baru dapat diterbitkan yang kemudian diberlakukan mulai 12 November 1979. Terakhir, diluncurkan Farmakope Indonesia edisi IV pada tahun 1995.
n  Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu resmi yang mencakup zat, b ahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat di Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
n  i samping kedua jenis buku tersebut, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula buku Formularium Indonesia yang memuat komposisi ratusan sediaan farmasi yang lazim diminta di apotek. Buku ini juga mengalami revisi dan pada tahun 1978 diberi nama Formularium Nasional (Fornas).
n  Setiap negara pada umumnya memiliki Farmakope yang sesuai dengan alam atau iklim dan IPTEK masing-masing negara tersebut. World Health Organization (WHO) juga telah menerbitkan dua jilid buku Farmakope Internasional (1965). Begitu juga masyarakat Eropa dan Ekonomi Eropa (EEC) telah mengeluarkan tiga jilid Farmakope Eropa yang berlaku untuk negara-negara Eropa Barat di samping Farmakope Nasional masing-masing negara.
n  ecara berurutan, seperti yang terlihat pada Tabel 5.1. Monografi disertai nama lazim untuk zat yang telah dikenal nama lazimnya, sedangkan zat kimia organik yang rumus bangunnya dicantumkan umumnya disertai nama rasional. Farmakope Indonesia juga telah menyesuaikan nama-nama resmi dengan nama generiknya karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis.

n  Ketentuan Umum FI ed. IV
n  Judul
            FI tanpa keterangan lain yang dimaksud adalah FI IV dan Tata Nama
Judul monografi memuat nama Latin dan nama Indonesia sFarmakope Indonesia jilid I dan II direvisi menjadi Farmakope Indonesia edisi II yang berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979, Farmakope Indonesia Edisi III baru dapat diterbitkan yang kemudian diberlakukan mulai 12 November 1979. Terakhir, diluncurkan Farmakope Indonesia edisi IV pada tahun 1995.
n  Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu resmi yang mencakup zat, b ahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat di Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
n  i samping kedua jenis buku tersebut, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula buku Formularium Indonesia yang memuat komposisi ratusan sediaan farmasi yang lazim diminta di apotek. Buku ini juga mengalami revisi dan pada tahun 1978 diberi nama Formularium Nasional (Fornas).
n  Setiap negara pada umumnya memiliki Farmakope yang sesuai dengan alam atau iklim dan IPTEK masing-masing negara tersebut. World Health Organization (WHO) juga telah menerbitkan dua jilid buku Farmakope Internasional (1965). Begitu juga masyarakat Eropa dan Ekonomi Eropa (EEC) telah mengeluarkan tiga jilid Farmakope Eropa yang berlaku untuk negara-negara Eropa Barat di samping Farmakope Nasional masing-masing negara.
n  ecara berurutan, seperti yang terlihat pada Tabel 5.1. Monografi disertai nama lazim untuk zat yang telah dikenal nama lazimnya, sedangkan zat kimia organik yang rumus bangunnya dicantumkan umumnya disertai nama rasional. Farmakope Indonesia juga telah menyesuaikan nama-nama resmi dengan nama generiknya karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis.
n  semua suplemennya
n  Bahan dan Artikel Resmi
            Bahan resmi adalah bahan aktif obat, bahan farmasi, atau komponen alat kesehatan jadi yang judul monografinya tidak mencakup indikasi sifat-sifat bentuk jadi tersebut.
                        Sediaan resmi adalah sediaan obat jadi atau alat kesehatan jadi, sediaan jadi atau setengah jadi (misalnya, padatan steril yang harus dibuat menjadi larutan jika hendak digunakan), atau produk dari satu atau lebih bahan resmi atau produk yang diformulasikan untuk digunakan pada atau untuk pasien. Artikel adalah bahan resmi dan sediaan resmi.
          
Semua peryataan persentase etanol ̶ seperti di bawah subjudul kadar etanol ̶ diartikan persentase volume per Ketentuan Umum FI ed. IV
n  Judul
            FI tanpa keterangan lain yang dimaksud adalah FI IV dan Tata Nama
Judul monografi memuat nama Latin dan nama Indonesia sFarmakope Indonesia jilid I dan II direvisi menjadi Farmakope Indonesia edisi II yang berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979, Farmakope Indonesia Edisi III baru dapat diterbitkan yang kemudian diberlakukan mulai 12 November 1979. Terakhir, diluncurkan Farmakope Indonesia edisi IV pada tahun 1995.
n  Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu resmi yang mencakup zat, b ahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat di Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
n  i samping kedua jenis buku tersebut, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula buku Formularium Indonesia yang memuat komposisi ratusan sediaan farmasi yang lazim diminta di apotek. Buku ini juga mengalami revisi dan pada tahun 1978 diberi nama Formularium Nasional (Fornas).
n  Setiap negara pada umumnya memiliki Farmakope yang sesuai dengan alam atau iklim dan IPTEK masing-masing negara tersebut. World Health Organization (WHO) juga telah menerbitkan dua jilid buku Farmakope Internasional (1965). Begitu juga masyarakat Eropa dan Ekonomi Eropa (EEC) telah mengeluarkan tiga jilid Farmakope Eropa yang berlaku untuk negara-negara Eropa Barat di samping Farmakope Nasional masing-masing negara.
n  ecara berurutan, seperti yang terlihat pada Tabel 5.1. Monografi disertai nama lazim untuk zat yang telah dikenal nama lazimnya, sedangkan zat kimia organik yang rumus bangunnya dicantumkan umumnya disertai nama rasional. Farmakope Indonesia juga telah menyesuaikan nama-nama resmi dengan nama generiknya karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis.
n  semua suplemennya
n  Bahan dan Artikel Resmi
            Bahan resmi adalah bahan aktif obat, bahan farmasi, atau komponen alat kesehatan jadi yang judul monografinya tidak mencakup indikasi sifat-sifat bentuk jadi tersebut.
                        Sediaan resmi adalah sediaan obat jadi atau alat kesehatan jadi, sediaan jadi atau setengah jadi (misalnya, padatan steril yang harus dibuat menjadi larutan jika hendak digunakan), atau produk dari satu atau lebih bahan resmi atau produk yang diformulasikan untuk digunakan pada atau untuk pasien. Artikel adalah bahan resmi dan sediaan resmi.
          
volume dari C2H5OH pada suhu 15,56°. Jika digunakan C2H5OH, yang dimaksud adalah zat kimia dengan kemurnian mutlak (100%).
n  Air
            Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan kadar adalah air yang dimurnikan. Air yang digunakan sebagai bahan pembawa sediaan resmi harus memenuhi persyaratan untuk air, air untuk injeksi, atau salah satu bentuk steril air yang tercantum dalam monografi FI ini.
                        Air yang dapat diminum dan memenuhi persyaratan air minum yang diatur oleh pemerintah dapat digunakan untuk memproduksi sediaan resmi.

n  Bahan tambahan
            Semua peryataan persentase etanol ̶ seperti di bawah subjudul kadar etanol ̶ diartikan persentase volume per Ketentuan Umum FI ed. IV
n  Judul
            FI tanpa keterangan lain yang dimaksud adalah FI IV dan Tata Nama
Judul monografi memuat nama Latin dan nama Indonesia sFarmakope Indonesia jilid I dan II direvisi menjadi Farmakope Indonesia edisi II yang berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979, Farmakope Indonesia Edisi III baru dapat diterbitkan yang kemudian diberlakukan mulai 12 November 1979. Terakhir, diluncurkan Farmakope Indonesia edisi IV pada tahun 1995.
n  Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu resmi yang mencakup zat, b ahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat di Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
n  i samping kedua jenis buku tersebut, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula buku Formularium Indonesia yang memuat komposisi ratusan sediaan farmasi yang lazim diminta di apotek. Buku ini juga mengalami revisi dan pada tahun 1978 diberi nama Formularium Nasional (Fornas).
n  Setiap negara pada umumnya memiliki Farmakope yang sesuai dengan alam atau iklim dan IPTEK masing-masing negara tersebut. World Health Organization (WHO) juga telah menerbitkan dua jilid buku Farmakope Internasional (1965). Begitu juga masyarakat Eropa dan Ekonomi Eropa (EEC) telah mengeluarkan tiga jilid Farmakope Eropa yang berlaku untuk negara-negara Eropa Barat di samping Farmakope Nasional masing-masing negara.
n  ecara berurutan, seperti yang terlihat pada Tabel 5.1. Monografi disertai nama lazim untuk zat yang telah dikenal nama lazimnya, sedangkan zat kimia organik yang rumus bangunnya dicantumkan umumnya disertai nama rasional. Farmakope Indonesia juga telah menyesuaikan nama-nama resmi dengan nama generiknya karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis.
n  semua suplemennya
n  Bahan dan Artikel Resmi
            Bahan resmi adalah bahan aktif obat, bahan farmasi, atau komponen alat kesehatan jadi yang judul monografinya tidak mencakup indikasi sifat-sifat bentuk jadi tersebut.
                        Sediaan resmi adalah sediaan obat jadi atau alat kesehatan jadi, sediaan jadi atau setengah jadi (misalnya, padatan steril yang harus dibuat menjadi larutan jika hendak digunakan), atau produk dari satu atau lebih bahan resmi atau produk yang diformulasikan untuk digunakan pada atau untuk pasien. Artikel adalah bahan resmi dan sediaan resmi.
          
volume dari C2H5OH pada suhu 15,56°. Jika digunakan C2H5OH, yang dimaksud adalah zat kimia dengan kemurnian mutlak (100%).
n  Air
            Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan kadar adalah air yang dimurnikan. Air yang digunakan sebagai bahan pembawa sediaan resmi harus memenuhi persyaratan untuk air, air untuk injeksi, atau salah satu bentuk steril air yang tercantum dalam monografi FI ini.
                        Air yang dapat diminum dan memenuhi persyaratan air minum yang diatur oleh pemerintah dapat digunakan untuk memproduksi sediaan resmi.
Kecuali dinyatakan lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang diperlukan seperti bahan dasar, penyalut, pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, dan pembawa yang dapat ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat, atau penampilan , dan untuk mempermudah pembuatan.

Semua peryataan persentase etanol ̶ seperti di bawah subjudul kadar etanol ̶ diartikan persentase volume per Ketentuan Umum FI ed. IV
n  Judul
            FI tanpa keterangan lain yang dimaksud adalah FI IV dan Tata Nama
Judul monografi memuat nama Latin dan nama Indonesia sFarmakope Indonesia jilid I dan II direvisi menjadi Farmakope Indonesia edisi II yang berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979, Farmakope Indonesia Edisi III baru dapat diterbitkan yang kemudian diberlakukan mulai 12 November 1979. Terakhir, diluncurkan Farmakope Indonesia edisi IV pada tahun 1995.
n  Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu resmi yang mencakup zat, b ahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat di Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
n  i samping kedua jenis buku tersebut, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula buku Formularium Indonesia yang memuat komposisi ratusan sediaan farmasi yang lazim diminta di apotek. Buku ini juga mengalami revisi dan pada tahun 1978 diberi nama Formularium Nasional (Fornas).
n  Setiap negara pada umumnya memiliki Farmakope yang sesuai dengan alam atau iklim dan IPTEK masing-masing negara tersebut. World Health Organization (WHO) juga telah menerbitkan dua jilid buku Farmakope Internasional (1965). Begitu juga masyarakat Eropa dan Ekonomi Eropa (EEC) telah mengeluarkan tiga jilid Farmakope Eropa yang berlaku untuk negara-negara Eropa Barat di samping Farmakope Nasional masing-masing negara.
n  ecara berurutan, seperti yang terlihat pada Tabel 5.1. Monografi disertai nama lazim untuk zat yang telah dikenal nama lazimnya, sedangkan zat kimia organik yang rumus bangunnya dicantumkan umumnya disertai nama rasional. Farmakope Indonesia juga telah menyesuaikan nama-nama resmi dengan nama generiknya karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis.
n  semua suplemennya
n  Bahan dan Artikel Resmi
            Bahan resmi adalah bahan aktif obat, bahan farmasi, atau komponen alat kesehatan jadi yang judul monografinya tidak mencakup indikasi sifat-sifat bentuk jadi tersebut.
                        Sediaan resmi adalah sediaan obat jadi atau alat kesehatan jadi, sediaan jadi atau setengah jadi (misalnya, padatan steril yang harus dibuat menjadi larutan jika hendak digunakan), atau produk dari satu atau lebih bahan resmi atau produk yang diformulasikan untuk digunakan pada atau untuk pasien. Artikel adalah bahan resmi dan sediaan resmi.
          
volume dari C2H5OH pada suhu 15,56°. Jika digunakan C2H5OH, yang dimaksud adalah zat kimia dengan kemurnian mutlak (100%).
n  Air
            Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan kadar adalah air yang dimurnikan. Air yang digunakan sebagai bahan pembawa sediaan resmi harus memenuhi persyaratan untuk air, air untuk injeksi, atau salah satu bentuk steril air yang tercantum dalam monografi FI ini.
                        Air yang dapat diminum dan memenuhi persyaratan air minum yang diatur oleh pemerintah dapat digunakan untuk memproduksi sediaan resmi.
Kecuali dinyatakan lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang diperlukan seperti bahan dasar, penyalut, pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, dan pembawa yang dapat ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat, atau penampilan , dan untuk mempermudah pembuatan.
n  Zat-zat tambahan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan.
Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek yang diharapkan.
Tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi, atau keamanan sediaan resmi.
Tidak mengganggu dalam pengujian dan penetapan kadar.

Tangas Uap dan Tangas Air
Semua peryataan persentase etanol ̶ seperti di bawah subjudul kadar etanol ̶ diartikan persentase volume per Ketentuan Umum FI ed. IV
n  Judul
            FI tanpa keterangan lain yang dimaksud adalah FI IV dan Tata Nama
Judul monografi memuat nama Latin dan nama Indonesia sFarmakope Indonesia jilid I dan II direvisi menjadi Farmakope Indonesia edisi II yang berlaku sejak 12 November 1972.
Pada tahun 1979, Farmakope Indonesia Edisi III baru dapat diterbitkan yang kemudian diberlakukan mulai 12 November 1979. Terakhir, diluncurkan Farmakope Indonesia edisi IV pada tahun 1995.
n  Sebagai pelengkap Farmakope Indonesia, telah diterbitkan pula sebuah buku persyaratan mutu resmi yang mencakup zat, b ahan obat, dan sediaan farmasi yang banyak digunakan di Indonesia, tetapi tidak dimuat di Farmakope Indonesia. Buku ini diberi nama Ekstra Farmakope Indonesia 1974 dan telah diberlakukan sejak 1 Agustus 1974 sebagai buku persyaratan mutu obat resmi di samping Farmakope Indonesia.
n  i samping kedua jenis buku tersebut, pada tahun 1996 telah diterbitkan pula buku Formularium Indonesia yang memuat komposisi ratusan sediaan farmasi yang lazim diminta di apotek. Buku ini juga mengalami revisi dan pada tahun 1978 diberi nama Formularium Nasional (Fornas).
n  Setiap negara pada umumnya memiliki Farmakope yang sesuai dengan alam atau iklim dan IPTEK masing-masing negara tersebut. World Health Organization (WHO) juga telah menerbitkan dua jilid buku Farmakope Internasional (1965). Begitu juga masyarakat Eropa dan Ekonomi Eropa (EEC) telah mengeluarkan tiga jilid Farmakope Eropa yang berlaku untuk negara-negara Eropa Barat di samping Farmakope Nasional masing-masing negara.
n  ecara berurutan, seperti yang terlihat pada Tabel 5.1. Monografi disertai nama lazim untuk zat yang telah dikenal nama lazimnya, sedangkan zat kimia organik yang rumus bangunnya dicantumkan umumnya disertai nama rasional. Farmakope Indonesia juga telah menyesuaikan nama-nama resmi dengan nama generiknya karena nama kimia yang semula digunakan sering kali terlalu panjang dan tidak praktis.
n  semua suplemennya
n  Bahan dan Artikel Resmi
            Bahan resmi adalah bahan aktif obat, bahan farmasi, atau komponen alat kesehatan jadi yang judul monografinya tidak mencakup indikasi sifat-sifat bentuk jadi tersebut.
                        Sediaan resmi adalah sediaan obat jadi atau alat kesehatan jadi, sediaan jadi atau setengah jadi (misalnya, padatan steril yang harus dibuat menjadi larutan jika hendak digunakan), atau produk dari satu atau lebih bahan resmi atau produk yang diformulasikan untuk digunakan pada atau untuk pasien. Artikel adalah bahan resmi dan sediaan resmi.
          
volume dari C2H5OH pada suhu 15,56°. Jika digunakan C2H5OH, yang dimaksud adalah zat kimia dengan kemurnian mutlak (100%).
n  Air
            Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan air dalam pengujian dan penetapan kadar adalah air yang dimurnikan. Air yang digunakan sebagai bahan pembawa sediaan resmi harus memenuhi persyaratan untuk air, air untuk injeksi, atau salah satu bentuk steril air yang tercantum dalam monografi FI ini.
                        Air yang dapat diminum dan memenuhi persyaratan air minum yang diatur oleh pemerintah dapat digunakan untuk memproduksi sediaan resmi.
Kecuali dinyatakan lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang diperlukan seperti bahan dasar, penyalut, pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, dan pembawa yang dapat ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat, atau penampilan , dan untuk mempermudah pembuatan.
n  Zat-zat tambahan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan.
Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek yang diharapkan.
Tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi, atau keamanan sediaan resmi.
Tidak mengganggu dalam pengujian dan penetapan kadar.
n  Tangas uap adalah tangas dengan upa panas mengalir, sedangkan tangas air adalah tangas air yang mendidih kuat jika tanpa menyebutkan suhu tertentu.
n  Pernyataan “Lebih Kurang “
   Pernyataan ini menunjukkan penggunaan wadah yang dapat tertutup rapat dengan ukuran yang sesuai dan bentuk sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan kelembaban rendah dengan pertolongan silika gel atau pengering lain yang sesuai.

n  Desikator vakum adalah desikator yang dapat mempertahankan kelembaban rendah pada tekanan tidak lebih dari 20 mmHg atau pada tekanan lain yang ditetapkan dalam monografi.
n  Penyaringan
   Jika dinyatakan saring tanpa penjelasan lebih lanjut, dimaksudkan cairan disaring menggunakan kertas saring yang sesuai sampai dihasilkan filtrat yang

n  Maksudnya adalah pemijaran yang harus dilanjutkan pada suhu 800 derajat plus minus 25 derajat, sehingga hasil dua penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,50 mg tiap gram zat yang digunakan; penimbangan kedua dilakukan setelah dipijarkan lagi selama 15 menit.
n  Indikator
            Kecuali dinyatakan lain, jumlah indikator yang digunakan dalam pengujian kurang lebih 0,2 mL atau 3 tetes.
n  Bobot yang Dapat Diabaikan
            Maksudnya adalah bobot yang tidak melebihi 0,50 mg.
n  Pernyataan Tidak Berbau
            Pernyataan tidak berbau ,praktis tidak berbau, berbau khas lemah ditetapkan dengan pengamatan setelah bahan terkena udara selama 15 menit, dihitung setelah wadah yang berisi tidak lebh dari 25 g bahan dibuka.

n  Bobot Jenis
            Kecuali dinyatakan lain, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25° terhadap bobot air dengan volume yang sama pada suhu 25°.
n  Suhu
            Kecuali dinyatakan lain, semua suhu di dalam FI dinyatakan dalam derajat Celcius dan semua pengukuran dlakukan pada suhu 25°.
Suhu kamar terkendali adalah suhu antara 15° dan 30°.
Suhu penyimpanan dingin adalah suhu tidak lebih dari 8°.
Lemari pendingin mempunyai suhu antara 2° dan 8°.
Lemari pembeku mempunyai suhu antara -20° dan -10°.
Sejuk adalah suhu antara 8° dan 15°; kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan di dalam lemari pendingin.
Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja.
Hangat adalah suhu antara 30° dan 40°.
Panas berlebih adalah suhu di atas 40°.

n  Batas Waktu
            Jika tidak dinyatakan lain, reaksi dibiarkan berlangsung selama 5 menit pada pelaksanaan pengujian dan penetapan kadar.
n  Hampa Udara
            Kecuali dinyatakan lain, hampa udara adalah kondisi dengan tekanan udara tidak lebih dari 20 mmHg.
Wadah tertutup kedap harus dapat mencegahnya tembusnya udara atau gas selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan, dan pendistribusian.
Wadah satuan tunggal digunakan untuk produk obat yang berfungsi sebagai dosis tunggal yang harus digunakan segera setelah dibuka. Tiap wadah satuan tunggal harus diberi etiket yang menyebutkan identitas, kadar atau kekuatan, nama produsen, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.
Wadah dosis tunggal adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang hanya digunakan secara parenteral.
Wadah dosis satuan adalah wadah satuan tunggal untuk bahan yang digunakan bukan secara parenteral dalam dosis tunggal, tetapi langsung dari wadah.
Wadah satuan ganda adalah wadah yang memungkinkan isinya dapat diambil beberapa kali tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu, atau kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut.
Wadah dosis ganda adalah wadah satuan ganda untuk bahan yang digunakan hanya secara parenteral.

n  Simplisia
            Persyaratan simplisia nabati dan hewani, yaitu :
Tidak boleh mengandung organisme patogen.
Harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga, dan binatang lain serta kotoran hewan.
Tidak boleh ada penyimpangan bau dan warna.
Tidak boleh mengandung lendir atau menunjukkan adanya kerusakan.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak boleh lebih dari 2%, kecuali dinyatakan lain.
Kadar Larutan
            1. Larutan volumetri
                (a) Molalitas (m) adalah jumlah gram molekul zat yang dilarutkan dalam 1 kg pelarut.
                (b) Molaritas (M) adalah jumlah gram molekul zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume 1 liter.
                (c) Normalitas adalah jumlah bobot ekuivalen zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga volume 1 liter.
Persen
            (a) b/b menyatakan jumlah gram zat dalam
            100 gram larutan atau campuran.
            (b) b/v menyatakan jumlah gram zat dalam 100         ml larutan (air atau lainnya).
            (c) v/v menyatakan jumlah ml zat dalam 100  ml        larutan.
     (d) v/b menyatakan jumlah mL zat dalam 100 gram larutan.
3. Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih       lanjut untuk
            (a) campuran padat atau setengah padat, yang dimaksud adalah persen b/b;
            (b) larutan dan suspensi suatu zat padat dalam  cairan, yang dimaksud adalah persen b/v;
            (c) larutan cairan di dalam cairan, yang dimaksud adalah persen v/v;
            (d) larutan gas dalam cairan, yang dimaksud adalah persen b/v.

PENGERTIAN OBAT DAN SEDIAAN


n  Pengertian Obat Secara Umum
            Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit.
                        Menurut undang-undang, yang dimaksud obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
          
n  Penggolongan Obat
            Obat dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu kegunaan obat, cara penggunaan obat, cara kerja obat, undang-undang, sumber obat, bentuk sediaan obat, serta proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh.
•         Menurut Kegunaan Obat
            Penggolongan obat berdasarkan gunanya dalam tubuh, yaitu :
            1. untuk menyembuhkan (terapeutic);
            2. untuk mencegah (prophylactic);
            3. untuk diagnosis (diagnostic).
•         Menurut Cara Pengunaan Obat
            Menurut cara penggunaannya, obat digolongkan atas
            1. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral ̶ diberi etiket putih.
            2. Medicamentum ad usum externum (pemakaian luar) melalui implantasi, injeksi, membran mukosa, rektal, vaginal, nasal, opthalmic, aurical, collutio / gargarisma / gargle ̶ diberi etiket biru.
•         Menurut Cara Kerja Obat
            Penggolongan obat berdasarkan cara kerjanya dalam tubuh, yaitu
            1. Lokal: obat yang bekerja pada jaringan setempat, seperti pemakaian tropikal.
            2. Sistemik: obat yang didistribusikan ke seluruh tubuh, seperti tablet analgetik.

•     Menurut Undang-Undang
            Penggolongan obat menurut undang-undang, yaitu
   1. Narkotik (obat bius atau daftar O = opium) merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK serta dapat menimbulkan ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan masyarakat dan individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter; misalnya candu/opium, morfin, petidin, metadon, dan kodein.
    2. Psikotropika (obat berbahaya) merupakan obat yang memengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan seseorang;misalnya golongan ekstasi, diazepam, dan barbital/luminal.
   3. Obat keras (daftar G = geverlijk = berbahaya) adalah semua obat yang
            (a) memiliki takaran/dosis maksimum (DM) atau yang tercantum dalam daftar obat keras yang ditetapkan pemerintah;
            (b) diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi hitam dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya;
         
(c) semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI) tidak membahayakan;
            (d) semua sediaan parenteral/injeksi/infus intravena.
 4. Obat bebas terbatas (daftar W = waarschuwing = peringatan) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam bungkus aslinya dari produsen atau pabrik obat itu, kemudian diberi tanda lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam serta diberi tanda peringatan (P No.1 s/d P No.6; misalnya P No.1: Awas obat keras, bacalah aturan pakai!).
            5. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli secara bebas dan tidak membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang dianjurkan; diberi tanda lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.
•         Menurut Sumber Obat
            Obat yang saat ini digunakan dapat bersumber dari
            1. Tumbuhan (flora atau nabati);contohnya, digitalis, kina dan minyak jarak.
            2. Hewan (fauna atau hayati);contohnya, minyak ikan, adeps lannae, dan cera.
            3. Mineral (pertambangan);contohnya, iodkali, garam dapur, parafin, vaselin, sulfur.
            4. Sintetis (tiruan/buatan);contohnya, kamper sintesis dan vitamin C.
            5. Mikroba dan fungi/jamur;contohnya, antibiotik penisilin.

Dosis yang dimuat dalam Farmakope Indonesia dan farmakope negara-negara lain hanya dimaksudkan sebagai pedoman saja. Begitu juga dosis maksimum, yang bila dilampaui dapat mengakibatkan efek toksis, bukan merupakan batas yang mutlak ditaati. Dosis maksimum dari banyak obat dimuat di semua farmakope, tetapi kebiasaan ini sudah mulai ditinggalkan karena kurang adanya kepastian mengenai ketepatannya. Hal ini berhubungan dengan variasi biologi dan faktor-faktor tersebut. Variasi biologi yang dimaksud ialah adanya perbedaan respon di antara individu dalam suatu populasi yang diberi obat dalam dosis yang sama. Variasi biologi ini disebut juga Varian. Sebagai ganti dosis maksimum, kini digunakan dosis lazim, yaitu dosis rata-rata yang biasanya memberikan efek yang diharapkan.
n  Ketentuan Umum FI ed. III tentang Dosis
  1. Dosis maksimum (DM)
            Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu hari. Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan cara membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep; memberi garis bawah nama obat tersebut; dan menuliskan banyak obat dengan huruf secara lengkap.

2. Dosis lazim
            Dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman umum. Misalnya, obat CTM (4 mg/tablet) disebutkan dosis lazimnya 6-16 mg/hari dan dosis maksimumnya 40 mg/hari; bila seseorang minum 3 x sehari 1 tablet sudah dapat mencapai efek terapi yang normal.

n  Macam-Macam Dosis
            Selain dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain, yaitu
 1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan penderita.
  2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.

•   Dosis Maksimum
            Daftar dosis maksimum menurut FI ed. III digunakan untuk orang dewasa yang berumur 20-60 tahun dengan bobot badan 58-60 kg. Ada beberapa ketentuan untuk dosis maksimum, yaitu
            1. Untuk orang lanjut usia yang keadaan fisiknya sudah mulai menurun, dosis yang diberikan harus lebih kecil daripada dosis maksimum, seperti aturan di bawah ini.
            (a) 60-70 tahun 4/5 dosis dewasa
            (b) 70-80 tahun ¾ dosis dewasa
            (c) 80-90 tahun 2/3 dosis dewasa
            (d) 90 tahun ke atas ½ dosis dewasa

3. Pemberian obat untuk anak-anak di bawah 20 tahun membutuhkan perhitugan khusus karena respons tubuh anak atau bayi tehadap obat tidak dapat disamakan dengan orang dewasa.
4. Ada tiga macam bahan obat luar yang memiliki dosis maksimum, yaitu naftol, guaiakol, dan kreosot untuk kulit; sublimat untuk mata; serta iodoform untuk obat kompres.

•   Dosis Toksik
            Untuk mendapatkan ukuran dosis toksik yang dapat menimbulkan keracunan, perlu dilakukan pengukuran persentase efek keracunan pada penderita atau hewan percobaan. Dalam hal ini, yang diukur adalah gejala keracunan pada penderita atau hewan percobaan setelah diberi obat selama waktu tertentu. Dosis yang dapat menyebabkan keracunan pada 50% hewan percobaan disebut TD50. Dosis yang dapat menyebabkan keracunan pada 10% hewan percobaan disebut TD10 dan mungkin saja ada TD1, TD20, TD99, TD100.

•  Dosis Letalis
            Dosis letalis adalah dosis yang menimbulkan efek kematian pada hewan percobaan. Dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan disebut LD50. Dosis yang dapat menyebabkan kematian pada 10% hewan percobaan disebut LD10 dan mungkin saja ada LD1, LD20, LD99, LD100.

•  Dosis Letalis
            Dosis letalis adalah dosis yang menimbulkan efek kematian pada hewan percobaan. Dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan disebut LD50. Dosis yang dapat menyebabkan kematian pada 10% hewan percobaan disebut LD10 dan mungkin saja ada LD1, LD20, LD99, LD100.

n  Perhitungan Dosis

Pemilihan dan penetapan dosis memang tidak mudah karena harus memerhatikan beberapa faktor, yaitu
1. faktor penderita; meliputi umur, bobot badan, jenis kelamin, luas permukaan tubuh, toleransi, habituasi, adiksi dan sensitivitas, serta kondisi penderita;
2. faktor obat; meliputi sifat kimia dan fisika obat, sifat farmakokinetik (ADME), dan jenis obat;
3. faktor penyakit; meliputi sifat dan jenis penyakit serta kasus penyakit.
oleh karena aturan pokok perhitungan dosis untuk anak tidak ada, para pakar mencoba untuk membuat perhitungan berdasarkan umur, bobot badan, dan luas permukaan tubuh (body surface area). Berikut adalah beberapa rumus perhitungan dosis.

Farmasetika Dasar