Pengertian Bau Mulut (Halitosis)
Menurut istilah kedokteran Bau Mulut adalah “fetor ex ore”, dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Halitose (Halitus=Bau, osis=Abnormal). Halitosis merupakan suatu keadaan dimana terciumnya bau mulut pada saat seseorang mengeluarkan nafas (biasanya tercium saat berbicara). Bau mulut disebabkan dari mulut kering, stress, berpuasa, makanan yang berbau khas dan metabolisme lainnya.
Beberapa penelitian telah di lakukan untuk mengetahui bakteri-bakteri spesifik penyebab bau mulut tersebut. Di dalam mulut normal diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan berbagai tipe. Meskipun penyebab bau mulut belum diketahui dengan jelas, kebanyakan dari bau tersebut berasal dari sisa makanan di dalam mulut. Masalah akan muncul bila sebagian bakteri berkembang biak atau bahkan bermutasi secara besar-besaran. Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan karang gigi, juga di balik lidah karena daerah tersebut merupakan daerah yang aman dari kegiatan mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toxin atau racun, dengan cara menguraikan sisa makanan dan sel-sel mati yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau mulut pada saat bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa makanan tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia.
Sadar atau tidak,setiap orang pasti pernah mengalami masalah Halitosis. Bau mulut hampir selalu disebabkan oleh masalah pada mulut,akan sangat membantu jika kita mengunjungi dokter gigi untuk memastikan penyebab nya kemudian dicari solusinya. Sejumlah orang merasa sangat bermasalah dengan bau mulut,sehingga dapat ,menyebabkan rasa tidak percaya diri lantas menangani bau mulut sendiri padahal bisa jadi malah memperburuk keadaan.
Klasifikasi Bau mulut
Klasifikasi Halitosis
Berdasarkan faktor etiologinya, halitosis dibedakan atasa halitosis sejati,(genuine) pseudohalitosis dan halitophobia. Halitosis sejati dibedakan lagi atas fisiologis dan patologis . Halitosis fisiologis merupakan bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan, sebaliknya halitosis patologis merupakan halitosis bersifat permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral hygiene saja , tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab halitosis.
1. Genuine Halitosis (halitosis sejati)
1. Genuine Halitosis (halitosis sejati)
Halitosis Fisiologis
Halitosis fisiologis merupakan halitosis yang bersifat sementara dan tidak membutuhkan perawatan. Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya kondisi patologis yang menyebabkan halitosis. Contohnya adalah morning breath, yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi. Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta berkurangnya aliran saliva selama tidur. Bau nafas ini dapat diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah, menyikat gigi atau berkumur.
Halitosis Patologis
Hali tosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral higiene saja, tetapi membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab halitosis. Adanya pertumbuhan bakteri yang dikaitkan dengan kondisi oral higiene yang buruk merupakan penyebab halitosis patologis intraoral yang paling sering dijumpai. Tongue coating, karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama halitosis berkaitan dengan kondisi tersebut.Infeksi kronis pada rongga nasal dan sinus paranasal, infeksi tonsil(tonsilhlith), gangguan pencernaan, tukak lambung juga dapat menghasilkan gas berbau. Selain itu, penyakit sistemik seperti diabetes ketoasidosir, gagal ginjal, dan gangguan hati juga dapat menimbulkan bau nafas yang khas. Penderita diabetes ketoasidosis mengeluartan nafas berbau aseton. Udara pernafasan pada penderita kerusakan ginjal berbau amonia dan disertai dengan keluhan dysgeusi, sedangkan pada penderita gangguan hati dan kantung empedu seperti sirosis hepatis akan tercium bau nafas yang khas, dikenal dengan istilah foetor hepaticus.
2. Pseudo Halitosis (Halitosis Semu)
Pada kondisi ini, pasien merasakan dirinya memilki bau nafas yang buruk, namun hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya ataupun tidak dapat terdeteksi dengan tes ilmiah. Oleh karena tidak ada masalah pernapasan yang nyata, maka perawatan yang perlu diberikan pada pasien berupa konseling untuk memperbaiki kesalahan konsep yang ada (menggunakan dukungan literature, pendidikan dan penjelasan hasil pemeriksaan) dan mengingatkan perawatan oral hygiene yang sederhana.
3. Halitophobia
Pada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti perawatan genuine halitosis maupun telah mendapat konseling pada kasus pseudo halitosis, pasien masih kuatir dan terganggu oleh adanya halitosis. Padahal setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti baik kesehatan gigi dan mulut maupun kesehatan umumnya ternyata baik dan tidak ditemukan suatu kelainan yang berhubungan dengan halitosis, begitu pula dengan tes ilmiah yang ada tidak menunjukkan hasil bahwa orang tersebut menderita halitosis. Pasien juga dapat menutup diri dari pergaulan sosial, sangat sensitif terhadap komentar dan tingkah laku orang lain. Maka dari itu, diperlukan pendekatan psikologis untuk mengatasi masalah kejiwaan yang melatar belakangi keluhan ini yang biasanya dapat dilakukan oleh seorang ahli seperti psikiater ataupun psikolog.
4. Penyebab Halitosis
Bau mulut (Halitosis) dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan patologis.
1. Faktor fisiologis terdiri dari :
a. Kurangnya aliran ludah selama tidur
Air liur sangat penting untuk menjaga kesegaran nafas. Pengeluaran air liur akan berkurang ketika tidur, hal ini menyebabkan mulut kering dan menimbulkan bau mulut.
b. Makanan
Bau mulut dapat terjadi karena pengaruh makanan. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan bau mulut (Halitosis), diantaranya adalah makanan yang mengandung sulfur seperti bawang putih, kubis, brokoli serta makanan yang berbau khas seperti petai, jengkol, dan durian .
c. Minuman atau alkohol
Alkohol dapat mengurangi produksi air ludah sehingga mengiritasi jaringan mulut yang akhirnya semakin memperparah bau mulut.
d. Kebiasaan merokok
Merokok dapat memperburuk status kebersihan gigi dan mulut sehingga bisa memicu terjadinya radang gusi dan dapat berakibat terjadinya bau mulut (Soemantri, 2008).
e. Menstruasi
Wanita dalam masa haid (menstruasi) dapat mengalami bau mulut (halitosis) disebabkan karena sekresi air ludah dalam mulut berkurang sebagai akibat kekacauan endokrin yang pada kenyataannya menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob, sehingga halitosis sudah pasti akan terjadi
2. Faktor patologis terdiri dari :
a. Oral hygiene buruk
Kebersihan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya halitosis, misalnya karena sisa-sisa makanan yang menempel dan sulit dibersihkan terutama pada gigi berbehel.
b. Plak
Plak adalah suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembangbiak diatas suatu matrik yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya.
c. Karies
Karies gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor yaitu:Host (penjamu), Agent (penyebab), Enviorenment (lingkungan) dan Time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak bisa pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum. Gigi yang terserang karies (rusak atau berlubang) dapat menjadi salah satu sumber bau mulut. Lubang pada gigi tersebut dapat menjadi penyimpanan makanan yang menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses makanan serta menjadi tempat kuman memperoleh media untuk proses pembusukan dan berkembangbiak. Bau dari gigi berlubang secara langsung dapat dirasakan sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi :
Menjaga kebersihan mulut : Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari.
Makanan : Semua karbohidrat dapat menyebabkan kerusakan gigi, tetapi yang paling jahat adalah gula. Gula sederhana termasuk gula meja (sukrosa), gula didalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi.
Fluor : Fluor menyebabkan gigi terutama email tahan terhadap asam yang menyebabkan
terbentuknya karies. Efektif mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras yaitu sampai usia 11 tahun.
Penambalan : Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau.
Terapi antibakteri : Orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Daerah yang rusak dibuang dan semua lubang di tambal serta lekukan ditambal maka diberikan obat kumur yang kuat (chlorhexidine) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri didalam plak yang tersisa.
d. Bakteri
Bakteri adalah penyebab utama Halitosis. Bakteri ini hidup dan berkembangbiak di dalam mulut dengan memakan sisa protein makanan yang melekat di celah gigi dan gusi.
Bakteri dalam ludah bukan karena kuman tersebut ikut diproduksi bersama ludah dalam kelenjar ludah, tetapi oleh karena mulut selalu berhubungan dengan udara terbuka maka memudahkan masuknya berbagai kuman dari udara luar tersebut. Kuman di dalam mulut yang terbanyak adalah berada didalam plak. Kuman plak terdapat 100 kali lebih banyak dibanding yang ada dalam ludah.
e. Gingivitis
Gingivitis adalah awal penyakit gusi akibat kuman yang berada dalam plak ditandai dengan gusi merah, bengkak dan berdarah. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit/kelainan pada gingiva. Gingivitis disebabkan oleh plak dan di percepat dengan adanya faktor-faktor iritasi lokal dan sistemik
4) Rongga hidung dan sinus, baik oleh benda asing yang tertinggal di dalam maupun dari infeksi yang menghasilkan nanah. Jika infeksi dalam sinus, pernanahan dalam sinus bisa berkepanjangan, bau yang dihasilkan sebenarnya dari rongga hidung tapi bisa terkesan dari mulut. Dibutuhkan antibiotika jangka panjang, atau irigasi sinus sampai bersih.
f. Tonsil (amandel)
Ada 2 tipe bau asal tonsil: @ infeksi tonsil, bau busuk; dikelola dengan antibiotika dan kumur kerongkongan dengan air garam. @ endapan di dalam celah (cekungan kecil) pada permukaan tonsil, serupa pengapuran; baunya tajam. Dikelola dengan kumur kerongkongan dengan air sirih disusul dengan air garam, dengan harapan dapat menyebabkan pengerutan mukosa tonsil dan mendesak endapan itu keluar, yang akan dibasuh air garam. Jika tak berhasil terpaksa harus dilakukan evakuasi (endapan dicungkil keluar dengan sonde). Sering bau dari endapan tonsil ini menjengkelkan karena berkali-kali timbul, sulit dikelola tuntas, dan baunya yang tajam dan khas itu bisa sampai menimbulkan rasa rendah diri. Dalam kondisi begini perlu pertimbangan pengambilan tonsil, terutama jika ada pembengkakan.
g. Esofagus (kerongkongan) dan lambung (maag)
Seharusnya antara esophagus dan maag ada klep yang mencegah asam lambung naik, tapi beberapa kasus ada kebocoran misalnya pada kasus hernia, atau fungsi klep terganggu misalnya pada kasus stres yang berkepanjangan atau adanya kelainan esophagus misalnya adanya kantong yang menahan sebagian makanan sebelum masuk lambung. Bau nafas menjadi nyata pada orang yang berpuasa atau beberapa jam tidak makan/minum karena asam lambung yang tidak teralirkan ke dalam usus. Pada kasus begini bau hilang ketika makan dan minum walau dalam porsi kecil saja. Bau petai dan bawang disebabkan karena sebagian hasil metabolismenya disekresi lewat air liur sehingga hanya bisa hilang dengan makan mentimun, yang sama-sama disekresi air liur sehingga bisa membantu menetralkan. Hanya saja mentimun harus segera dimakan (bersamaan) dengan petai dan bawangnya. Kedelai dan produk kedelai (tahu, tempe) hasil metabolismenya juga bisa menimbulkan bau jika orang tidak mempunyai ensim pemecah kedelai, seperti halnya susu dan keju pada mereka yang tidak cukup ensim pemecah susu.
h. Bau karena penyakit umum
gangguan hati infeksi jalan nafas/paru, terutama pada kasus bronki-ektasis gangguan ginjal diabetes kanker gangguan penyakit lain berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan bau mulut antara lain:
a) gingivitis ulseratif nekrotisasi akut,
b) mukositis ulseratif nekrotisasi akut,
c) penyumbatan usus,
d) infeksi tenggorokan,
e) sinusitis.
a) gingivitis ulseratif nekrotisasi akut,
b) mukositis ulseratif nekrotisasi akut,
c) penyumbatan usus,
d) infeksi tenggorokan,
e) sinusitis.
Penanganan Bau Mulut
Penggunaan penyegar nafas, permen karet dan obat kumur, biasanya bersifat asimptomatis dan sangat terbatas kerjanya hanya sementara saja, pada saat efek dari penyegar nafas hilang bau mulut akan kembali tercium.
Pencegahan dan Perawatan Halitosis
Penanganan halitosis tergantung pada faktor penyebabnya, yang penting dokter gigi dapat membedakan penyebab bau mulut sebagai kelainan di dalam atau di luar mulut. Umumnya halitosis bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan menjaga kebersihan mulut seperti menyikat gigi, menggunakan benang gigi, membersihkan lidah, menggunakan obat kumur (lebih dianjurkan dengan air garam) dan diet sehat, namun kadang-kadang diperlukan penangganan oleh tenaga profesional untuk melakukan rujukan. Untuk dapat mengatasi halitosis secara efektif, diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh dan diagnosa yang tepat. Tindakan pencegahan dan perawatan pada halitosis antara lain:
Menyikat Gigi
Sebaiknya gigi disikat dua kali sehari. Gigi disikat dengan bulu sikat yang lembut dan kepala sikat yang kecil. Hindarkan pemakaian bulu sikat yang kasar karena bulu sikat yang kasar dapat menyebabkan resesi gingiva.Penyikatan gigi sebaiknya menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor untuk mencegah karies gigi sekaligus.
Menggunakan Benang Gigi ( Dental Floss )
Benang gigi (dental floss) digunakan untuk membersihkan celah gigi yang sempit yang tidak dapat dicapai dengan sikat gigi. Hal ini dilakukan dengan cara memotong benang kira-kira sepanjang 40 cm, kemudian diputarkan di kedua jari tengah kanan dan kiri. Benang dimasukkan ke celah diantara gigi dan ditahan dengan ibu jari agar kuat dan tidak lepas ketika dilakukan gerakan seperti menggergaji. Tindakan ini sebaiknya dilakukan satu kali sehari, namun bila memungkinkan dilakukan dua kali sehari. Setelah tahap ini diperbolehkan kumur sampai bersih atau dibilas dengan air.
Membersihkan Lidah
Permukaan lidah dibersihkan dengan cara menyikat lidah dua kali sehari menggunakan sikat gigi atau alat khusus pembersih lidah (tongue scrapper). Permukaan lidah disikat dengan lembut dan perlahan agar lidah tidak luka. Sambil lidah dijulurkan ke depan, tempatkan tongue scrapper sejauh mungkin ke belakang lidah, selama masih tahan, sambil ditarik ke depan dan ke bawah dengan tekanan ringan. Gunakan kain/kertas tissue bersih atau air mengalir untuk membersihkan tongue scrapper. Ulangi prosedur ini 2-4 kali sampai seluruh permukaan dibersihkan.
Penggunaan Obat Kumur
Obat kumur digunakan paling sedikit sekali sehari. Waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur karena obat kumur memberikan efek antibakteri selama tidur saat aktivitas bakteri penyebab bau mulut meningkat. Obat kumur yang mengandung alkohol dapat mengakibatkan mulut kering dan apabila digunakan dalam waktu lama dapat menyebabkan mukosa mulut terkelupas. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan obat kumur non-alkohol seperti yang mengandung sodium sakarin. Penggunaan tidak perlu terlalu berlebihan, kurang lebih 10-15 ml sudah cukup untuk membasahi seluruh permukaan mulut. Kumur sekurang-kurangnya 1-2 menit. Jangan kumur langsung dari botol, karena apabila tersentuh ludah, bahan akan terkontaminasi, sehingga bahan aktif selebihnya di dalam botol dapat menjadi rusak, akibatnya tidak berguna lagi untuk pemakaian selanjutnya. Atau kumur larutan garam fisiologis, atau yang mengandung minyak esensial untuk membantu melindungi selaput lendir mulut sehingga tidak mudah kering. Jika dikehendaki antiseptik pakai yang mengandung zinc dan chlorhexidine.
Diet Sehat
- Banyak makan sayuran
- Mengurangi konsumsi makanan dengan protein tinggi.
- Kunyahlah permen bebas gula (non-kariogenik) khususnya apabila mulut terasa kering.
- Banyak minum air dalam sehari.
- Hindari makanan yang berbau menyengat seperti bawang merah,petai,jengkol,dll
- Menghindari konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan yang dapat menurunkan aliran saliva.
- Baru-baru ini, penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt tanpa gula dapat mengurangi senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan dengan dijumpai penurunan level senyawa hidrogen sulfida sampai 80% setelah mengkonsumsi 90 gram yogurt setiap hari selama 6 minggu. Selain itu, hasil penelitian di Amerika menunjukan bahwa polifenol (seperti catechin dan theaflavin), senyawa yang terkandung dalam teh juga dapat menghambat pertumbuhan bakkteri penyebab halitosis. Catechin terkandung dalam teh hijau maupun teh hitam sedangkantheaflavin lebih dominan pada teh hitam.
Kujungan dokter gigi
Kunjungi dokter gigi secara teratur,misalnya setiap 6 bulan sekali.
Penanganan Oleh Tenaga Profesional
Apabila karies, penyakit periodontal atau infeksi mulut lainnya yang menyebabkan timbulnya halitosis, maka diperlukan penanganan khusus oleh tenaga profesional, misalnya melakukan penambalan, skeling atau tindakan penyerutan akar gigi (root planning). Selain itu, dokter gigi akan mencabut sisa akar bila radiks atau akar gigi yang menyebabkan timbulnya halitosis.
Rujukan
Jika kecurigaan penyebab di dalam mulut sudah diatasi, tetapi halitosis masih ada, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan masalah gigi dan mulut seperti penyakit sistemik. Dalam hal ini, dokter gigi akan merujuk pasien ke dokter spesialis untuk menanganinya.
Bagaimana cara mendeteksi bau mulut?
Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah bau mulut atau dalam dunia medis dikenal dengan halitosis. Wajar memang jika orang tidak menyadari punya masalah bau mulut, karena otak terbiasa dengan aroma pribadi sehingga otak mengira bau sehari-hari adalah bau yang wajar. Sebenarnya ada cara mudah untuk mendeteksi bau mulut. Agar bisa terdeteksi sejak awal Anda mendeteksi bau mulut sendiri dengan cara sebagai berikut:
- Cek lidah : Mulailah dengan mengecek lidah. Bila lidah berwarna pink atau merah muda dan mengkilap, berarti menunjukkan napas Anda segar. "Namun bila lidah berwarna putih dan bersisik, maka itu pertanda bau mulut," jelas Dr Harold Katz, seorang bakteriologi dan pendiri California Breath Clinic.
- Jilat punggung tangan : "Mencium napas sendiri di tangan bukan cara terbaik untuk memeriksa halitosis," kata Dr Katz. Menurutnya, cara terbaik adalah dengan menjilat punggung tangan atau mengusapkan sendok pada lidah, biarkan kering selama beberapa detik dan kemudian cium permukaannya. Bila berbau tak sedap, maka Anda mengalami halitosis. Dr Katz menjelaskan, bau mulut memang identik dengan kondisi kesehatan gigi yang buruk. Namun bukan berarti orang yang dengan kondisi gigi baik, tidak berlubang, tidak bisa mengalami halitosis.