Showing posts with label gizi. Show all posts
Showing posts with label gizi. Show all posts

Sejarah Ilmu Gizi

Sejarah Ilmu Gizi

1.1.  Pendahuluan

Perkembangan Ilmu Gizi. Titik tolak perkembangan ilmu gizi dimulai pada masa manusia purba dan pada abad pertengahan sampai pada masa munculnya ilmu pengetahuan pada abad ke-19 dan ke-20. Pada masa manusia purba ilmu gizi dinyatakan sebagai suatu evolusi. Disini para peneliti menggambarkan manusia sebagai pemburu makanan dan dikenal sebagai Todhunter, perkembangan ilmu gizi sebagai suatu evolusi.

Bagi manusia purba, fungsi utama dan mungkin fungsi satu-satunya dari makanan  adalah untuk mempertahankan hidup. Untuk itu aktifitas utama dari manusia purba adalah mencari makanan dengan berburu. Fungsi utama makanan untuk mempertahankan hidup, meskipun bukan fungsi satu-satunya. Makanan untuk mempertahankan hidup ini juga masih  sering  atau berlaku bagi sebagian penduduk modern sekarang.

1.2.  Rumusan Masalah
  • Bagaimanakah sejarah perjalanan ilmu gizi
  • siapa saja para penemu ilmu gizi
1.3.  Tujuan Penulisan
  • Bagi mahasiswa sebagai salah satu tugas mata kulih ilmu Gizi
  • Sebagai Penembahan Pengetahuan tentang sejarah ilmu Gizi
2.1.Sejarah di temukan Ilmu Gizi
Abad sebelum masehi filosof Junani bernama Hippocrates (460-377 SM), yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, dalam salah satu tulisannya berspekulasi tentang peran makanan dalam pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit” yang menjadi dasar perkembangan ilmu dietetika  yang belakangan dikenal dengan “Terapi Diit’.Memasuki abad ke-16 berkembang doktrin bukan saja pemeliharaan kesehatan  yang dapat dicapai dengan pengaturan makanan tetapi kemudian berkembang juga tentang hubungan antara makanan dan panjang umur. Misalnya Cornaro, yang hidup lebih dari 100 tahun (1366-1464) dan Francis Bacon (1561-1626) berpendapat bahwa makan yang diatur dengan baik dapat memperpanjang umur”. Memasuki abad ke-17 dan ke-18, tercatat berbagai penemuan tentang  sesuatu yang dimakan (makanan) yang  berhubungan dengan kesehatan semakin banyak dan jelas, baik yang bersifat kebetulan maupun yang dirancang yang kemudian mendorong berbagai ahli kesehatan waktu itu  untuk melakukan berbagai percobaan.Pada Abad ke-18 berbagai penemuan ilmiah dimulai, termasuk ilmu-ilmu yang mendasari ilmu gizi. Satu diantaranya yang terpenting adalah penemuan adanya hubungan antara proses pernapasan yaitu proses masuknya O2 ke dalam tubuh dan keluarnya CO2, dengan proses pengolahan makanan dalam tubuh oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794).Lavoisier bersama seorang ahli fisika Laplace merintis untuk pertama kalinya penelitian kuantitatif mengenai pernapasan dengan percobaan binatang (kelinci). Oleh karena itu Lavoisier selain sebagai Bapak Ilmu Kimia, dikalangan ilmuwan gizi dikenal juga sebagai Bapak Ilmu Gizi Dunia.

2.2.  Penemuan Ilmu-Ilmu yang mendasari terbentuknya Ilmu Gizi.
  • Tahun 1687 = Penetapan standar makanan. Dimana penetapan ini mengatur tentang  makanan yang baik untuk tubuh dan yang tidak baik untuk tubuh.
  • Dr. lind (1747) menemukan jeruk manis untuk menanggulangi sariawan / scorbut, belakangan diketahui jeruk manis banyak mengandung vitamin C. Sehingga Vitamin C dikenal juga sebagai pencegah Sariawan/Scorbut.
  • Suster Florence Nightingale (1854 ) menyimpulkan penderita-penderita akibat perang yang merupakan pasiennya, dalam hal Pemberian makanan kepada pasien harus sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mempercepat proses penyembuhannya.  Suster Florence Nightingale dikenal juga sebagai Tokoh Keperawatan Dunia
  • Liebig (1803-1873) Analisis Protein, KH dan Lemak. Yang merupakan Komponen utama penghasil energi tubuh.
  • Vait (1831-1908), Rubner (1854-1982), Atwater (1844-1907), Lusk (1866-1932) dikenal sebagai Pakar dalam pengukuran energi dengan kalorimeter. (kkal)
  • Hopkin (1861-1947), Eljkman (1858-1930) = perintis penemuan vitamin dan membedakannya vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
  • Mendel (1872-1935), Osborn (1859-1929)= penemuan vitamin dan analisis kualitas protein. Memperjelas posisi vitamin dalam makanan dan peranannya dalam tubuh manusia serta  kualitas protein yang dilihat dari struktur yaitu asam amino yang essensial maupun yang non essensial.
  • Pada abad ke 20 Mc Collum, Charles G King = melanjutkan penelitian vitamin kemudian terus berkembang hingga muncul SCIENCE of NUTRION. Adalah Suatu cabang ilmu pengetahuan kesehatan (kedokteran) yang berdiri sendiri yaitu Ilmu Gizi adalah Ilmu pengetahuan yang membahas sifat-sifat nutrien yang terkandung dalam makanan, pengaruh metaboliknya serta akibat yang timbul  bila terdapat kekurangan zat gizi, ( Soekirman, 2000),.Dalam perkembangan selanjutnya permasalahan gizi mulai bermunculan  secara kompleks yang tidak dapat ditanggulangi oleh para ahli gizi  dan sarjana gizi saja, sehingga muncul  Ilmu gizi  yang menurut komite Thomas dan Earl (1994)  adalah “The NUTRITION SCIENCES are the most interdisciplinary of all sciences”. Yang arti bebasnya menyatakan bahwa  ilmu gizi merupakan  ilmu yang melibatkan  berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

2.3. Ruang Lingkup Ilmu Gizi          
Ruang lingkup cukup luas, dimulai dari cara produksi pangan, perubahan pascapanen (penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan serta cara pemanfaatan makanan oleh tubuh yang sehat dan sakit.Ilmu gizi berkaitan dengan ilmu agronomi, peternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, faal, biologi molekular dan kedokteran.Informasi gizi yang diberikan pada masyarakat, yang meliputi gizi individu, keluarga dan masyarakat; gizi institusi dan gizi olahraga. Perkembangan gizi klinis :
  1. Anamnesis dan pengkajian status nutrisi pasien.
  2. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan defisiensi zat besi.
  3. Pemeriksaan antropometris dan tindak lanjut terahdap gangguannya.
  4. Pemeriksaan radiologi dan tes laboratorium dengan status nutrisi pasien.
  5. Suplementasi oral, enteral dan parenteral.
  6. Interaksi timbal balik antara nutrien dan obat-obatan
  7. Bahan tambahan makanan (pewarna, penyedap dan sejenis serta bahan-bahan kontaminan).
3.1. Kesimpulan 
Perkembangan Ilmu Gizi. Titik tolak perkembangan ilmu gizi dimulai pada masa manusia purba dan pada abad pertengahan sampai pada masa munculnya ilmu pengetahuan pada abad ke-19 dan ke-20. Pada masa manusia purba ilmu gizi dinyatakan sebagai suatu evolusi. Disini para peneliti menggambarkan manusia sebagai pemburu makanan dan dikenal sebagai Todhunter, perkembangan ilmu gizi sebagai suatu evolusi.

Sejarah Ilmu Gizi

Kekurangan vitamin A

KEKURANGAN VITAMIN A


BAB I
PENDAHULUAN


Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Kekurangan vitamin A dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau provitamin A untuk jangka waktu yang lama, bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, zink atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, adanya gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada penyakit-penyakit antara lain diare kronik, KEP dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat, adanya kerusakan hati yang menyebabkan gangguan pembentukan retinol binding protein (RBP) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin.

1.2  Rumusan Masalah

a.       Apakah pengertian vitamin A?
b.      Apa sajakah fungsi dari vitamin A?
c.       Siapa sajakah yang bisa kekurangan vitamin A ?
d.      Bagaimana akibat dari kekurangan vitamin A?
e.       Bagaimana penanggulangan agar tidak kekurangan vitamin A?

1.3  Tujuan Penulisan

a.       Dapat mengetahui pengertian vitamin A
b.      Dapat mengetahui fungsi dari vitamin A
c.       Dapat mengetahui siapa saja yang bisa kekurangan vitamin A
d.      Mengetahui apa saja akibat dari kekurangan vitamin A
e.       Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan jika kekurangan vitamin A

1.4  Metode

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan dan metode penelusuran.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi 2 bentuk yaitu :

a.Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh dari makanan hewani seperti,telur, hati, atau minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.

b.Betacarotene
Sering disebut pro-vitamin A baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan nabati yang berwarna orange atau hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi, mangga, dan papaya.Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan  berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh memerlukannya.

2.2 Fungsi Vitamin A
Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, Vitamin A juga berfungsi dalam sistem kekebalan ( anti infeksi ). Walaupun mekanismenya belum diketahui pasti, Retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan dan deferensiasi limfosit B ( leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral ). Disamping itu, kekurangan vitamin A menurunkan respon antibody yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan sesular).Sebaliknya, infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A.Dalam kaitan vitamin A berperan sebagai fungsi kekebalan, ditemukan bahwa:
.
Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi menurun, sehingga mudah terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lender sehingga mudah dimasuki mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan usus halus dapat terjadi diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat mengakibatkan kematian.Hasil penelitian yang dilaksanakan Survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan (Nutrition & Health Surveillance System) selama 1998-2002 menunjukkan, sekitar 10 juta anak balita yang berusia enam bulan hingga lima tahun-berarti setengah dari populasi anak balita-di Indonesia berisiko menderita kekurangan vitamin A. Menurut penelitian yang dilakukan Depkes bekerja sama dengan Helen KelIer International setiap tiga bulan sekali ini, makanan mereka sehari-hari di bawah angka kecukupan vitamin A yang ditetapkan untuk anak balita, yaitu 350-460 Retino Ekivalen per hari.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kekurangan vitamin A berkaitan dengan tingginya tingkat kematian pada balita. Populasi anak yang mengalami kekurangan vitamin A, namun tidak mendapat perawatan tingkat kematiannya 49 persen lebih tinggi daripada yang mendapat sumplemen vitamin itu. Secara medis ada keterkaitan antara kekurangan vitamin A dan kematian pada balita. Akibat kurangnya vitamin A, yang berfungsi sebagai katalis reaksi biokimia dalam tubuh, akan berdampak pada berkurangnya fungsi sel epitel yang dalam meningkatkan status kekebalan atau daya tahan tubuh.Selain fungsi-fungsi diatas, vitamin A juga berfungsi menjaga integritas atau keutuhan sel darah merah. Karena itu, kekurangan vitamin A juga memicu timbulnya penyakit anemia. Jika kekurangan vitamin A, sel darah merah tak mampu bertahan lama sehingga umurnya menjadi pendek dan mudah pecah. Karena kondisi ini, tubuh menjadi kekuranagn zat besi atau darah merah.selain itu vitamin A juga berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang yang berfungsi sebai tempat memproduksi sel darah merah. Jika vitamin A kurang, maka sumsum tulang belakang tak mampu memproduksi sel-sel darah merah, sehingga terjadilah anemia.

2.3 Siapa Saja Yang Bisa Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara, dimana padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan makanan pokok. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A.Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang sama.Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja.
Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang menetap.
Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai dengan xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A. Kulit dan lapisan paru-paru, usus dan saluran kemih bisa mengeras. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa penderita mengalami anemia. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah menurun sampai kurang dari 15 mikrogram/100 mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100 mL).Kekurangan vitamin A diobati dengan pemberian vitamin A tambahan sebanyak 20 kali dosis harian yang dianjurkan selama 3 hari. Lalu diikuti dengan pemberian sebanyak 3 kali dosis harian yang dianjurkan selama 1 bulan.Setelah itu diharapkan semua gejala sudah hilang. Penderita yang gejala-gejalanya tidak hilang dalam 2 bulan setelah pengobatan, harus segera dievaluasi untuk mengetahui kemungkinan adanya malnutrisi.

  • Kurang vitamin A (KVA) merupakan suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah menurun.
  • Bila pada orang normal kadar vitamin A dalam darah adalah 30 ug/dl atau lebih
  • Kadar 20-30 ug/dl masih dapat diterima, meskipun pada tingkat yang dianggap rendah, yang mempunyai risiko lebih besar untuk timbulnya gejala-gejala KVA
  • Kadar 10-20 ug/dl sudah termasuk kondisi hypovitaminosis
  • Kadar dibawah 10 ug/dl sudah dianggap avitaminosis.
Orang yang membatasi konsumsi mereka akan hati, produk-produk yang berasal dari susu, dan sayur-sayuran yang mengandung beta-karoten, dapat mengalami kekurangan vitamin A. Bayi yang berat badannya saat lahir sangat rendah (2,2 pounds atau 0,99 kg atau kurang) memiliki resiko yang tinggi lahir dengan kekurangan vitamin A, dan suntikan vitamin A diberikan kepada bayi-bayi ini telah dilaporkan dapat mengurangi resiko sakit paru-paru.

Tanda-tanda awal kekurangan vitamin A :

  • Lemahnya penglihatan pada malam hari
  • Kulit kering
  • Meningkatnya risiko infeksi, dan metaplasia (kondisi pra-kanker)
Kekurangan vitamin A yang parah, yang dapat menyebabkan kebutaan, secara ekstrim jarang terjadi di lingkungan barat.Kekurangan vitamin A yang parah yang jarang terjadi, biasanya terjadi karena kondisi-kondisi yang bermacam-macam, yang menyebabkan mal-absorpsi. Dilaporkan pula tingginya peristiwa kekurangan vitamin A pada orang yang terinfeksi HIV.

Orang dengan hipotiroid memiliki kemampuan yang lemah untuk mengubah beta-karoten menjadi vitamin A. Untuk alasan ini, beberapa dokter menyarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin A, jika mereka tidak mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang seharusnya pada pola makan mereka. Orang yang sudah sangat tua dengan diabetes tipe-2 menunjukkan penurunan vitamin A pada darahnya yang secara signifikan karena faktor usia, terlepas dari konsumsi vitamin A pada pola makannya.

2.4 Akibat dari Kekurangan Vitamin A

Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi tersebut, vitamin A sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Vitamin A juga berperan dalam epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengan kesehatan mata. Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina serta menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara langsung mengobati penderita minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan. Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan hilang.Ini memicu tubuh rentan terserang penyakit.

Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti diare atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga ketahanan tubuh bayi yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh anak sering terkena penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis, asupan vitamin A-nya kurang

2.5 Penanggulangan Kekurangan Vitamin A

            Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang dijelaskan di atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan kematian. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa langkah yang harus terus dilakukan, antara lain :

a. Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga masyarakat kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.

b. Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi, missal tidak menyebabkan perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan kenaikan harga yang terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi adalah pada MSG atau pada mie instant

c. Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada kelompok sasaran yaitu 
  • Bayi umur 6-12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000 UI setiap bulan februari dan agustus.
  • Anak umur 1-5 tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis 200.00 UI setiap bulan februari dan agustus
  • Ibu nifas  : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI, sehari setelah melahirkan dan diberikan lagi 24 jam kemudian (masing-masing satu kapsul ).
  • Anak yang terserang campak : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI.
d. Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit infeksi.
e.  Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolisme vitamin A dalam tubuh dapat berjalan secara normal.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain). Kekurangan vitamin A (KVA) dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti : rabun senja. Penanggulangan KVA ini adalah dengan memperbaiki pola makan masyarakat, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara, dimana padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan makanan pokok. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A.
           
3.2 Saran
Bagi pembaca diharapkan agar dapat menerapkan pola hidup sehat sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Dan perbanyak makan wortel, tomat, dan sayur –sayuran yang mengandung vit A,supaya kita tidak kekurangan vitamin A.
Sebagai tenaga medis khususnya keperawatan juga berperan penting dalam penanggulangan kekurangan vit A, dimana seorang perawat diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya vit A.

Kekurangan vitamin A

DAFTAR PUSTAKA
Sediaoetama,Achmad Djaeni.2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.Jakarta : Dian Rakyat.
http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=975
http://organisasi.org/pengertian_dan_definisi_vitamin_fungsi_guna_sumber_akibat_kekurangan_macam_dan_jenis_vitamin