Showing posts with label Kebidanan. Show all posts
Showing posts with label Kebidanan. Show all posts

Contoh Makalah Kebidanan

Berikut ada adalah contoh gambaran makalah kebidanan yang bisa di jadikan panduan bagi mahasiswi baru yang mungkin masih bingung dalam membuat sebuah makalah.Semoga dengan adanya contoh makalah ini dapat membatu meringankan sakit kepala adik-adik sekalian.hehehe just kidding ^_^

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

               Masalah Bidan adalah seorang wanita yang mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah, lulus ujian sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dan mendapat izin yang sah dari dinas kesehatan. Bidan juga dapat didefenisikan sebagai seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal maupun nonformal tetapi bukan seorang dokter, yang membantu kelahiran bayi serta perawatan maternal terkait. Bidan dikenal sebagai professional yang bertanggung jawab yang berkerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan saran selama kehamilan, periode persalinan dan post partum dan melakukan pertolongan persalinan. Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.

               Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode kerja, standar praktik, pelayanan dan kode etik profesi yang dimiliki. Suatu jabatan profesi yang disandang oleh anggota profesi tentu mempunyai ciri- ciri yang mampu menunjukkan sebagai jabatan yang professional. Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural.Pada saat ini pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional bidan,serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya.Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana,pendidik,peneliti, dan bidan koordinator.

              Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan bertugas apakah dirumah sakit,puskesmas,bidan didesa atau instansi swasta.Karir tersebut dapat dicapai oleh bidan ditiap tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan ,kesempatan,dan kebijakan yang ada

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Job Fungsional Bidan

               Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri pada suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi. Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karier struktural yaitu: Karier Fungsional Pengembangan karier bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional sebagai bidan serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun secara non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya. Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, bidan koordinator dan bidan penyelia.

               Karier Struktural Karier bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan bertugas apakah di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan di desa atau Bidan di institusi swasta. Karier dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan kebidanan atau pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan dan kebijakan yang ada. Job fungsional merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas, kewajiban, hak serta wewenang pegawai negri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan pangkatnya menggunakan angka kredit. Jenis job fungsional dibidang kesehatan:Dokter, Dokter gigi,Perawat, Bidan, Apoteker, Asisten apoteker, Pengawas farmasi makanan dan minuman,Pranata laboratorium, Entomolog, S3 Kebidanan,S2 Kebidanan, S1 Kebidanan ,SLTA ,Bidan bukan D III Kebidanan, D IV, Bidan pendidik, Epidemiolog, Sanitarian, Penyuluhan kesehatan masyarakat, Perawat gigi, Administrator kesehatan, Nutrisionis.

               Karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural.Pada saat ini pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya.Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pendidik, peneliti, bidan koordinator dan bidan penyelia. Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan bertugas apakah dirumah sakit, puskesmas, bidan didesa atau instansi swasta. Karir tersebut dapat dicapai oleh bidan ditiap tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan, dan kebijakan yang ada.

               Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa job bidan merupakan job fungsional profesional sehingga berhak mendapat tunjangan fungsional. Bidan sebagai tenaga professional termasuk rumpun kesehatan. Untuk menjadi jabatan professional, bidan harus mampu menunjukkan ciri-ciri jabatan professional. Syarat bidan sebagai jabatan professional, yaitu :

1. Memberi pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan.
3. Keberadaanya diakui dan diperlukan masyarakat.
4. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
5. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah.
6. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
7. Memiliki kode etik bidan 8. Memiliki etika bidan.
9. Memiliki standar pelayanan.
10.Memiliki standar praktik.
11.Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sebagai kebutuhan masyarakat..
12.Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi

B. Macam-Macam Job Fungsional Bidan

               Bidan Macam-macam Job Fungsional Bidan, antara lain : Memberikan pelayanan kebidanan sebagai tenaga terlatih. Bidan yang telah lulus dari pendidikan kebidanan yang terakreditasi dan telah memiliki Surat Ijin Bidan dan Surat Ijin Praktek Bidan dapat memberikan pelayanan kebidanan baik di rumah sakit, Puskesmas, Polindes, maupun sebagai Bidan Praktek Swasta (BPS) sebagai tenaga kesehatan yang terlatih. Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat Bidan memiliki kemampuan untuk memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, misalnya dalam kegiatan Posyandu.

               Meningkatkan upaya penerimaan gerakan KB. Bidan sangat berperan penting dalam meyakinkan masyarakat, terutama di pedesaan, akan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi agar tercipta keluarga bahagia dan sejahtera. Pendidikan dukun beranak. Tidak dapat dipungkiri bahwa jasa dukun beranak masih banyak diminati oleh ibu hamil khususnya didaerah pedesaan dan daerah tertinggal. Namun, pengetahuan serta keterampilan dukun dalam menolong persalinan serta perawatan ibu post partum sangat terbatas sehingga dibutuhkan kontribusi bidan dalam memberikan pelatihan kepada dukun. Bidan juga bekerja sama dengan dukun dengan pembagiankerja yaiti saat prepartum hingga proses persalinan menjadi tanggung jawab dan kewenangan bidan sedangkan masa postpartum dapat diambil alih oleh dukun beranak. Meningkatkan sistem rujukan. Tidak semua persalinan dapat ditolong oleh bidan.

               Pada persalinan patologis bidan tidak memiliki kewenangan untuk menanganinya sehingga diperlukan adanya rujukan segera kepada tenaga kesehatan yang lebih berkompeten dalam menangani persalinan patologis. Sebagai pelaksana asuhan/ pelayanan kebidanan.

             Bidan merupakan tenaga yang berkompeten dan memiliki keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil,seperti pelayanan KIA dan KB Sebagai pengelola pelayanan KIA/ KB. Pelayanan KIA/KB merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanankan oleh bidan dalam menjalankan asuhan kebidanan Sebagai pendidik klien, keluarga, masyarakat dan calon tenaga kesehatan. Bidan selain berkewajiban memberikan konseling dan informasi, bidan juga harus dapat memberikan edukasi atau pendidikan kepada klien dan juga keluarganya. Selain klien dan keluarganya,ruang lingkup pendidikan yang diberikan oleh bidan juga harus mencakup masyarakat dan calon tenaga kesehatan .

               Sebagai pelaksana penelitian dalam pelayanan kebidanan Dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat,bidan dituntut selalu update pengetahuan terkini dan melakukan penelitian-penelitian yang dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.

C. Pengaruh Pendidikan Berkelanjutan terhadap Job Fungsional Bidan

               Pendidikan Berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal. Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan, perubahan – perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalisme.

             Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah – tengah masyarakat. Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal, maupun pendidikan non formal. Namun IBI dan pemerintah menghadapi berbagai kendala untuk memulai penyelenggaraan program pendidikan tersebut. Pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan dukungan IBI adalah program D III dan D IV kebidanan.

               Pemerintah telah berupaya untuk menyediakan dana bagi bidan di sektor pemerintah melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di samping itu IBI mengupayakan adanya badan – badan swasta dalam dan luar negeri khusus untuk program jangka pendek. Selain itu IBI tetap mendorong anggotanya untuk meningkatkan pendidikan melalui kerjasama dengan universitas di dalam negeri. Pendidikan berkelanjutan sangat menentukan kualitas seorang bidan terutama dalam menjalankan Job fungsionalnya. Semakin tinggi jenjang pendidikan berkelanjutan bidan, maka keahlian bidan tersebut dalam menjalankan Job Fungsionalnya semakin berkualitas

BAB III
Kesimpulan dan Saran

A.  Kesimpulan
             Pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional bagi bidan,serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya. Job fungsional seorang bidan berorientasi pada kualitas dan tingkat jenjang pendidikan berkelanjutan.

B.  Saran
               Saran Bidan harus selalu update pengetahuan baru seperti mengikuti seminar-seminar dan pelatihan agar kualitas pelayanan kebidananan sebagai pelaksana job fungsional semakin optimal.

Contoh Makalah Kebidanan

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.

Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.

Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.

Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.

Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1993

Hipertensi Selama Kehamilan Tingkatkan Resiko Penyakit Ginjal


Hipertensi Selama Kehamilan 

wanita hamil harus pandai menjaga kesehatannya akan bayi dan dirinya sendiri.Sebuah penelitian menunjukan bahwa gangguan darah tinggi (hipertensi) selama kehamilan dapat meningkatkan resiko penyakit ginjal kronis.Para peneliti dari China Medical University Hospital di Taiwan menemukan bahwa gangguan darah tinggi atau hipertensi pada kehamilan dapat meningkatkan resiko kegagalan fungsi ginjal kronis dibanding wanita hamil lain yang tidak mengalami masalah hipertensi.

Hipertensi selama kehamilan memiliki dampak yang sangat besar  pada kesehatan ibu dan bayi,bahkan dapat menyebabkan resiko kematian.Kata Dr.I-Kuan Wang,penulis studi tersebut mengatakan bahwa sekitar 5-10 persen kehamilan diperkirakan dipengaruhi oleh gangguan hipertensi.Hal ini dapat mempengaruhi fungsi ginjalnya.

Penelitian mengumpulkan data dari 26.651 wanita hamil di Taiwan yang mengalami gangguan hipertensi pada trimester pertama ke hamilannya,untuk menentukan apakah ada peningkatan resiko penyakit ginjal dibandingkan dengan kelompok lain yang lebih sehat,yaitu sekitar 213.397 wanita hamil tanpa hipertensi.

Seluruh peserta penelitia tersebut berusia antara 19-40 tahun dan tidak memiliki riwayat hipertensi,diabetes atau penyakit ginjal sebelumnya.Hasilnya menunjukan bahwa resiko penyakit ginjal pada kelompok wanita hamil yang hipertensi 14 kali lipat lebih tinggi dari kelompok wanita hamil yang sehat.Baru ada sedikit data yang dapat menjelaskan mengapa gangguan hipertensi selama kehamilan berkaitan dengan resiko penyakit ginjal kronis.Hipertensi dapat menyebabkan preeclampsia,yaitu suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan,umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu.

Gejala-gejala yang umum selain tingginya tekanan darah,juga terjadi pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah protein dalam urin.Hal ini dapat juga mempengaruhi saluran eksresi seseorang,sehingga ginjal harus bekerja lebih berat.Wanita hamil perlu mencegah hal ini agar tidak beresiko fatal bagi janin dalam kandungannya dan kesehatannya sendiri .Caranya tentu saja dengan mengadopsi gaya hidup sehat sejak dini sebelum kehamilan dan rajin mengontrol tekanan darah.

Hipertensi Selama Kehamilan Tingkatkan Resiko Penyakit Ginjal

Definisi bidan

Pengertian Bidan


Bidan adalah sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus untuk menolong perempuan saat Definisi bidan' menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM.Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut:Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

Definisi bidan
Demikian penjelasan tentang definisi tentang bidan.Semoga bermanfaat!Amien :)

Prosedur kerja KBI dan KBE

PROSEDUR KERJA KOMPRESI BIMANUAL INTERNA (KBI)

1.  Bersihkan semua gumpalan darah atau selaput yang mungkin masih berada di dalam mulut uterus atau didalam uterus. (jangan lupa melakukan vulva hygiene) kemudian mengosongkan kandung kencing dengan menggunakan kateter.


2.  Segera memulai kompresi bimanual interna
a)      Penolong berdiri di depan vulva, oleskan antiseptic pada sarung tangan kanan
b)      Masukkan tangan kanan secara obstetric kedalam vagina
c)      Kepalkan tangan
d)      Tekankan tangan yang ada dalam vagina (forniks anterior) denganh mantap pada bagian bawah uterus (kranio anterior)
e)      Hati-hatilah dalam menyingkirkan serviks yang menghalangi penekanan
f)      Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri
g)      Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dengan kepalan tangan pada forniks anterior/tekankan/mendekatkan tangan pada perut dan kepala tangan yang ada dalam vagina bersamaan.
h)     Tangan dengan mantap sampai perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi

3. Jika anda merasa uterus sudah mulai berkontraksi, maka dengan perlahan tariklah tangan keluar, jika uterus berkontraksi teruskan pemantauan.

4. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, mintalah bantuan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna sementara anda member injeksi metergin 0,2 mg IM dan memulai infuse IV (RL dengan 20 IU oxytosin/500 cc terbuka lebar atau 60 tetes/menit)

5. Jika uterus tetap tidak berkontraksi, lanjutkan kembali KBI segera setelah anda memberikan injeksi metergin dan memulai infuse IV

6. Jika uterus belum juga mulai berkontraksi setelah 5-7 menit, segera siapkan perujukan dengan IV tetap terpasang dengan laju 500cc/jam......

  PROSEDUR KERJA KOMPRESI BIMANUAL EXTERNA (KBE)

1.   Penolong berdiri disisi kanan ibu 

2.   Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding belakang uterus.

3.   Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak tangan kanan dapat menekan korpus uteri bagian depan.

4.   Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri dan kanan perhatikan perdarahan yang terjadi.

5. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut hingga uterus dapat berkontraksi dengan baik. Bila perdarahab belum berhenti, lanjutkan dengan kompres aorta abdominal.



Makalah Ketuban Pecah Dini

 Makalah Ketuban Pecah Dini (KPD)

BAB I
PENDAHULUAN

       Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dankorion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti selepitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen.Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadapinfeksi.

     Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

    Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone. 

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi/Pengertian

Pengertian Ketuban Pecah Dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

 Makalah Ketuban Pecah Dini (KPD)
Gambar: Ketuban Pecah

B.  Penyebab

Penyebab Ketuban pecah dini
 adalah karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :

1.  Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).

2.  Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

a.  Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

b.  Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.  (Saifudin. 2002)

c.  Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)

d.  Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja

3.  Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

4.  Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).

5.  Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.

6.  Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

7.  Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

8.  Riwayat KPD sebelumya

9.  Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

C.  Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.  Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

D.  Diagnosis
  • Pastikan selaput ketuban pecah.
  • Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
  • Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
  • Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
  • Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
  • Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.
  • Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
  • Tentukan ada tidaknya infeksi.
  • Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan ketuban keruh dan berbau.
  • Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
  • Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
  • Tentukan tanda-tanda persalinan.
  • Tentukan adanya kontraksi yang teratur
  • Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan )
Pemeriksaan Diagnostik
a.  Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.

b.  Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.

c.  Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin

d.  Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis

E.  Patofisioogi

Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

F.  Pengaruh KBD

1.  Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.

2.  Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya

G. Komplikasi KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.

Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal

H.  Penanganan
1.    Konservatif
  • Rawat di rumah sakit
  • Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
  • Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
  • Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
-    Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
-    Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.

  • Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
  • Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2.    Aktif
  • Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
  • Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
  • Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
  • Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
  1. Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
  2. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan
  1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.
  2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
  3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
  4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
  • Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
  • Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
  • Warna rabas atau cairan di sarung tangan
     5.  Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas dari setiap infeksi             yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.

B. Saran

Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC.