Askep Dermatitis dan Scabies

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Mekanisme dari dermatitis hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membrane lipid keratisonit. Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantai sel, akibat antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel Limposit T menjadi tersentisitasi.Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi

B. Manfaat
Membentuk pola fikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
Mahasiswa mengerti dengan baik apa itu dermatitis
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada system integument

C.Tujuan
Untuk mengetahui defenisi,etiologi,patofisiologi, mekanisme klinis,komplikasi,pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan pada klien dermatitis
Mengetahui kemungkinan diagnosis penyakit pada klien dengan dermatitis
Mengetahui bagaimana menkaji klien dengan dermatitis
Mengetahui konsep asukan keparawatan pada klien dengan dermatitis

BAB II
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DERMATITIS ATOPIK

A. PENGERTIAN
Dermatitis atopik atau eksim susu adalah peradangan kulit yang bersifat kronik, hilang timbul yang disertai rasa gatal. Kelainan kulit ini biasanya terjadi pada bayi dan anak. Dermatitis atopik ini lebih banyak terjadi pada bayi usia 0 hingga anak 18 tahun.

Bentuk klinis dari dermatitis atopik terbagi atas :

  1. Bentuk infantil (2 bulan – 2 tahun) : Nama awam adalah eksema susu. Kelainan kulit berupa eritema berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar. Biasa mengenai daerah kedua pipi, tangan dan kaki.
  2. Bentuk anak (3 – 10 tahun) : Merupakan kelanjutan dari bentuk infantil. Kulit tampak lebih kering (xerosis) yang bersifat kronik dan mengenai daerah fleksura antekubiti (lipat lengan), poplitea (lipat paha), tangan kaki dan periorbita.
  3. Bentuk dewasa (13 – 30 tahun) : Kelanjutan dari bentuk infantil dan anak. Lesi selalu kering dan terdapat likenifikasi (kulit menjadi tebal dan keras). Distribusi ialah di tengkuk serta daerah fleksura antekubiti (lipat lengan), poplitea (lipat paha).

B. ETIOLOGI

  1. Dermatitis atopik ini penyebabnya adalah multifaktorial, termasuk di antaranya faktor genetik, emosi, trauma, keringat, dan faktor imunologis.
  2. Penggunaan sabun atau deterjen, bahan kimia (alkohol,astrigen) dapat memicu terjadinya rasa gatal pada kulit.
  3. Keringat berlebihan, disebabkan lingkungan yang bersuhu panas/dingin dan kelembaban tinggi atau rendah, sinar matahari.
  4. Menghirup tungau debu rumah, bulu binatang, serbuk sari, karpet, boneka berbulu.

C. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya gejala dan tanda pada dermatitis atopik mulai timbul ketika usia 6 bulan, jarang sebelum usia 8 minggu.

  1. Ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair.
  2. Rasa gatal yang amat sangat dan menimbulkan kelainan kulit yang kurang menarik dipandang
  3. Dalam keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan, lumpur dan banyak kerak.
  4. Pada bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang lebih tua dan remaja lesi tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut, dan lipat siku.
  5. Pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan pembentukan lesi

D. PATOFISIOLOGI
Dibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis atopik karena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih gatal. Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon dari beberapa keluhan kulit di klinik.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan dermatitis atopi yaitu alergi saluran napas dan infeksi kulit oleh kuman sthapylococcus aureus dan virus Herpes Simplex.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

  1. Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
  2. Dermatografisme putih penggoresan pada kulit normal akan menimbulkantiga respons , yakni berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna merah disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesuah beberapa menit. Penggoresan pada pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatografisme putih.
  3. Percobaan asetilkolin. Suntikan secara IC 1/5000 akan menyebabkan hiperemi pada orang normal. Pada orang dengan dermatitis atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat kepucatan selama 1 jam.
  4. Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral tampak eritema pada kulit normal.

G. PENATALAKSANAAN
1. Mandikan si kecil 2 kali sehari dengan air dingin, gunakan sabun yang mengandung pelembab. Setelah mandi dan dikeringkan segera oleskan obat topikal 2 kali sehari pada kelainan kulitnya.
2. Supaya kulit tak menjadi kering, oleskan pelembab 2 kali sehari sehabis mandi. Walaupun kulit sudah sembuh, pemakaian pelembab tetap dianjurkan untuk mengatasi kekeringan pada kulit.
3. Hindari faktor pencetus
4. Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal.
5. Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

  a. Data subyektif

- Pruritus
- Nyeri
- Kecemasan
- Malu

  b. Data obyektif

- Eritema
- Vesikel
- warna
- suhu
- Kelembapan / kekeringan
- Tekstur kulit
- Lesi
- Vaskularitas

  c. Tanyakan

- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat alergi kulit
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat pengobatan sebelumnya
- Riwayat psikososial

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit
b. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar alergen
c. Perubahan rasa nyaman b.d pruritus

3. INTERVENSI

1. Gangguan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit
- Tujuan : klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan :
a. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit
b. Berkurangnya derajat pengelupasan kulit
c. Berkurangnnya kemerahan
d. Berkurangnya lecet karena garukan
e. Penyembuhan area kulit yang telah rusak

- Intervensi :
a. Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasionali : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.

b. Gunakan air hangat jangan panas.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus.

c. Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive. Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.

d. Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.

2. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar alergen
- Tujuan : klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan Menghindari alergen

- Intervensi:
a. Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
Rasionalisasi menghindari alergen akan menurunkan respon alergi

b. Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung alergen

c. Hindari binatang peliharaan.
Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah

d. Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila memungkinkan.
Rasionalisasi AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.

3. Perubahan rasa nyaman b.d pruritus

- Tujuan : klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan
a. Berkurangnya lecet akibat garukan
b. Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal
c. Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman

- Intervensi :
a. Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.

b. Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasionalisasi pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.

c. Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
Rasionalisasi bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dermatitis adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis adalah afek sitotosik local langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidemis, dengan respon peradangan pada dermis.

B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar dapat memahami dari isi makalah kami. Dan dapat  menambah wawasan para pembaca kami sadar bahwa makalah yang kami buat  masih jauh dari kesempurnaan.

Askep Dermatitis dan Scabies

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997
Mansjoer, Areif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aescalipius. 2000
Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC 2002
http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/dermatitis-atopik.html
http://www.klikdokter.com/illness/detail/216
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »